Tidak ingin mengorbankan cuti, saya memilih pergi pada akhir pekan, dari Jumat hingga Minggu. Untuk semua biaya perjalanan dan akomodasinya, disiapkan dana Rp 6 juta dari editor. Inilah tugas dengan simulasi menyisihkan penghasilan Rp 500.000 per bulan selama setahun. Menyisihkan Rp 500.000 per bulan dianggap wajar bagi pasangan muda yang baru merintis karier.
Saya pergi bersama seorang rekan guna melengkapi simulasi ini. Saya ingin menguji, bisakah sepasang suami-istri dengan sumber nafkah tunggal berpelesir dengan dana sebesar itu.
Uang sudah di tangan, tetapi tempat tujuan wisata belum ditemukan. Menyukai wisata budaya, alam, dan peninggalan bersejarah, ada tiga tempat yang saya apungkan.
Pertama adalah keajaiban alam Kalimantan Timur. Fenomena Danau Atol Kakaban, Gunung Garam, dan ikan duyung jarang ditemui di belahan dunia lainnya. Kedua adalah peninggalan arsitektur Portugis di Manila hingga ekosistem air tawar dan laut Filipina. Tidak banyak peninggalan Portugis di dunia yang masih bertahan hingga kini.
Ketiga adalah Penang, Malaysia. Kawasan ini menghadirkan konsep kota kecil Georgetown yang menyimpan keanekaragaman warisan budaya. Perpaduan budaya menghidupkan masyarakat dengan damai.
Pilihan akhirnya jatuh pada Penang. Total biaya yang harus saya keluarkan untuk pergi-pulang Penang-Jakarta Rp 2.800.800 untuk dua orang, termasuk pajak bandara. Namun, tanpa penjelasan yang jelas, saya masih harus membayar pajak bandara Rp 300.000 untuk dua orang di Bandar Udara Soekarno Hatta.
Ditambah biaya penginapan Rp 750.000 untuk dua malam, total biaya yang harus dikeluarkan Rp 3.930.000 untuk dua orang. Artinya, ada Rp 2.070.000 yang saya simpan untuk bekal. Saat ditukarkan dengan ringgit Malaysia, saya mendapatkan 627,27 ringgit. Di Bandar Udara Internasional Penang, 1 ringgit setara dengan Rp 3.300.
Tiba di Penang pukul 19.00 waktu setempat, saya menghabiskan biaya paling banyak untuk transportasi. Total yang dikeluarkan 19,4 ringgit. Tiket bus bandara menuju kompleks Tun Abdul Razak (Komtar) 54 ringgit. Biaya makan malam 18 ringgit dan pembelian kartu pos 6 ringgit. Total yang dikeluarkan 19,4 ringgit.
Hari kedua dengan kunjungan paling padat ke sejumlah tempat wisata jelas menghabiskan uang terbesar. Total 374,4 ringgit untuk dua orang pukul 09.00-21.00, mulai dari keliling Georgetown, Taman Kupu-kupu, hingga Pantai Batu Ferringhi.
Salah satu biaya terbesar adalah taksi Georgetown-Taman Kupu-kupu 54 ringgit. Hal ini akibat saya salah perhitungan berdiri di halte bus yang keliru. Halte bus yang saya tunggu ternyata sudah berganti jalur. Sobekan rute lama tidak sepenuhnya hilang dan yang baru belum terpasang. Sekitar 45 menit menunggu bus tak kunjung datang dan nyaris tidak ada warga lokal yang melintas, kami memutuskan memakai taksi dan pulang menggunakan bus dengan biaya hanya 5,4 ringgit untuk dua orang.
Ditambah biaya oleh-oleh berupa gantungan kunci hingga gelang khas Kek Lok Si sekitar 50 ringgit, saya menghabiskan biaya 603,8 ringgit atau sisa 73,47 ringgit. Setelah ditukarkan di Indonesia dengan kurs 1 ringgit setara dengan Rp 3.600, sisa uang tinggal Rp 264.492. Biaya antar-jemput Bandar Udara Soekarno Hatta tidak saya hitung karena ada saudara yang berbaik hati mengantar-jemput kami. (Cornelius Helmy Herlambang)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.