Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berlari Mengejar Kereta Uap di Ambarawa

Kompas.com - 09/10/2013, 18:57 WIB
Fitri Prawitasari

Penulis

AMBARAWA, KOMPAS.com - Waktu menunjukkan jam 05.00 pagi. Udara dingin menggigit kulit namun jika dihirup dalam-dalam, terasa menyegarkan mengisi rongga-rongga pernapasan. Melihat lepas ke depan, perkebunan kopi masih digelayuti kabut tipis. Pun matahari masih malu-malu merangkak naik di balik puncak gunung Andong yang menjadi batas pandang penglihatan.

Meski terbilang masih waktu fajar, namun suasana di Java Red Restaurant MesaStila Hotel mulai pikuk. Pelayan hotel dengan pakaian adat Jawa telah sibuk mempersiapkan sarapan untuk para tamu yang disaji secara prasmanan. Satu per satu tamu pun berdatangan mengisi bangku-bangku yang telah tersedia.

Tak seperti hari biasanya, pada hari Minggu (6/10/2013) pagi itu, sebagian besar tamu yang ada mengenakan pakaian lengkap untuk berlari. Kaus oblong nyaman, bawahan celana pendek atau panjang, plus sepatu untuk berlari.

Hari itu, sebagian besar tamu memang akan mengikuti MesaStila Challenge. Lomba lari yang digelar oleh Hotel MesaStila bekerja sama dengan Berlari Untuk Berbagi (BUB), sebuah program amal yang digagas oleh pengusaha yang juga hobi berlari, Sandiaga Uno.

KOMPAS.COM/FITRI PRAWITASARI Peserta MesaStila Challenge di Museum Kereta Api Ambarawa, Jawa Tengah, Minggu (6/10/2013).
Dalam perlombaan lari kali ini, peserta sekitar 200 orang terbagi menjadi dua ketegori, 21 kilometer dan 13 kilometer. Peserta terdiri dari laki-laki dan perempuan, tak terbatas profesi dan usia, awam dan profesional, juga kebangsaan. Sebagai penggagas program lari, Sandiaga Uno juga turut serta sebagai peserta.

Lomba lari dimulai dari Stasiun Kereta Api Ambarawa yang kini telah menjadi museum kereta. Mungkin terdengar aneh, memulai berlari dari stasiun kereta. Namun memanglah demikian karena pada perlombaan kali ini, pelari seolah-olah mengejar kereta dengan menyusuri jalurnya.

Kereta uap yang sehariannya merupakan kereta wisata tersebut menarik dua gerbong yang diisi oleh panitia lomba, sponsor, media, dan kerabat para pelari. Kereta lepas terlebih dahulu meninggalkan stasiun. Setengah jam kemudian, barulah para pelari memulai start.

Rute yang dilewati para pelari merupakan rute yang dilalui kereta pula. Melewati kampung-kampung penduduk, pematang sawah dan pegunungan, sungai-sungai kecil hingga jalan raya. Sapa ramah penduduk dan anak-anak menyeruak mendekati kereta saat kereta melalui perkampungan.

KOMPAS.COM/FITRI PRAWITASARI Suasana dalam gerbong kereta uap dari Museum Kereta Api Ambarawa ke Stasiun Bedono, Jawa Tengah dalam kegiatan MesaStila Challenge, Minggu (6/10/2013).
Tak berapa lama kereta memasuki stasiun perhentian pertama, Stasiun Jambu. Di sini kereta berhenti karena lokomotif sebagai kepala kereta, berganti posisi. Mulanya lokomotif merupakan penarik gerbong, namun berawal dari sini lokomotif menjadi pendorong gerbong.

Karena setelah itu, jalur yang dilalui oleh kereta adalah menanjak. Menuju ke Stasiun Bedono, stasiun terakhir perhentian kereta. Selama menuju Stasiun Bedono, sempat melewati hutan warga hingga kemudian berhenti di pematang sawah yang dilalui aliran air.

Di sini kereta berhenti kembali pada waktu yang cukup lama untuk "minum air". Sebagai kereta uap, kereta perlu berhenti untuk mengisi air memanasi ketel uap. Malahan jika tak diisi air, kereta bisa-bisa mogok di tengah jalan berakibat tak bisa menuntaskan perjalanan.

Pada saat pengisian air, beberapa pelari sempat menyusul kereta. Satu, dua, tiga, dan semakin banyak. Penumpang di dalam kereta pun bertepuk tangan memberikan semangat kepada pelari yang melintas. Beberapa keluar dari kereta untuk mengambil gambar para pelari.

Peserta MesaStila Challenge, Minggu (6/10/2013).
Kelar mengisi air, kereta melanjutkan perjalanan. Hingga beberapa pelari yang mendahului kereta kembali tersalip. Sampai beberapa menit kemudian tibalah di perhentian akhir Stasiun Bedono. Dari sini, penumpang yang ikut di dalam gerbong kereta turun untuk menuju garis finish di Hotel MesaStila dengan menggunakan bus.

Sedangkan para pelari tetap melanjutkan rute selanjutnya menyusuri kebun kopi. Di Stasiun Bedono, juga menjadi tempat singgah para pelari. Panitia menggelar meja untuk menyediakan minum dan asupan buah pisang untuk tambahan energi. Beberapa pelari yang melintas terlihat menyambar minuman sambil berlari. Sedangkan yang lain ada pula yang meneruskan larinya.

Garis finish yaitu Stasiun Majong yang ada di MesaStila Hotel. Di sini sudah banyak para panitia yang juga merupakan karyawan hotel telah siap menyambut para pelari yang memasuki garis finish. Setiap pelari yang memasuki garis finis diberikan penghargaan dengan dikalungkan medali terbuat dari rotan.

MesaStila Challenge telah kali ketiga digelar oleh Hotel MesaStila. Kepala Daerah Operasi 4 Semarang Totok Suryono, beranggapan program ini bisa meningkatkan kunjungan wisatawan datang ke Ambarawa. Terutama untuk berwisata sambil menikmati naik kereta uap.

"Kebanyakan ya bule-bule itu yang suka. Tapi orang lokal juga sudah mulai banyak," kata Totok.

KOMPAS.COM/FITRI PRAWITASARI Peserta MesaStila Challenge dikalungkan medali setelah tiba di garis finis di Stasiun Mayong, MesaStila, Ambarawa, Jawa Tengah, Minggu (6/10/2013).
Sementara rute lari dengan menyusuri jalur kereta, sangat dinikmati oleh para peserta. Salah satunya Dessy yang datang Jakarta.

"Memang kalau pada event ini jalurnya yang menantang. Aku sering lari, kalau lari biasa kan di aspal, kalau ini lewatin jalur kereta kan susah ya batu-batuan. Tapi aku suka sih lewatin pematang sawah gitu. Aku memang suka sawah dari dulu," ujar Dessy.

Di akhir kegiatan, sebagai acara kepedulian, Sandiaga Uno memberikan donasi kepada anak-anak berkebutuhan khusus, Sekolah Khusus Autis (SKA) Bina Anggita Magelang. Pemberian donasi dilanjutkan dengan pembacaan pemenang, dan hiburan musik akustik dan tarian tradisional.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com