Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Belajar Berani, Berani Belajar

Kompas.com - 12/11/2013, 10:27 WIB
Oleh: Ninuk Mardiana Pambudy

Ketika berlibur ke Bali pada akhir September lalu, dalam rencana awal perjalanan tidak ada arung jeram. Tujuan kami rutin setiap kali ke pulau tersebut, mengunjungi desa adat Tenganan untuk melihat kesibukan penenun kain ikat ganda gringsing dan Ubud.

Kali ini kami juga ingin mampir ke The Rock di Ayana Resort, Uluwatu. Tempat ini sedang hip sebagai bar dan restoran terbuka dengan panorama matahari terbenam di kaki langit yang bertemu dengan keluasan Samudra Hindia. Inilah Bali, setiap kali kita datang ke sana selalu ada hal baru yang siap dijelajahi.

Saat dalam perjalanan dari Sanur ke Tenganan, mata bertumbukan dengan baliho besar: Bakas Levi Rafting. Saya tidak terlalu kenal dengan kegiatan arung jeram di Sungai Melangit ini. Yang sering saya dengar ada di Sungai Ayung, Ubud. Ternyata, masih ada satu lagi, arung jeram di Sungai Telaga Waja. Ruas arung jeram di Telaga Waja adalah yang terpanjang, 16 kilometer, sementara penggal di Sungai Ayung 13 km dan Sungai Melangit hanya 7,5 km.

Pengemudi mobil sewaan kami, Pak Wayan, memberi informasi awal cukup menarik. Menurut Wayan, jalur arung jeram ini lumayan populer. Turis yang dia antar ke sana kebanyakan baru pertama kali menjajal arung jeram.

Keterangan Wayan memompa semangat dan keberanian. Maklum, referensi tentang arung jeram saya dapat dari menonton televisi ditambah beberapa berita media massa tentang kecelakaan fatal yang menimpa rombongan peserta arung jeram. Arus sungai yang deras, batuan besar, dan turunan terjal yang harus dilalui peserta arung jeram memberi kesan olahraga ini hanya milik mereka yang pandai berenang seperti ikan dan profesional dalam olahraga arung jeram. Saya tidak termasuk ke dalam keduanya.

Wayan berpesan agar kami siap dari tempat menginap di Sanur pukul 08.00 agar bisa berangkat arung jeram pukul 09.00. Diperkirakan perlu satu setengah jam sampai dua jam untuk menyelesaikan perjalanan sepanjang 7,5 kilometer.

Terayun dan terempas

Lokasi arung jeram Bakas Levi ada di Sungai Melangit, Desa Bakas, Kabupaten Klungkung. Kami beruntung ketika tiba sedang tidak ada tamu lain. Tempat pendaftaran dikelilingi pepohonan tinggi dan tidak terlihat sungai ataupun terdengar suara air mengalir.

Segera setelah membayar tiket, kami mendapat dua pemandu. Kami diberi helm dan jaket pelampung. Kursus singkat segera diberikan tentang cara duduk di dalam perahu karet, memegang dayung, cara duduk ketika melalui jeram, termasuk pertanyaan apa kami bisa berenang.

Barang-barang dan pakaian ganti kami simpan di lemari terkunci, sementara barang-barang penting kami bawa dan dimasukkan dalam kantung kedap air.

KOMPAS/NINUK MARDIANA PAMBUDY Bila mau, mencoba melompat ke dalam sungai dari ketinggian sekitar 4-5 meter di tepi Sungai Melangit, Desa Bakas, Klungkung, Bali, juga menegangkan.
Selesai ”kursus” 10 menit itu, kami berjalan kaki menuju sungai. Pohon-pohon besar mengelilingi jalan tanah berbatu yang dibuka untuk kendaraan logistik. Di jalan ada kotoran gajah dan kami memang bertemu gajah dengan dua turis Korea dan satu pawang gajah menunggangi hewan besar itu. Lokasi arung jeram ini memang menyatu dengan atraksi naik gajah dan bersepeda.

Turun ke sungai awalnya membuat saya gentar. Air terlihat dalam dan mengalir cukup kencang. Saat mata mengarah ke hilir, jeram dengan suara air jatuh sudah terdengar.

Satu keluarga muda dengan dua anak yang mengantre di belakang kami membuat saya tidak punya banyak pilihan kecuali segera naik ke atas perahu. Pemandu utama kami, Putu, memegang dayung utama, sementara rekannya yang lebih muda membantu. Saya memilih duduk di bagian tengah di dasar perahu daripada di bangku yang sebetulnya lebih memberi sensasi dan pemandangan yang memacu ketegangan menyenangkan.

Kami berperahu sekitar lima menit ketika tiba di jeram pertama. Air putih membuncah menyambut dan beberapa detik kemudian tubuh terasa terayun ke atas lalu diempas ke bawah. Seluruh tubuh segera basah kuyup.

Saya berhasil melalui jeram pertama saya dan tetap utuh berada di atas perahu. Ketika menoleh ke belakang, saya perkirakan jeram pertama itu tingginya sekitar lima meter. Selanjutnya, saya menunggu dengan tidak sabar jeram-jeram berikut. Tiap kali rasa berdebar masih hadir, lontaran dan empasan, teriakan, lalu diikuti tawa.

Dengan beberapa titik sungai menyempit, perahu karet kami harus bermanuver melalui tikungan dan menghindar batuan. Beberapa kali perahu menabrak dinding batu di tepi sungai, tetapi itu menjadi bagian dari daya tarik Sungai Melangit.
Penaklukan

Kira-kira sepertiga sisanya perjalanan lebih tenang. Inilah saat menikmati suasana hutan alam di tepi sungai yang lebarnya pada titik tersempit mungkin hanya lima meter.

Air jernih mengalir dari sela-sela batu padas di tepi sungai. Bahkan ada air terjun kecil yang bisa disinggahi bila ingin. Burung berbulu biru beberapa kali melintas di atas kami.

Di satu titik, kami menepi. Putu menawarkan bila ingin menjajal lompat dari tebing yang tingginya lebih dari lima meter. Dia menjamin tempat itu aman. Air sungai yang tenang dan dingin memang menggoda untuk mencoba terjun.

Sepasang suami-istri dari Timur Tengah ikut berhenti. Si suami mencoba membujuk istrinya yang berbaju panjang dengan kerudung kepala untuk ikut mencoba terjun. Saya tidak membayangkan berat baju basah si istri bila dia jadi terjun ke sungai.

KOMPAS/NINUK MARDIANA PAMBUDY Menjelang akhir perjalanan arung jeram di Sungai Melangit, air sungai semakin tenang. Berenang menuju tepian yang landai bisa menjadi pilihan.
Ini pertama kali saya mencoba arung jeram, sehingga tidak bisa mengatakan beruntung saat itu sedang musim kemarau sehingga arus sungai relatif tenang. Saya mencoba membayangkan deras arus sungai saat musim hujan atau bila tiba-tiba air naik cepat karena hujan di hulu. Akan tetapi, pemandu kami meyakinkan Sungai Melangit tidak pernah berulah karena daerah aliran sungainya masih baik hingga ke hulu.

Arung jeram di Sungai Melangit memang cocok untuk pemula. Beberapa situs menyebut tingkat kesulitannya III-IV (yang tersulit angkanya VI), cocok untuk pemula dan berketerampilan menengah.

Keluarga Australia di belakang kami ikut berhenti bersama turis-turis lain di warung kecil di tepian sungai yang landai. Gadis kecil yang semula sama cemasnya dengan saya, sekarang juga terlihat gembira. Si ayah bertanya, apakah ingin mencoba lagi. Si kakak lelaki mengiyakan cepat. Saya juga mengiyakan dalam hati. Satu penaklukan terhadap diri sendiri sudah selesai, menunggu tantangan lain.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com