Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Banyuwangi Genjot Pengembangan Desa Wisata

Kompas.com - 30/11/2013, 19:19 WIB
BANYUWANGI, KOMPAS.com - Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, terus melakukan berbagai langkah untuk menggenjot sektor pariwisata. Di samping menggelar berbagai acara pariwisata berbasis atraksi budaya dan keindahan alam, kabupaten yang dijuluki "The Sunrise of Java" ini juga mengembangkan desa wisata.

"Desa wisata punya potensi besar, terutama untuk segmen wisatawan yang tertarik menyelami kekayaan seni-budaya masyarakat Osing," kata Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas, di Banyuwangi, Kamis (28/11/2013). Osing adalah suku asli Banyuwangi.

Secara garis besar, desa wisata bisa diartikan sebagai konsep wisata terintegrasi di sebuah wilayah yang memadukan antara potensi wisata lokal berupa produk seni-budaya dan keindahan alam, akomodasi, dan fasilitas pendukung lainnya.

Di Banyuwangi, sudah terdapat satu desa wisata, yaitu Desa Wisata Osing yang terletak di daerah Kemiren, sekitar 15 menit perjalanan dari pusat kota Banyuwangi dengan menggunakan kendaraan bermotor. Di Desa Wisata Kemiren, sedikitnya terdapat 32 acara budaya, di mana 18 di antarannya berupa kesenian. Di antara kekayaan seni budaya itu terdapat tradisi Ndog-ndogan, Penampan, Ider Bumi, Tari Gandrung, Angklung Paglak, dan lain sebagainya.

Kekayaan seni-budaya itu berpadu dengan kekhasan lokal lain seperti rumah adat dengan arsitektur khas Osing yang mencerminkan keramahan dan sikap egaliter. Warisan budaya agraris juga kental di mana ada pola bertani tradisonal, seperti penggunaan baling-baling kayu (disebut kiling) untuk mengusir hama yang bisa mengganggu tanaman.

"Kemarin, kami juga baru saja mengajak sejumlah kepala desa dan tokoh adat yang daerahnya punya potensi wisata untuk berguru ke Bali selama satu hari. Kami ke Desa Wisata Batu Bulan dan Penglipuran. Di sana termasuk belajar hal yang kelihatannya remeh tapi sangat substansial, seperti ramah dan tidak mematok harga barang yang tak rasional ke wisatawan," kata Anas.

Anas menekankan, pengembangan pariwisata Banyuwangi didasarkan pada konsep pelibatan sumber daya lokal, baik sumber daya alam, sumber daya manusia, maupun sumber daya institusional. "Masyarakat harus terlibat. Institusi lokal seperti kelompok pemuda, koperasi warga, atau kelompok perempuan didorong jadi ujung tombak pemasaran wisata," tuturnya.

Wisatawan yang datang ke destinasi desa wisata juga bisa menginap di rumah penduduk, mempelajari cara hidup mereka, dan makan makanan setempat. Sehingga, masyarakat lokal tidak hanya dijadikan sebagai obyek turis belaka, melainkan sebagai ''tuan'' bagi diri mereka sendiri, wirausahawan, penyedia jasa, sekaligus diberdayakan sebagai pekerja.

"Di Desa Wisata Osing Banyuwangi ada rumah yang biasa dijadikan homestay. Sanggar-sanggar seni hidup. Cara penyajian kopi juga khas, bahkan wisatawan bisa ikut memproses dan menggoreng kopi," kata Anas.

Salah satu contoh sukses penerapan desa wisata berbasis masyarakat, menurut Anas, adalah komunitas Posada Amazonas yang hidup di daerah Taman Nasional Tambopata, Peru. Mereka mengelola lahan dan menawarkan ekspedisi melintasi hutan bagi wisatawan. Wisatawan diajak belajar cara hidup ala Indian Peru dengan berburu, memancing, hingga memotong pohon. Para wisatawan pun diajak menghargai alam.

"Jadi sebenarnya konsep desa wisata ini selaras dengan model pengembangan pariwisata berkelanjutan. Jika unggulannya alam, maka desa wisata bisa meningkatkan daya dukung lingkungan. Jika unggulannya atraksi seni-budaya, maka desa wisata bisa melestarikan dan mengembangkan warisan budaya dari leluhur," tambah Anas. (*)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com