Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia Kota Solo, Abdullah Suwarno mengatakan, Solo memang masih tertinggal jauh dibandingkan Yogyakarta. Untuk itu, seluruh pemangku kepentingan harus bersama-sama menggairahkan sektor pariwisata, seperti promosi dan penataan obyek wisata.
Menawarkan diri
Solo membangun diri sebagai kota MICE sejak kepemimpinan Joko Widodo yang kini dilanjutkan FX Hadi Rudyatmo. Solo rajin menawarkan diri jadi tuan rumah penyelenggaraan kegiatan. Strategi Solo memenangi bidding atau pengajuan penawaran yang digunakan adalah menawarkan menanggung biaya menginap, makan, dan transportasi dalam kota selama acara kepada peserta. Ini diterapkan saat Solo ingin menjadi tuan rumah pelaksanaan Konferensi dan Pameran Kota-kota Pusaka Dunia. Solo juga menggelar kirab budaya yang membuat peserta senang, terkesan, merasa diterima, dan dihargai.
Biaya yang dikeluarkan tadi dianggap sebagai investasi karena efek berganda bagi perekonomian masyarakat dirasa jauh lebih besar. Solo butuh membangun reputasi yang mampu mendongkrak sektor pariwisata secara keseluruhan. Bisnis MICE dianggap lebih tahan krisis ekonomi dibandingkan pariwisata konvensional. Pada 2009, Solo dicanangkan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif sebagai salah satu kota tujuan MICE utama di Indonesia, selain Bali, Jakarta, Yogyakarta, Makassar, Balikpapan, Lombok, Medan, Batam, dan Manado.
Padatnya penyelenggaraan MICE juga berdampak pada ramainya toko oleh-oleh, tempat kuliner, pusat kerajinan, pasar batik, hingga larisnya jasa pengayuh becak. Sektor usaha mikro, kecil, dan menengah bergeliat, bahkan muncul pelaku-pelaku UMKM baru.
Surya Hardjono (32), yang membuka usaha aneka kerajinan untuk suvenir sejak tiga tahun lalu, mengaku merasakan dampak positif banyaknya kunjungan wisatawan ke Solo. ”Dua tahun ini penjualan terus meningkat,” ujar pemilik Lanvia Suvenir ini. Awalnya, omzet Surya Rp 1 juta per bulan, kini Rp 3,5 juta-Rp 6,5 juta per bulan. Peningkatan terutama dirasakan enam bulan terakhir. Ia kini juga memasok produksi ke toko-toko suvenir di Solo.
Hal sama dirasakan Syahrivo Rosena (21) yang baru mulai terjun membuat tas tangan dan dompet perempuan dari bahan lidi. Saat awal merintis usaha kerajinan itu, omzet awal Rp 500.00 per bulan, kini Rp 1,5 juta per bulan. (Erwin Edhi Prasetyo dan Sri Rejeki)
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.