Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 04/12/2013, 07:42 WIB
SELAIN penyantap segala hasil sungai, masyarakat Dayak dan Banjar juga dikenal sebagai peladang yang piawai menanam berpuluh jenis padi ladang. Peladangan berpindah kerap menjauhkan orang Dayak dan Banjar dari sungainya, siklus hidup yang membuat mereka menguasai teknologi pengawetan ikan. Yang paling khas dan bercita rasa kuat adalah wadi, pengawetan ikan dengan proses fermentasi.

Jemari Nanang Akhmad (34) cekatan memasukkan potongan ikan gurami ke dalam stoples plastik di sebuah kios Pasar Kahayan, Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah, akhir Oktober lalu. Potongan ikan yang hendak diolah menjadi wadi atau ikan terfermentasi tersebut sudah menjalani rangkaian pengolahan selama dua hari dua malam sebelumnya.

Awalnya, ikan yang sudah dipotong-potong seukuran separuh telapak tangan orang dewasa itu ditaburi garam selama sehari semalam. Keesokan paginya, potongan ikan tersebut dicuci untuk menghilangkan garam. Selanjutnya, potongan ikan itu direndam larutan gula aren sehari semalam. Keesokan harinya, potongan ikan ditiriskan dan ditaburi irisan bawang putih agar beraroma harum.

Potongan ikan tersebut yang siang itu dimasukkan Nanang ke dalam stoples. Nanang pun kemudian menaburkan butiran beras berwarna coklat kekuningan ke potongan ikan. Butiran beras itu pun sebelumnya juga menjalani serangkaian proses. Diawali pencucian, penirisan selama semalam, disangrai hingga coklat kekuningan, hingga beras tersebut digiling kasar.

Sekitar seminggu kemudian, potongan ikan yang sudah ditaburi beras menjadi wadi. Ikan terfermentasi yang menyengat baunya, tetapi lezat rasanya. ”Satu kilogram ikan mentah kalau dijual Rp 70.000. Kalau sudah jadi wadi, harganya bisa Rp 90.000 per kilogram,” kata Nanang, pedagang Banjar dari Kalimantan Selatan yang sehari-hari menjual ikan segar maupun wadi olahan sendiri tersebut.

Pemrosesan wadi yang sejak lama telah dikenal turun-temurun oleh warga Dayak dan Banjar di Kalimantan ini mampu memperpanjang lama simpan ikan tangkapan. Ikan jelawat, papuyu, baung, gabus, gurami, dan jenis-jenis lainnya yang sudah jadi wadi tahan disimpan hingga berbulan-bulan. Inilah sumber kelezatan salah satu menu yang kami cicipi di rumah makan Palangka, ikan wadi dengan rasa asam yang unik, dan membuat kami tak henti menyantapnya.

Ketika mencium bau busuk menyengat dari ikan yang diolah menjadi wadi, kami tertawa-tawa dan merasa beruntung sudah mencicipi rasanya berbahan wadi. Kalaulah kami mengenal bau wadi sebelum menyantapnya, bisa jadi kami tak akan pernah memakannya. Padahal, kalau ingin menemukan cita rasa bersantap ikan yang sama sekali berbeda, justru olahan fermentasi wadi pilihan terbaiknya.

Cadangan pangan

Antropolog Marko Mahin menuturkan, pengolahan ikan - baik diasinkan atau difermentasi menjadi wadi–merupakan bagian strategi warga Dayak mengatur pola makan. Wadi menjadi cadangan makanan saat warga sedang disibukkan dengan kegiatan berladang atau memanen padi.

Ketika sedang bertanam atau memanen padi tersebut, warga yang tidak sempat berburu atau menangkap ikan tinggal mengeluarkan persediaan wadi yang mereka simpan di balanai (guci, belanga). ”Balanai wadi itu belanga untuk menyimpan wadi. Fungsi guci ini semacam kulkas. Tiap keluarga selalu punya. Dikeluarkan saat musim mereka sibuk kerja di ladang,” kata Marko.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda
28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Garuda Indonesia Online Travel Fair 2023, Diskon Tiket hingga 80 Persen

Garuda Indonesia Online Travel Fair 2023, Diskon Tiket hingga 80 Persen

Travel Update
BCA Tiket.com Travel Fair 2023, Ada Cashback hingga Rp 2 Juta

BCA Tiket.com Travel Fair 2023, Ada Cashback hingga Rp 2 Juta

Travel Update
Berburu Sunset di Rawa Pening Sembari Susur Sungai Naik Jip

Berburu Sunset di Rawa Pening Sembari Susur Sungai Naik Jip

Jalan Jalan
Promo Tiket Pesawat Vietjet Mulai Rp 0, Bisa Rayakan Festival Mooncake di Vietnam

Promo Tiket Pesawat Vietjet Mulai Rp 0, Bisa Rayakan Festival Mooncake di Vietnam

Travel Update
Patung Merlion di Singapura Akan Ditutup sampai Desember 2023

Patung Merlion di Singapura Akan Ditutup sampai Desember 2023

Travel Update
Jadwal MotoGP Mandalika 2023, Kurang dari Sebulan Lagi

Jadwal MotoGP Mandalika 2023, Kurang dari Sebulan Lagi

Travel Update
Rute ke Pantai Senggigi, Susuri Pesisir Barat Pulau Lombok

Rute ke Pantai Senggigi, Susuri Pesisir Barat Pulau Lombok

Travel Tips
Bikin Paspor Elektronik Kini Bisa di 102 Kantor Imigrasi Seluruh Indonesia

Bikin Paspor Elektronik Kini Bisa di 102 Kantor Imigrasi Seluruh Indonesia

Travel Update
Gunung Bromo Buka Lagi, Wisatawan Dilarang Injak Padang Sabana

Gunung Bromo Buka Lagi, Wisatawan Dilarang Injak Padang Sabana

Travel Update
Alasan Tak Ada Pasar Malam Sekaten Yogya, Dulu Strategi Penjajah Pecah Fokus Masyarakat

Alasan Tak Ada Pasar Malam Sekaten Yogya, Dulu Strategi Penjajah Pecah Fokus Masyarakat

Travel Update
Vredeburg Fair ke-9, Ada Agenda Sepedaan ke Museum hingga Konser Soegi Bornean

Vredeburg Fair ke-9, Ada Agenda Sepedaan ke Museum hingga Konser Soegi Bornean

Travel Update
Sepekan Setelah Diguncang Gempa, Maroko Mulai Didatangi Turis

Sepekan Setelah Diguncang Gempa, Maroko Mulai Didatangi Turis

Travel Update
5 Aktivitas yang Memicu Kebakaran di Gunung, Jangan Dilakukan

5 Aktivitas yang Memicu Kebakaran di Gunung, Jangan Dilakukan

Travel Tips
Pemulihan Pariwisata Global Sudah Capai 84 Persen

Pemulihan Pariwisata Global Sudah Capai 84 Persen

Travel Update
5 Tips Berkunjung ke Flona 2023 di Lapangan Banteng, Datang Sore Hari

5 Tips Berkunjung ke Flona 2023 di Lapangan Banteng, Datang Sore Hari

Travel Tips
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com