Pohon rezeki sebenarnya merupakan pohon kepuh. Umurnya sekitar 400 tahun. Barang siapa memegang atau berfoto di bawah pohon ini, niscaya rezekinya akan lancar. Setidaknya itulah yang saya dengar dari pemandu wisata kami. Begitupun dengan pohon jodoh. Katanya, pasangan yang berfoto di bawah pohon ini, hubungannya akan langgeng.
Mengenal flora tanpa bertemu fauna, rasanya belumlah lengkap. Pulau Bidadari juga menyediakan beberapa edukasi tentang fauna. Ada touch pool, fun with dolphin, sampai pada habitat liar.
Touch pool merupakan sebuah kolam yang berisi hewan avertebrata (tanpa tulang belakang). Kolam ini dibuat agar pengunjung terutama anak-anak mengenal habitat laut avertebrata seperti teripang, bintang laut, dan bulu babi. Anda bisa menyentuh hewan avertebrata ini secara langsung, kecuali bulu babi karena jika salah sentuh kulit Anda bisa gatal.
Ada juga fun with dolphin yang tergolong fasilitas baru di Pulau Bidadari. Ada dua lumba-lumba di sini. Yang paling besar bernama Marcel, sedangkan yang kecil bernama Unggul. Dengan lincah Marcel dan Unggul mengikuti arahan pelatihnya. Sesekali mereka diberi ikan sebagai hadiah karena telah melakukan tugas dengan baik. Mereka menyelam, melompat, berdiri di atas air, sampai bergaya ketika ingin di foto.
Di Pulau Bidadari ini Anda juga bisa menemukan habitat liar biawak dan elang bondol. Ada sekitar 100 ekor biawak yang ada di pulau ini, namun jangan khawatir katanya biawak-biawak itu terbiasa dengan manusia.
Benar saja, sedang asyik mengabadikan keindahan laut, salah satu teman menemukan biawak di dekat mangrove. Biawak itu terlihat sedang menelan sesuatu. Kata seorang teman, biawak itu menelan anaknya karena buntut hewan yang dimangsa sama dengan buntut biawak tersebut. Setelah mengabadikan beberapa gambar biawak itu, kami pun pergi, takut biawak yang lebih besar tiba-tiba muncul dari sela-sela mangrove.
Wisata Sejarah
Siapa sangka ternyata Kepulauan Seribu menyimpan nilai historis yang tinggi. Salah satunya ada di Pulau Bidadari. Di pulau ini terdapat situs sejarah sisa-sisa Benteng Martello dan beberapa prasasti peninggalan zaman penjajahan Belanda.
Kini, kemegahan benteng itu tidak lagi utuh. Terjangan gelombang tidal akibat letusan Gunung Krakatau menghancurkan benteng dan menjadikannya seperti sekarang. Hanya beberapa bagian saja yang tersisa dengan bata merah yang sudah berubah kehitaman akibat dimakan usia.
Sebelum mengakhiri liburan nan singkat ini, kami menyusuri tiga pulau lainnya di sekitar Pulau Bidadari. Perjalanan ini termasuk dalam paket wisata Bidadari Eco Resort jika nantinya Anda akan berlibur ke sana. Namanya Three Cruiser Island. Kami akan mengunjungi Pulau Kelor, Pulau Onrust, dan Pulau Kahyangan yang memiliki nilai sejarah yang sama dengan Pulau Bidadari.
Sayangnya, kami tidak sempat menyambangi pulau tersebut satu persatu karena sore sudah tidak sabar menggantikan siang yang terus-menerus memancarkan terik. Kami pun hanya menyaksikan keindahan sejarah itu dari jauh sambil mendengar penjesalan yang terlontar dari mulut pemandu tur dia atas perahu.
Pulau pertama yang kami lihat adalah Pulau Kelor. Jaraknya tak terlalu jauh dengan Pulau Bidadari. Pulau yang pernah menjadi saksi janji suci Atikah Hasiholan dan Rio Dewanto ini juga memiliki Benteng Martello. Hampir sama dengan yang di Pulau Bidadari, tapi Martello di Pulau Kelor masih utuh dan terlihat lebih indah karena merah batanya masih cerah menyala. Tak heran Atikah dan Rio memilih pulau ini menjadi saksi, dilihat dari jauh saja pulau ini cantik sekali.
Di pulau ini juga terdapat Taman Arkeologi Onrust yang memuat sisa runtuhan karantina haji tahun 1911, makam keramat Kartosoewiryo, dan Benda Cagar Budaya lainnya. Pada 1930, Pulau Onrust juga pernah dijadikan asrama haji sebelum diberangkatkan ke Arab Saudi.
The last but not least, Pulau Cipir. Nama Cipir diganti menjadi Kahyangan karena dinilai tidak menarik dan tidak memiliki nilai jual. Peninggalan sejarah di pulau ini pun tak kalah penting. Dulu, di Pulau Kahyangan terdapat sebuah rumah sakit untuk haji yang kini hanya tertinggal sisa bangunannya. Selain itu terdapat reruntuhan bangunan yang dibangun VOC dan meriam kuno yang umurnya sudah berabad-abad.