Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 02/12/2013, 07:35 WIB
DI Banjarmasin, Kalimantan Selatan, tradisi penganan, makanan kecil, atau wadai, bukan sekadar urusan mengisi perut. Wadai menjadi simbol warna kehidupan, bergerak bersama tumbuh kembang masyarakat Banjar.

Kabut belum lagi menguap habis dari Sungai Martapura kala Restu (32) mendayung perahunya. Perahu kayu itu menyibak deretan perahu penjual dan pembeli di pasar terapung Lok Baintan, Banjarmasin. Di tengah perahu Restu, sebuah cetakan kue pukis terus mengepulkan asap.

”Beli berapa potong?” kata Restu ramah, sambil menyalakan kompor gas, lantas mengolesi cekungan cetakan dengan mentega. Begitu ada pesanan, ia segera menuang adonan gandum, telur, dan gula ke cetakan. Adonan itu pun mendesis menebar wangi.

Sekitar satu menit kemudian, Restu mencongkel keluar pukisnya, 10 potong kue dibayar Rp 10.000, dan kami pun menikmati hangatnya kue pukis di dinginnya pagi. Tak lama kemudian, perahu kami diantuk bibir perahu Rasunah (30), yang menawarkan nagasari, dadar gulung, kue cincin, buras, dan tapai.

Beragam

Wadai 41 adalah sebutan untuk puluhan jenis makanan atau penganan khas Banjar yang selalu dihadirkan dalam perayaan tradisional di Kalimantan Selatan. Budayawan Mukhlis Maman menuturkan, angka ”41” dalam penamaan itu memiliki beragam versi penjelasan.

”Ada yang memahami angka 41 itu sakral, sama sakralnya dengan ’hari ke-41’ dalam tradisi keseharian urang Banjar. Ada pula yang menafsir bahwa jumlah wadai yang lazim dihadirkan dalam beragam perayaan urang Banjar memang punya 41 jenis,” kata Muhklis.

Apa pun tafsir angka 41 dalam penamaan itu, wadai hadir dalam keseharian urang Banjar. Sore di akhir Oktober lalu, sejumlah warga berbincang di Warung Wadai 41, di pinggir jalan raya di Martapura, Banjarmasin. Di meja panjang, piring-piring yang penuh kue dijajar berderet-deret. Ada gegauk, berupa ketan putih berbentuk wajik dengan cucuran gula kelapa dan parutan dagingnya, dengan ”petasan” berupa butiran garam yang meletupkan rasa asin.

Magelik, kue kacang kedelai dengan sekelebat rasa asin, tersantap bersama cocolan sambal. Dua rak di atas meja itu juga sesak oleh aneka wadai berwarna putih, merah, hijau, kuning serta coklat. ”Semua wadai di warung kami makanan turun-temurun, dikenalkan para orangtua kami,” kata Mujah.

Sejarah panjang

Halaman Selanjutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda
28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Kereta Cepat Whoosh Beroperasi Mulai 2 Oktober, Tiket Mulai Rp 250.000

Kereta Cepat Whoosh Beroperasi Mulai 2 Oktober, Tiket Mulai Rp 250.000

Travel Update
7 Hotel Dekat Terminal Ferry Internasional Harbour Bay

7 Hotel Dekat Terminal Ferry Internasional Harbour Bay

Hotel Story
Hari Batik Nasional 2 Oktober, Apakah Libur? 

Hari Batik Nasional 2 Oktober, Apakah Libur? 

Travel Update
3 Tips Ikut Tur Wisata ke Kampung Tugu, Datang Saat Acara Besar

3 Tips Ikut Tur Wisata ke Kampung Tugu, Datang Saat Acara Besar

Travel Tips
Pengalaman Ikut Tur Wisata Jalan Kaki di Kampung Tugu, Jejak Portugis di Jakarta Utara

Pengalaman Ikut Tur Wisata Jalan Kaki di Kampung Tugu, Jejak Portugis di Jakarta Utara

Jalan Jalan
Sejarah Benteng Martello, Peninggalan Kolonial Belanda di Kepulauan Seribu

Sejarah Benteng Martello, Peninggalan Kolonial Belanda di Kepulauan Seribu

Travel Update
Berkunjung ke Kampung Tugu Jakarta Utara, Bisa Ngapain Aja?

Berkunjung ke Kampung Tugu Jakarta Utara, Bisa Ngapain Aja?

Jalan Jalan
7 Aktivitas di Taman Kyai Langgeng Magelang, Bisa Lihat Tanaman Langka

7 Aktivitas di Taman Kyai Langgeng Magelang, Bisa Lihat Tanaman Langka

Jalan Jalan
Jelang Hari Batik Nasional, Kunjungi 8 Museum Batik di Indonesia

Jelang Hari Batik Nasional, Kunjungi 8 Museum Batik di Indonesia

Jalan Jalan
5 Tips Wisata Saat Cuaca Panas, Pilih Tempat yang Pas

5 Tips Wisata Saat Cuaca Panas, Pilih Tempat yang Pas

Travel Tips
5 Jenis Tempat Wisata yang Pas Dikunjungi Saat Cuaca Panas

5 Jenis Tempat Wisata yang Pas Dikunjungi Saat Cuaca Panas

Travel Tips
Asal Usul Nama Lubang Buaya, Lokasi Peristiwa G-30-S Tahun 1965

Asal Usul Nama Lubang Buaya, Lokasi Peristiwa G-30-S Tahun 1965

Jalan Jalan
Antisipasi Antrean Panjang, Ada Buka-Tutup di Gate Masuk KAI Expo 2023

Antisipasi Antrean Panjang, Ada Buka-Tutup di Gate Masuk KAI Expo 2023

Travel Update
Museum Batik Indonesia: Lokasi, Jam Buka, dan Harga Tiket Terkini

Museum Batik Indonesia: Lokasi, Jam Buka, dan Harga Tiket Terkini

Travel Update
3 Kota Ini Jadi Destinasi Favorit dalam KAI Expo 2023, Ada Yogyakarta

3 Kota Ini Jadi Destinasi Favorit dalam KAI Expo 2023, Ada Yogyakarta

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com