Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengambil Jeda di Pulau Tidung

Kompas.com - 16/11/2013, 14:04 WIB
SAAT waktu perlu dihentikan sementara dari kesibukan yang menyita, mengapa tidak mencarinya segera? Bagi warga DKI Jakarta pilihan untuk menemukannya bisa beragam dan relatif mudah, salah satunya berwisata ke Pulau Tidung, Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu.

Berangkat dari Pelabuhan Muara Angke, Penjaringan, Jakarta Utara, bisa menjadi titik awal memulai perjalanan. Namun, lokasi dermaga penumpang yang digabung dengan dermaga nelayan mungkin akan mengurangi kenyamanan. Pasalnya, selain terkesan kumuh dan aroma khas beragam komoditas laut, untuk mencapai kapal penyeberangan juga bukan hal yang relatif mudah. Kita mesti terlebih dahulu naik ke kapal yang paling mepet dengan dermaga sebelum tiba di kapal dimaksud.

Dibutuhkan uang Rp 30.000–Rp 35.000 untuk membayar ongkos pelayaran selama sekitar dua jam dalam feri penumpang berbadan kayu tanpa tempat duduk itu. Akan tetapi, jika kapal penuh sesak, terutama saat akhir pekan, sebagian penumpang mesti rela hanya bisa ditampung di sisi-sisi terluar kapal.

Sebetulnya ada jalur lain yang bisa ditempuh, yakni melalui Pelabuhan Kaliadem yang juga masih berada di kawasan Muara Angke. ”Tetapi ini kapal-kapal cepat yang diprioritaskan untuk penduduk,” kata Nurdian (42), salah seorang penduduk Pulau Tidung.

Satu alternatif lokasi penyeberangan lainnya ialah melalui dermaga di Marina Ancol, Jakarta Utara. Akan tetapi, harga tiket yang perlu dibayar relatif jauh lebih mahal.

Pelayaran dengan feri penumpang cenderung diminati karena selain harga yang relatif lebih murah, guncangan dan goyangan gelombang relatif lebih bersahabat.

Ramai

Tiba di Pulau Tidung, kita akan disambut dengan suasana keramaian khas dermaga di wilayah kepulauan. Papan petunjuk untuk menyusuri pulau segera bisa ditemukan setelah keluar dari tembok pelabuhan.

KOMPAS/INGKI RINALDI Pulau Tidung.
Arah ke kanan menuju Jembatan Cinta yang menghubungkan Pulau Tidung Besar dengan Pulau Tidung Kecil yang tidak berpenghuni dan menjadi kawasan penanaman mangrove. Adapun arah ke kiri menuju ke sejumlah kawasan penginapan.

Jalanan yang cukup dilalui dua unit sepeda motor secara berpapasan itu tampak ramai. ”Setiap akhir pekan memang ramai,” kata Andri M, salah seorang penduduk asli Pulau Tidung yang pada Sabtu (12/10/2013) lalu berlayar dari Pelabuhan Muara Angke.

Sebagian warga kemudian menjadikan rumah-rumah mereka sebagai penginapan untuk menampung para pengunjung itu. Ini selain sejumlah penginapan yang didirikan secara khusus untuk menampung wisatawan.

Akan tetapi, menurut Andri, yang masih tercatat sebagai mahasiswa semester V Universitas Negeri Jakarta, relatif banyaknya jumlah pengunjung juga kerap menyisakan soal tersendiri. Salah satunya ialah kebiasaan buang sampah sembarangan yang belum bisa dihilangkan oleh sebagian besar orang.

Jembatan Cinta

Para pengunjung yang datang ke Pulau Tidung terutama bisa menikmati beragam aktivitas wisata bahari. Menyelam, snorkeling, banana boat, dan sebagainya bisa dinikmati dengan relatif mudah.

Tempat makan bertebaran dan bisa ditemukan dengan relatif mudah. Tentu saja, menu masakan dengan bahan utama ikan laut mesti dicicipi di pulau ini.

KOMPAS/INGKI RINALDI Pulau Tidung.
Harga seporsi masakan bervariasi, misalnya saja untuk nasi dengan ikan laut goreng plus es teh manis sekitar Rp 25.000 pada salah satu rumah makan. Untuk sarapan, sejumlah jenis masakan juga bisa ditemukan, termasuk nasi uduk dengan jengkol yang ditawarkan dengan harga relatif murah.

Bagi turis yang ingin mengelilingi pulau yang sebagian berbentuk lurus, sehingga kita bisa menengok pantai dari dua sisi pulau itu langsung, terdapat sepeda-sepeda yang bisa disewa. Kondisi sepeda-sepeda itu memang tidak bisa disebut baik, tetapi cukup layak untuk sekadar dipakai berkeliling menuju Jembatan Cinta, misalnya.

Hingga larut malam, pulau itu juga relatif masih semarak. Tempat-tempat makan masih menyediakan sejumlah kuliner dan alunan musik masih terdengar mengentak dari kejauhan.

Rio Cahya, salah seorang pengunjung yang pada Sabtu hingga Minggu datang bersama sejumlah rekan-rekannya untuk melakukan latihan selam bebas berencana kembali lagi. ”Asyiknya sih ke sini ajak keluarga ya,” katanya saat menyusuri Jembatan Cinta.

Sejumlah pemuda, di pengujung waktu Maghrib, ketika itu beberapa kali mendemonstrasikan kemampuan mereka meloncat ke dalam air dari atas jembatan. Di bawah temaram lampu yang dipasang berjejer, jernihnya kondisi perairan terlihat terpantulkan.

Penginapan

Nurdian, yang juga ibunda Andri, mengatakan, relatif bertambah ramainya kunjungan wisatawan mulai terjadi sekitar tahun 2009. Nurdian, yang tinggal di Pulau Tidung Besar sejak tahun 1990, mengatakan, setelah ledakan jumlah pengunjung terjadi ia menjadikan rumahnya sebagai penginapan.

KOMPAS/INGKI RINALDI Pulau Tidung.
”Jika sedang ada tamu menginap, kami sekeluarga tinggal di bagian belakang rumah,” kata Nurdian. Ia menambahkan, para pengunjung itu selain didominasi mereka yang berasal dari Jakarta, juga berdatangan dari Bandung atau bahkan Sumatera.

Jika tengah dipakai sebagai penginapan, rumah dua kamar Nurdian bisa menampung hingga sekitar 13 orang. Menurut Nurdian, selain dirinya penduduk lain juga cenderung memfungsikan tempat tinggal mereka sebagai penginapan bagi para tamu.

Ia berniat untuk membangun lagi penginapan tambahan karena jumlah pengunjung yang makin banyak. Namun, keinginan itu masih tertunda karena biaya yang dibutuhkan relatif banyak. (Ingki Rinaldi)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com