Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Batu "Menetap" di Pesisir Lombok

Kompas.com - 04/11/2013, 13:25 WIB
SELAMA ini, kawasan Pantai Tanjung Aan, Kute, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, menjadi tujuan wisata wisatawan domestik dan mancanegara. Pantai ini berupa teluk, memiliki pasir putih sebesar merica, berombak tenang, terletak di perairan Samudra Indonesia. Karena itu, di Pantai Mandalika, Si Putri Nyale, ini pengunjung bisa terapi kaki di atas butiran pasir yang memanas dibakar terik matahari, berjemur, atau bermain air laut yang bersih dan nyaris tanpa polusi.

Namun, sekitar satu kilometer arah timur Pantai Tanjung Aan, berjarak sekitar 60 km dari Mataram, ibu kota NTB, ada obyek wisata lain yang tempatnya tersembunyi di balik bukit, namanya Batu Payung. Foto Batu Payung, hasil jepretan fotografer, mendapat Gold Medal Category Landscape di Salon Foto tahun 2012 Jakarta yang pesertanya diikuti fotografer dunia. Belakangan Batu Payung menggondol medali perunggu untuk kelas Colour Prints General, dengan judul ”The Linger Stone”, dalam Lomba Trierenberg Super Circuit 2013 di Austria.

Batu ini memang ajek, terpaku dan menetap (linger) di tempatnya, berdiri kokoh, berbentuk payung, meski dari sudut pandang berbeda terlihat mirip wajah manusia atau jamur raksasa. Dulunya mungkin batu ini menyatu dengan bukit di sekitarnya. Namun, karena abrasi air laut, letaknya lalu terpisah dengan bukit di sekitarnya. Sekitar 10 meter dari Batu Payung ada batu karang menyerupai penyu jika dilihat dari titik pandang tertentu.

Menuju Batu Payung yang pernah dijadikan tempat shooting film yang dibintangi Rhoma Irama dan Ruhut Sitompul serta iklan sebuah perusahaan rokok bisa ditempuh lewat Pantai Aan menumpang perahu dengan ongkos Rp 10.000 pergi pulang, dengan waktu tempuh sekitar 10 menit. Namun, perahu tidak bisa merapat sebab terhalang batu karang dan berisiko terkena ombak besar.

Paling aman memang jalan kaki, menelusuri bukit batu karang, terutama ketika air laut surut. Namun, hati-hati melangkah sebab salah kaki berpijak bisa terpeleset akibat batu karang yang berlumut. Jalan tidak bisa melaju lantaran harus berlenggang lewat sela-sela pecahan batu karang dan serpihan longsoran batuan bukit itu. Tetapi, dengan berjalan melewati tebing bukit bisa disaksikan batuan hasil abrasi laut, berbentuk meja dan kursi. Perjalanan dari tempat parkir ke Batu Payung sekitar 15 menit.

Lanskap Batu Payung tidak untuk mandi dan berjemur karena bentangan pantainya berupa batu karang, sedangkan daratannya berpasir putih sempit sekitar 15 meter, dengan lebar tak beraturan dan di sana-sini terdapat bebatuan besar. Pengunjung umumnya melakukan kunjungan singkat ke Batu Payung untuk foto-foto. Bawalah makanan-minuman secukupnya, jangan membuang limbah wadah minuman dan pembungkus makanan guna menjaga kebersihan lokasi itu.

Bagi yang menyukai ketenangan, boleh datang bersembunyi ke Batu payung saat sepi pengunjung. Paling tidak Anda bisa bersantai di atas pecahan batu, menikmati semilir angin laut, deru ombak memecah kesunyian, dan menerawang awan berarak. (Khaerul Anwar)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com