Terpencar-pencar
Meski dikenal sebagai satu-satunya situs kota di Indonesia, dari masa sebelum hingga sesudah Majapahit, Trowulan sulit dinikmati. Sebaran situs yang cukup luas dan terpencar-pencar membuat orang sulit mendapat gambaran utuh.
Ada puluhan situs yang ditemukan dan digali arkeolog. Sebagian sudah dipugar, tetapi masih banyak yang belum tertangani dengan baik karena kendala biaya.
Dari puluhan situs itu para ahli mengelompokkan menjadi tujuh sel untuk memudahkan penanganan dan pelestarian. Beberapa situs yang bisa dilihat pengunjung adalah Gapura Wringin Lawang, Candi Brahu, Situs Sumur Upas, Candi Kedaton, Umpak Batu, Siti Hinggil, Makam Troloyo, Candi Tikus, dan Kolam Segaran.
Candi Brahu di Desa Bejijong merupakan candi terbesar di Trowulan. Candi yang sudah dipugar itu berada di atas lahan sekitar 1 hektar lebih, berbatasan dengan ladang tebu dan jagung milik warga. Dari jalan raya Mojokerto-Jombang, ada jalan kecil masuk sepanjang 1,8 kilometer ke Candi Brahu.
Candi yang berfungsi sebagai tempat pemujaan tersebut tingginya 25 meter dengan kaki candi seluas 18 meter x 22,5 meter. Seluruh konstruksinya menggunakan batu bata. Namun, ketika dipugar, sebagian tubuh candi yang runtuh diganti batu bata baru.
Meski arkeolog menemukan bukti bahwa candi itu hanya difungsikan sebagai tempat menyimpan abu raja-raja, warga setempat punya cerita lain. ”Orang sini percaya bahwa Candi Brahu dipakai sebagai tempat pembakaran mayat raja-raja Majapahit,” kata Marsaid, juru pelihara Candi Brahu.
Kami diizinkan untuk naik ke kaki candi yang lebar, yang sebenarnya terlarang untuk pengunjung. Tidak ada tangga batu untuk naik ke tubuh candi. Padahal, di situ ada ruangan kosong tempat arkeolog menemukan sisa karbon. ”Hal itu membuat masyarakat percaya ini dulu tempat pembakaran mayat,” kata Marsaid.
Dari abad X
Candi Brahu diperkirakan dari abad X, masa sebelum Kerajaan Majapahit berdiri. Itu merupakan candi yang dibangun pada masa peralihan kekuasaan Mataram Kuno di Jawa Tengah ke Jawa Timur. Dari prasasti Alasantan disebutkan, candi dibangun atas perintah Mpu Sendok, raja Mataram Kuno.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.