Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 04/11/2013, 11:55 WIB
Penulis advertorial
|
Editoradvertorial
“Cintailah tanaman. Dia akan bertasbih mendoakanmu,” kata Haji Ali Mansyur. Hidupnya yang berkecukupan setelah berpuluh tahun merawat mangrove menginspirasi pelestarian lingkungan di kawasan pesisir.

Dia lebih senang berkaos dan bersarung. Kakinya lebih sering telanjang dibandingkan dibungkus sepatu atau sandal. Sepatu hanya dikenakan di sekolah. Itu pun saat mengajar, profesi yang dilakoninya sejak puluhan tahun lalu.

Selama ini, lelaki itu lebih sering wirawiri memakai sepeda motor yang menurut dirinya sendiri lebih praktis. Sesekali ia juga masih berkeliling desa dengan sepeda ontel tuanya, memungut bibit mangrove untuk memagari pesisir pantai dari hantaman ombak.

Haji Ali Mansyur, begitu orang sering menyapanya. Pengabdi lingkungan yang berpuluh tahun membaui mangrove demi penyelamatan pesisir. Autodidak sejati yang sangat memercayai kearifan alam.

Dia berhasil mengubah desanya. Yang tadinya miskin, menjadi di atas desa lain, baik ekonomi maupun sumber daya manusia. “Kesenjangan terlalu lebar,” ujar Ali Mansyur. Tanah di desa hanya dimiliki segelintir orang. Satu orang bisa memiliki 500-an hektare, sementara 500 orang, 1 meter pun tidak punya.

Kemiskinan pula yang menyebabkannya menghentikan pendidikan SD sampai empat tahun, yang kemudian disambung kembali setelah ada biaya. Putus sambung ini berlanjut di jenjang berikutnya. Alhasil, Ali Mansyur baru bisa mengikuti pendidikan SMA pada umur 25 tahun, sampai akhirnya berhasil meraih sarjana Tarbiyah.

Pahit getir mengakses pendidikan, merangsangnya untuk aktif di bidang pendidikan di Pondok Pesantren Manbail Futhu sehingga disegani sampai sekarang. Suasana serba kekurangan tak membuatnya harus mengadu nasib di tempat lain, tetapi menyemangatinya untuk mengembangkan desa kelahirannya.

Alam membuka jalan mewujudkan tekad tersebut. Mulai 1970, pantai yang berbatasan dengan desa mulai terkikis abrasi. Sedikit demi sedikit air laut mendekat. Sampai akhirnya pada 1974, rob besar menghantam desanya. Jarak rumah yang tadinya 300-an meter ke pantai hanya tinggal beberapa meter. Kejadian itu menggugah Ali Mansyur menapaktilasi jejak banjir dengan menanami mangrove. “Banyak yang menyebut saya gila, tak ada kerjaan,” ujarnya.

Ali Mansyur berkeliling dengan sepeda ontel memungut bibit dari desa-desa lain. Bibit itu kemudian ditanamkan pada bibir pantai. Begitu terus dilakukan selama bertahun-tahun. Dia merawat bayi-bayi mangrove itu dengan tekun dan telaten. Satu per satu mulai tumbuh.

-

Mangrove yang tadinya susah tumbuh di Jenu ternyata bisa rindang di tangan dingin Ali Mansyur. Tetangga-tetangganya belum bergerak karena dianggapnya pekerjaan sia-sia. Baru 20 tahun kemudian setelah melihat keberhasilan Ali Mansyur merindangkan pantai, mereka mengikuti. Ada sekitar 18 orang yang aktif melakukan penanaman. Mereka bekerja tanpa pamrih, tidak ada yang melirik untuk mengulurkan bantuan, termasuk pemerintah.

Perhatian mulai didapat pada 1997. Mereka dikirim mengikuti pelatihan. Untuk keperluan administrasi, Ali Mansyur dan kawan-kawan membentuk kelompok Tani Wana Bahari sebagai persyaratan administrasi. Setelah pelatihan, mereka diberi order pengadaan 50 ribu bibit. Ada 12 anggota kelompok yang terlibat dalam pengerjaan tersebut, gajinya Rp 6.000 per hari. Mereka sepakat untuk menggunakan uang tersebut untuk modal kelompok, antara lain dipakai untuk membangun sekretariat atau gubuk nyaman tempat pertemuan yang dipertahankan sampai sekarang.

Dari Wana Bahari, kegiatan pember­dayaan mangrove berkembang, hingga lahir Yayasan Mangrove Center. Lembaga inilah sekarang yang secara resmi mengelola Mangrove Center Tuban yang luasnya mencapai 54 hektare, 32 hektarenya meru­pakan milik Ali Mansyur.

Ali Mansyur dengan Mangrove Center, tak ubahnya menjadi penjaga lingkungan Tuban. Karena itu, Pertamina melalui anak perusahaannya Pertamina EP, khususnya  diwilayah aset 4 Field Cepu, bekerjasama dengan Mangrove Center menanam 15.000 mangrove dan 5.000 cemara laut. Kerjasama tersebut menjadi wujud kepedulian Pertamina terhadap pelestarian lingkungan pesisir pantai Tuban dan mendukung pelestarian yang dilakukan oleh pejuang lingkungan hidup, seperti Ali Mansyur . “Kami berterima kasih kepada perusahaan yang sangat peduli pada lingkungan,” ujar Ali Mansyur.

-

Cita-cita Ali Mansyur untuk member­dayakan masyarakat sudah tercapai. Mangrove Center membuka lapangan kerja baru kepada warga desa di situ. Ada sekitar 59 pekerja yang digaji di atas UMR. Selain itu, warga bisa berjualan dan mencukupi kebutuhan pengunjung yang datang untuk berkemah. Kalau sedang musim liburan, tempat tersebut disesaki ribuan orang. Mereka tak dikutip bayaran, hanya mengganti listrik yang bernilai ala kadarnya.

Mangrove Center juga membuka diri untuk tempat pelatihan budi daya Mangrove dan cemara laut.

Tergerak membuat pelatihan dan menjadi lembaga yang paling aktif  melakukan kegiatan penyelamatan lingkungan. Kini, lembaga tersebut sudah beranak-pinak di berbagai tempat. Bagi Ali Mansyur, mangrove adalah pembuka rezeki. “Saya bersyukur, setelah menanam itu, rezeki selalu ada,” ujar Ali Mansyur. Dengan sedikit filosofis, ia menjelaskan tanaman-tanaman peliharaannya itu bertasbih mendoakan dirinya.

Ali Mansyur terus merangkai mimpi-mimpinya untuk menjadikan Mangrove Center Tuban sebagai tempat belajar lingkungan dan kehutanan, serta pemberdayaan ekonomi masyarakat. “Saya nanti akan bangun menara untuk melihat burung. Bisa motret dari situ nanti,” kata Ali Mansyur.

Sekitar 15 hektare dari seluruh lahan Mangrove Center diajangkan untuk keaneka­ragaman hayati. Tak hanya mangrove, di situ juga ditanam pohon jenis lain, seperti cemara, mahoni dan lain-lain. Burung laut, seperti camar dan burung sawah, belekok, menjadikannya sebagai tempat tinggal. Jika hari berganti petang, rombongan burung satu per satu hinggap di pucuk pohon saat senja, hamparan putih yang bertengger di puncak berkilatan. Sungguh pemandangan yang eksotis.

Di tengah usianya yang terus merembet, Ali Mansyur tak ingin berhenti. Dia terus berlari, menggenapkan asanya, untuk terus berguna bagi orang lain. Seperti yang selalu diingatkan guru mengajinya saat kecil dulu, “Sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain.” (adv)

 

Caption

Lokasi penanaman mangrove yang dibantu sejumlah perusahaan, termasuk dari Pertamina.

Ali Mansyur dengan sepeda ontelnya masih setia menghijaukan bibir pantai Tuban.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

10 Tempat Liburan Sekolah di Surabaya yang Seru, Bisa Ajak Teman

10 Tempat Liburan Sekolah di Surabaya yang Seru, Bisa Ajak Teman

Jalan Jalan
Jam Buka dan Harga Tiket Masuk Omah Prahu 99, Spot Sunset di Tepi Waduk Cengklik Boyolali

Jam Buka dan Harga Tiket Masuk Omah Prahu 99, Spot Sunset di Tepi Waduk Cengklik Boyolali

Travel Tips
Festival Pantai Takari di Bangka, Ada Lomba Mengais Kerang Bambu, Cipta Suvenir, hingga Zumba

Festival Pantai Takari di Bangka, Ada Lomba Mengais Kerang Bambu, Cipta Suvenir, hingga Zumba

Travel Update
Syarat Terbaru Naik KA usai Wajib Masker Dicabut, Apakah Berubah?

Syarat Terbaru Naik KA usai Wajib Masker Dicabut, Apakah Berubah?

Travel Update
Rute ke Omah Prahu 99 Boyolali, Spot Sunset Keren di Tepi Waduk Cengklik

Rute ke Omah Prahu 99 Boyolali, Spot Sunset Keren di Tepi Waduk Cengklik

Travel Tips
5 Gunung yang Pas untuk Solo Hiking, Ada yang Lebih dari 3.000 Mdpl

5 Gunung yang Pas untuk Solo Hiking, Ada yang Lebih dari 3.000 Mdpl

Travel Update
Sandaran Tangan Kursi Tengah Pesawat Buat Siapa? Ada Etikanya

Sandaran Tangan Kursi Tengah Pesawat Buat Siapa? Ada Etikanya

Travel Tips
5 Wisata Sejarah di Kabupaten Biak Numfor Papua, Ada Goa Jepang

5 Wisata Sejarah di Kabupaten Biak Numfor Papua, Ada Goa Jepang

Jalan Jalan
Wings Air Terbang dari Pekanbaru keTanjungpinang PP per Juli 2023

Wings Air Terbang dari Pekanbaru keTanjungpinang PP per Juli 2023

Travel Update
Kilas Balik Pasar Barang Antik Jalan Surabaya, Berawal dari Lapak di Trotoar

Kilas Balik Pasar Barang Antik Jalan Surabaya, Berawal dari Lapak di Trotoar

Jalan Jalan
10 Tempat Wisata Sejarah di Medan untuk Liburan Sekolah 

10 Tempat Wisata Sejarah di Medan untuk Liburan Sekolah 

Jalan Jalan
Melihat Pasar Barang Antik di Jalan Surabaya yang Kini Sepi Pengunjung

Melihat Pasar Barang Antik di Jalan Surabaya yang Kini Sepi Pengunjung

Jalan Jalan
6 Pantai di Biak Numfor Papua, Cocok untuk Berenang dan Snorkeling

6 Pantai di Biak Numfor Papua, Cocok untuk Berenang dan Snorkeling

Jalan Jalan
2 Pesawat Bersentuhan, Landasan Pacu di Bandara Jepang Ditutup

2 Pesawat Bersentuhan, Landasan Pacu di Bandara Jepang Ditutup

Travel Update
Cara ke Museum Tekstil di Jakarta Naik Kendaraan Pribadi

Cara ke Museum Tekstil di Jakarta Naik Kendaraan Pribadi

Travel Tips
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com