Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pulang Kantor, Saatnya Wisata Sejarah ke Sawahlunto

Kompas.com - 11/10/2013, 18:31 WIB
Fitri Prawitasari

Penulis

PADA masa penjajahan Belanda, Sawahlunto di Sumatera Barat merupakan kota tambang. Dari sini dihasilkan batu bara berkualitas nomor wahid hingga terkenal ke seluruh dunia. Batu bara menjadi sumber daya penting yang digunakan sebagai bahan bakar.

Waktu bergulir. Bergeser pada masa kini, Sawahlunto memang masih dikaitkan dengan tambang. Namun bukan untuk dieksplor melainkan dijadikan wisata tambang. Sebut saja Lubang Mbah Suro, terowongan bekas tambang batu bara yang dijadikan tempat wisata "wajib" saat menyambangi Sawahlunto.

Kota Sawahlunto pun sangat damai. Kendaraan lalu lalang tak terlalu ramai. Bangunan yang ada didominasi gedung-gedung kuno peninggalan kolonial Belanda. Berdiam di kota ini seperti terlempar mundur ke beberapa abad silam.

Ketenangan kota yang ditawarkan, rasanya pantas jika memilih Sawahlunto sebagai lokasi "ngabur" dari kepenatan aktifitas harian. Tak perlu berlama-lama, waktu akhir pekan bisa dimanfaatkan.

Sawahlunto ditempuh sekitar dua setengah jam dari Padang melalui jalur darat. Sementara jika Anda tinggal di luar Sumatera, Anda harus terlebih dahulu mencari penerbangan menuju Bandara Internasional Minangkabau (BIM) di Padang.

KOMPAS.COM/I MADE ASDHIANA Lubang Mbah Suro di Sawahlunto, Sumatera Barat.
Jika ingin mendapat tiket penerbangan murah ke Padang, pintar-pintar saja untuk memburu tiket promo yang sering diberikan maskapai penerbangan. Salah satu kiat mengunjungi Sawahlunto adalah jangan pergi saat musim padat liburan. Dengan demikian, Anda akan menemukan ketenangan khas kota tambang tersebut.

JUMAT

Disarankan untuk memilih penerbangan sore hari menuju Padang. Tujuannya agar tidak terlalu malam meneruskan perjalanan ke sawahlunto. Sesampainya di sana, langsung saja menuju penginapan. Memang belum banyak hotel yang dibangun di sini, tetapi telah banyak homestay yang dikelola oleh penduduk.

Salah satu penginapan paling ternama ada di Kawasan Kota Lama yakni Hotel Ombilin. Hotel kelas melati tersebut masih beragaya ala kolonial. Bangunan hotel masuk sebagai warisan cagar budaya yang dilindungi pemerintah daerah.

SABTU

Bangunlah lebih awal menikmati matahari pagi Sawahlunto. Tak jauh dari Hotel Ombilin, ada puncak bukit yang memajang simbol kota. Tulisan "Sawahlunto" dalam huruf kapital mengingatkan penanda "Hollywood" di Amerika Serikat.

KOMPAS.com/Ni Luh Made Pertiwi F. Tungku pembakaran yang dibuat tahun 1894 ini berada di Museum Goedang Ransoem, Sawahlunto, Sumatera Barat.
Hari beranjak siang, saatnya berwisata sejarah. Beberapa museum menyimpan sejarah kota tambang, terletak berdekatan. Usaha pemerintah daerah menjadikan Sawahlunto sebagai kota wisata, mencakup dalam pengelolaan museum. Setiap museum telah memiliki pemandu wisata.

Anda bebas memilih museum mana yang terlebih dahulu dikunjungi. Ada Lubang Mbah Suro, Museum Gudang Ransoem dan Museum Kereta Api.

Lubang Mbah Suro merupakan terowongan bekas tambang batu bara. Dahulu, di sini merupakan tempat orang rantai, yakni sebutan bagi para pekerja tambang. Di depan lubang mbah suro, ada pusat informasi mengenai sejarah kota dan orang rantai.

KOMPAS IMAGES/RODERICK ADRIAN MOZES Kereta api wisata bertenaga batu bara, Mak Item, dipakai untuk membawa pebalap sepeda menuju ke lokasi start etape 6A Tour de Singkarak 2011 Sawahlunto menuju Istano Basa Pagaruyung, Sumatera Barat, Sabtu (11/6/2011).
Jika tertarik menjejak kedalaman lubang, Anda akan dibekali helm dan sepatu khusus. Selain untuk keselamatan, hal ini juga menjadi sedikit gambaran peralatan pekerja pada masa itu. Untuk menelusuri lubang, sudah pasti Anda akan ditemani oleh pemandu. Sembari dia akan menceritakan cerita masa lalu Lubang Mbah Suro.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com