Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 01/11/2013, 11:33 WIB
EditorI Made Asdhiana
BERDEBU dan kusam adalah kesan Museum Radya Pustaka, Solo, Jawa Tengah, yang selama ini melekat di benak masyarakat. Kondisi ini membuat orang enggan datang, padahal koleksi di dalamnya ibarat harta karun terpendam yang menyimpan sejarah dan ilmu pengetahuan tak ternilai yang menunggu digali. Mereka yang lebih sadar terhadap nilai koleksi-koleksi kuno museum ini barangkali lebih didominasi para pencari keuntungan atau kolektor-kolektor nakal yang mencari-cari kesempatan untuk memiliki koleksi yang bernilai ekonomi tinggi di dunia kolektor.

Pada ulang tahunnya yang ke-123, kondisi Museum Radya Pustaka hampir tak berubah seperti tahun-tahun sebelumnya. Hanya saja sudah mulai terlihat dindingnya putih bersih setelah dicat, demikian pula pintu-pintunya yang berhias ukiran. Namun, batas waktu revitalisasi museum selama 100 hari yang dimulai sejak 4 September lalu tersebut masih menyisakan banyak pekerjaan. Koleksi-koleksi museum pun masih ditaruh di peti atau diselubungi plastik agar tidak kotor.

”Selama saya kerja 10 tahun di sini, belum pernah ada perbaikan bangunan. Vitrin-vitrin-nya (tempat untuk memajang koleksi museum) banyak yang keropos bagian belakangnya. Museum ini seperti orang sakit yang dibiarkan. Saya seperti merasa mereka bisa bicara dan ikut merasakan kondisi mereka,” kata staf Museum Radya Pustaka, Soemarni Wijayanti, di sela-sela selamatan atau wilujengan hari ulang tahun ke-123 Museum Radya Pustaka, Senin (28/10/2013).

Revitalisasi museum yang menelan biaya lebih dari Rp 800 juta ini menjanjikan penampilan museum yang lebih segar. Kesan suram museum diharapkan sebentar lagi akan sirna. Namun jika revitalisasi hanya sebatas fisik, perubahan penampilan saja barangkali masih tidak mampu menarik kecintaan masyarakat terhadap warisan yang dimiliki museum.

Ketua Komite Museum Radya Pustaka Purnomo Subagyo menuturkan, perbaikan fisik bangunan akan diikuti penataan koleksi. Pihaknya akan melengkapi narasi untuk koleksi-koleksi yang ditampilkan agar masyarakat lebih memahami arti dan nilai suatu koleksi.

”Kalau koleksi tempat lilin hanya ditulisi tempat lilin, apa menariknya. Kami harus bisa menyajikan cerita yang menyertai tempat lilin ini, misalnya buatan tahun berapa, materialnya apa, pernah dipakai siapa, dan dalam suasana apa. Tetapi memang butuh waktu untuk menggali informasi ini,” ujar Purnomo.

KOMPAS/SRI REJEKI Beberapa koleksi arca batu dari abad VII-X Masehi koleksi Museum Radya Pustaka, Solo ditaruh di teras gedung. Saat ini museum dalam tahap pengecatan dan penataan ulang koleksi.
Pihaknya juga berencana mendigitalisasi koleksi naskah-naskah kuno untuk kemudian ditranslasikan dan diterjemahkan. Lantas hasilnya dibukukan dan dijual kepada masyarakat umum.

”Hasil penjualan buku ini bisa untuk pemasukan museum sehingga lama-kelamaan museum bisa mengurangi subsidi dari pemerintah kota dan pada akhirnya mandiri,” kata Purnomo.

Dari balik selubung plastiknya yang berdebu, patung pendiri museum ini, Kanjeng Raden Arjo (KRA) Sosrodiningrat IV ’menunggu’ terwujudnya impian tersebut. Paling tidak, museum sebagai gudang ilmu pengetahuan dan nilai-nilai sejarah yang bisa menjadi sumber inspirasi anak bangsa lebih diperhatikan kondisinya seperti seharusnya. (eki)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Kursi Kereta Api Kelas Ekonomi Dimodifikasi, Harga Tiket Ikut Naik?

Kursi Kereta Api Kelas Ekonomi Dimodifikasi, Harga Tiket Ikut Naik?

Travel Update
4 Tips Melihat Fenomena Embun Es di Gunung Bromo, Cek Prakiraan Suhu

4 Tips Melihat Fenomena Embun Es di Gunung Bromo, Cek Prakiraan Suhu

Hotel Story
Air di Venesia Mendadak Berubah Warna Jadi Hijau Neon

Air di Venesia Mendadak Berubah Warna Jadi Hijau Neon

Travel Update
Garuda Indonesia Akan Luncurkan Pesawat Pikachu dari Pokemon

Garuda Indonesia Akan Luncurkan Pesawat Pikachu dari Pokemon

Travel Update
5 Tips Berkunjung ke Krakatau Park Lampung, Bisa Dapat Diskon Tiket 

5 Tips Berkunjung ke Krakatau Park Lampung, Bisa Dapat Diskon Tiket 

Jalan Jalan
Melihat Koleksi Museum Multatuli, Ada Buku Asli 'Max Havelaar'

Melihat Koleksi Museum Multatuli, Ada Buku Asli "Max Havelaar"

Jalan Jalan
Kursi Kereta Ekonomi Tak Lagi Tegak, Kapan Bisa Dicoba Penumpang?

Kursi Kereta Ekonomi Tak Lagi Tegak, Kapan Bisa Dicoba Penumpang?

Travel Update
Tak Cuma Baca Buku, Ini 5 Aktivitas Seru di Perpustakaan Nasional

Tak Cuma Baca Buku, Ini 5 Aktivitas Seru di Perpustakaan Nasional

Jalan Jalan
Embun Upas Muncul di Gunung Bromo, Suhu Capai 5 Derajat Celsius

Embun Upas Muncul di Gunung Bromo, Suhu Capai 5 Derajat Celsius

Travel Update
Video Viral Singa di Faunaland Ancol Tampak Sakit, Ini Penjelasan Pengelola

Video Viral Singa di Faunaland Ancol Tampak Sakit, Ini Penjelasan Pengelola

Travel Update
DAMRI Operasikan 178 Armada untuk Layani 157.000 Calon Jemaah Haji

DAMRI Operasikan 178 Armada untuk Layani 157.000 Calon Jemaah Haji

Travel Update
Apakah Paspor Biasa Bisa Digunakan untuk Umrah dan Haji?

Apakah Paspor Biasa Bisa Digunakan untuk Umrah dan Haji?

Travel Tips
5 Aktivitas di Krakatau Park Lampung, Bisa Main dan Belajar

5 Aktivitas di Krakatau Park Lampung, Bisa Main dan Belajar

Jalan Jalan
Pameran Seni Karakter Hantu Akan Digelar mulai 15 Juni di Jakarta

Pameran Seni Karakter Hantu Akan Digelar mulai 15 Juni di Jakarta

Travel Update
Indonesia Akan Usulkan Geopark Kebumen dan Geopark Meratus ke UNESCO

Indonesia Akan Usulkan Geopark Kebumen dan Geopark Meratus ke UNESCO

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+