"Tari Gandrung telah lama mengakar di masyarakat Banyuwangi, mempunyai jejak sejarah yang panjang dalam membentuk dan ikut memengaruhi konfigurasi sosio-kultural di masyarakat," ujar Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas.
Perhelatan Paju Gandrung Sewu disajikan secara kolosal dengan menampilkan ribuan penari gandrung dan pengiringnya (disebut paju) di atas lautan pasir saat matahari mulai terbenam.
Tahun lalu, aksi Gandrung Sewu juga dihelat dengan penampilan sekitar seribu penari. Sewu sendiri dalam bahasa lokal berarti seribu. Nah, tahun ini, perhelatan dibikin makin seru dengan tambahan seribu penari pengiring atau biasa disebut "paju", sehingga total ada 2.106 penari. Sehingga event tahun ini disebut "Paju Gandrung Sewu".
Aksi Tari Gandrung kolosal dijadikan perhelatan khusus karena melibatkan interaksi dengan masyarakat, di mana Paju adalah para penonton pria yang ikut diajak menari. “Paju Gandrung sering dihadirkan saat masyarakat Using menggelar hajatan,” jelasnya. Using adalah suku asli Banyuwangi.
Sabtu sore, Paju Gandrung Sewu ini diawali pemasangan sebuah kiling, semacam kincir angin yang dipasang di sawah untuk mengusir burung. Terbuat dari bambu yang tingginya mencapai 10 meter. Setelahnya akan ditampilkan sebuah fragmen yang menceritakan perjalanan seorang penari Gandrung.
Fragmen ini dibawakan oleh puluhan Gandrung dan paju profesional. Para penari Gandrung senior ini memulai fragmennya dengan memunculkan Seblang (sebuah ritual khas masyarakat adat Using), lalu Gandrung Marsam (gandrung laki-laki). Pada awalnya, dahulu kala, Gandrung diperankan seorang laki-laki, lalu lambat laun Gandrung berkembang dan lebih banyak dibawakan perempuan. Gandrung perempuan pertama adalah penari Gandrung Semi.
Dalam fragmen ini, digambarkan penari gandrung akan menari hingga tengah malam, di mana para pengiring akan maju dan menari sambil memberi saweran kepada para penari. Kadang diselingi dengan suguhan minuman keras. Sehingga praktik ini membuat citra kesenian gandrung menjadi buruk.
"Kolosalitas ini menunjukkan bahwa budaya lokal semakin digandrungi, tumbuh-berkembang, sekaligus menjadi aset wisata yang sangat potensial dalam menarik wisatawan," ujar Anas.
Selain 2.106 penari, perhelatan Paju Gandrung Sewu melibatkan 161 kru, termasuk di antaranya puluhan penabuh gamelan (wiyogo) dan pesinden. Perhelatan ini masuk dalam rangkaian "Banyuwangi Festival" yang digelar sepanjang September-Desember 2013 dengan beragam acara, antara lain, Banyuwangi Ethno Carnival, Batik Festival, Banyuwangi Beach Jazz Festival, Tour de Ijen, dan Festival Kuwung. (*)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.