Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tentukan Pilihanmu
0 hari menuju
Pemilu 2024
Kompas.com - 16/10/2013, 18:24 WIB
|
EditorWisnubrata
KOMPAS.com - Sejak diterjang tsunami akhir 2004 lalu, nama Aceh kian santer terdengar. Provinsi yang dikenal dengan julukan Negeri Serambi Mekah itu makin ditilik keberadaannya, baik dari segi budaya, masyarakat, tak terkecuali cita rasa makanan.

Ya, makanan memang menjadi salah satu cara ampuh untuk memperkenalkan budaya. Melalui kelezatan makanan, terbawalah nama Aceh menyusuri Sumatera hingga ke pulau seberang.

Di Jakarta, rumah makan khas Aceh mulai banyak bermunculan. Baik yang berkonsep warungan maupun restoran, seperti yang ada di Bendungan Hilir (Benhil), Jakarta Pusat. Di kawasan ini sebenarnya terdapat tiga rumah makan Aceh yang terletak berdekatan.

Dua rumah makan berlabel sama yakni Meutia, sedangkan satu rumah makan lagi bernama Seulawah. Tergoda dengan makanan Aceh yang konon kaya rempah tersebut saya pun menyempatkan datang ke salah satu rumah makan.

Lokasi tak jauh dari jalan masuk kawasan Benhil melalui jalan Sudirman, membuat saya memilih mendatangi RM Meutia. Lokasi rumah makan ini tepatnya, berada persis di seberang pasar Benhil.

Berada di dalam rumah makan seperti sedang melawat ke rumah orang Aceh. Lukisan kuno menggambarkan beberapa wilayah di Aceh menjadi ornamen dinding. Suasana Aceh dihidupkan juga lewat hiasan lampu minyak menggantung pada atap tinggi rumah makan.

Namun yang menjadi ciri utama Aceh adalah makanannya, terutama jenis-jenis nasi dan mi. Jika Anda baru pertama kali datang, pelayan akan merekomendasikan untuk menyantap mi. Masakan mi memang menjadi salah satu menu favorit rumah makan.

Mi dengan bentuk besar-besar disajikan digoreng atau berkuah. Selain itu, juga diberikan tiga pilihan tambahan seafood, udang, kepiting, atau cumi. Bisa saja jika ingin menyantap menu komplit dengan menggunakan ketiganya.

Saya pun memilih mencoba mi goreng dengan tambahan udang. Minya sangat kuat akan rempah baik aroma dan rasanya, potongan udang menyembul di sela-sela mi. Saat menyentuh lidah, tersirat rasa manis. Namun pada kunyahan berikutnya seperti ada rasa yang meletup meninggalkan rasa pedas.

Rasa pedas khas ini membuat saya makin semangat untuk menyendok mi. Satu porsi mi disajikan tak terlalu banyak, namun cukup memenuhi perut saat lapar.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+