Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenang Masa Lalu Bersama Boni, Kereta Wisata Ambarawa

Kompas.com - 17/10/2013, 11:56 WIB
Fitri Prawitasari

Penulis

KOMPAS.com - "Nguuuung" suara deru lokomotif uap seketika memecah keheningan stasiun kereta api Ambarawa. Kereta bernomor B 2502 memasuki peron stasiun sambil menarik dua gerbong penumpang.

Saat kereta masuk ke dalam peron, seorang petugas lokomotif segera mengatur uap yang keluar dari ketel. Uniknya, pengaturan ini masih dilakukan secara manual dengan membuka dan menutup ketel menggunakan tampah terbuat dari bambu. Seketika asap dari uap lokomotif pun memenuhi peron stasiun.

Stasiun Ambarawa berlokasi di Jalan Setasiun No.1 Ambarawa, Kabupaten Semarang. Kini, bangunan ini tak lagi aktif sebagai stasiun, melainkan berubah fungsi menjadi Museum Kereta Api. Di sini, tersimpan puluhan lokomotif kereta api uap kuno buatan tahun 1800-an yang sudah tidak berfungsi.
 
Di antara kereta-kereta yang jadi penghuni museum, lokomotif B 2502 adalah salah satu lokomotif yang masih aktif. Loko ini digunakan sebagai kereta wisata yang melayani rute Stasiun Ambarawa ke Bedono. Rute tempuh berjarak sekitar 9 kilometer itu dilalui selama satu jam.


KOMPAS.com / FITRI PRAWITASARI Kereta Api Wisata B 2502 di Stasiun Ambarawa, Jawa Tengah
Percaya atau tidak kereta uap ini memiliki nama. Namanya adalah Boni. Menurut Kepala Daerah Operasi 4 Semarang Totok Suryono, pemberian nama ini melalui upacara khusus. Boni memiliki teman yaitu Bobo, kereta uap lain bernomor B 2503 yang juga menjadi koleksi museum.

Sepanjang perjalanan Boni dari Ambarawa ke Bedono, penumpang yang ikut bersamanya bakal disuguhi panorama hamparan pematang sawah, hutan, pegunungan hingga perkampungan.

Jangan bayangkan kereta akan melaju kencang membelah rel. Sebagai kereta wisata yang juga dilindungi oleh pemerintah, Boni berjalan perlahan. Kecepatan rendah ini sekaligus memberikan kesempatan bagi penumpang menikmati alam yang elok selama perjalanan.

Gerbong terdiri dari bangku kayu yang tersusun berhadapan. Jendela pada gerbong sengaja dibiarkan terbuka tanpa kaca agar agin segar dari luar bisa membelai wajah. Namun, sesekali terasa juga sapuan angin bercampur uap hangat dari ketel lokomotif.

Rute yang dilalui menuju ke Bedono merupakan jalur menanjak, dimulai dari Stasiun Jambu. Maka di stasiun ini kereta berhenti. Tujuannya adalah memindah posisi lokomotif ke belakang rangkaian kereta.

Bisa dibilang, inilah sisi unik kereta wisata di Ambarawa. Karena penumpang bisa menyaksikan lokomotif yang biasanya menjadi penarik gerbong, dibalik menjadi pendorong gerbong.

Selagi kereta berhenti, beberapa penduduk mendekati kereta. Begitu pun sewaktu kereta melewati perkampungan. Anak-anak, pekerja sawah bahkan orang yang sedang melintas dekat rel seringkali melambaikan tangan kepada kereta yang lewat.


KOMPAS.com / FITRI PRAWITASARI Penumpang di Dalam Kereta Wisata Ambarawa, Jawa Tengah
Sebagai kereta uap, kereta membutuhkan air untuk memanasi ketel. Ya, ia akan berhenti di salah satu pos untuk mengisi air. Petugas dengan sigap mengambil air dengan menggunakan alat pompa penyedot air.

Sembari menunggu kereta mengisi air, penumpang diberi kesempatan untuk berfoto, baik berlatarkan kereta, maupun pemandangan tempat kereta berhenti.

Perjalanan kereta wisata Ambarawa-Bedono, menjadi salah satu andalan wisata yang dimiliki Ambarawa. "Kalau ingin pakai kereta ini harus sewa menghubungi pihak stasuin minimal satu hari sebelumnya," ujar Totok.

Menurutnya, kebanyakan penggemarnya adalah turis asing yakni warga Belanda. Kereta uap berusia tua tersebut menjadi kenangan terhadap orangtua mereka yang pernah tinggal di Jawa  kala itu.

KOMPAS.com / FITRI PRAWITASARI Museum Kereta Api Ambarawa di Jawa Tengah

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com