Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nikmatnya Kehidupan dari Sungai Ciwulan

Kompas.com - 20/10/2013, 16:44 WIB

”Paling banyak kita hanya dapat Rp 700.000 per panen. Akibatnya, saya terpaksa pinjam uang ke berbagai pihak untuk biaya panen selanjutnya. Dalam dua tahun, utangnya mencapai Rp 3,5 juta,” katanya.

Kearifan lokal Naga

Hal tersebut kontras dengan kepedulian lingkungan masyarakat Kampung Naga. Hanya berjarak 15 kilometer dari area penambangan pasir, Ciwulan diperlakukan bak bayi. Keajaiban kearifan lokal membuahkan hutan larangan Biuk. Tidak sembarangan orang bisa masuk ke dalam hutan lebat yang diisi pohon tua berakar besar itu.

Kualitas air pun dijaga ketat oleh masyarakat Naga. Cucu, salah seorang pemuka adat Kampung Naga, menetapkan larangan tegas membuang sampah langsung ke sungai hingga menebar racun ikan ke dalam sungai. Air seperti menjadi sesuatu yang sakral dan harus dijaga.

”Dirawat seperti bayi, Ciwulan akan menjadi kekasih yang tidak pernah ingkar janji. Dia tidak pernah membuat kami merasakan kekeringan. Tahun lalu saat banyak daerah mengalami kekeringan saat kemarau panjang, kami justru tetap bisa menanam padi,” kata Cucu.

Penyelamatan yang berusia ratusan tahun itu kini menjadi inspirasi. Federasi Arung Jeram Indonesia (FAJI) Kabupaten Tasikmalaya bekerja sama dengan Pemerintah Kota Tasikmalaya berusaha menyelamatkan kebersihan sungai yang dikemas dengan balutan potensi ekonomi dan wisata.

Sekretaris FAJI Kabupaten Tasikmalaya Nanang Kuswara mengatakan, pada Februari 2013 pihaknya menanam 2.500 pohon picung agar mengalirkan air di sana. Pohon picung dipilih karena merupakan tanaman yang bisa menyerap dan menyimpan air lebih banyak. Akar picung yang kuat juga bisa mencengkeram tanah mencegah longsor.

Nanang berharap pelestarian di Ciwulan bisa memicu minat masyarakat untuk menekuni potensi lain dari Ciwulan. Dengan kualifikasi jeram 3 hingga 3+, Ciwulan setara dengan Sungai Citarik di Sukabumi dan Sungai Elo di Magelang, Jawa Tengah.

”Di Elo, misalnya, setiap akhir pekan ada sekitar 100 perahu yang digunakan untuk arung jeram. Satu perahu
diisi enam orang. Tarif per orang Rp 250.000 per orang,” ujarnya. (Helmy Herlambang dan Dedi Muhtadi)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com