Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

I Ketut Rina, Kecak untuk Dunia

Kompas.com - 08/12/2013, 19:45 WIB

Ia masih ingat bagaimana Sardono memasukkan unsur kehidupan sehari-hari orang Bali dalam karya tarinya, seperti kisah itik ditabrak truk, orang mandi di laut, dan gerakan burung. Pengalaman itu membuka cakrawala Rina akan kekayaan pengembangan tarian kecak.

Namun, pentas yang disiapkan kala itu batal karena mendapat tentangan keras dari orang-orang Bali sendiri. ”Bus-bus sudah datang menjemput untuk membawa kami ke Jakarta, tetapi kami dilarang berangkat. Semua orang sedih, marah, sakit hati. Kami semua menangis. Desa menjadi sepi karena tidak ada yang keluar rumah selama berhari-hari,” tutur Rina.

Itu hanyalah sekelumit kisah pahit. Tahun 1974, Dongeng dari Dirah benar-benar meninggalkan Teges dan membawa Rina pentas lawatan ke Eropa. Rina pun menginjakkan kakinya di Perancis, Swiss, Inggris, Italia, dan Jerman.

Dari situlah mata kecil Rina yang mulai menginjak usia 11 tahun melihat bahwa kecak bisa menjadi ikon untuk mengenalkan kampung halamannya kepada dunia. Sejak lawatannya itu pula, kelompok tari kecak dari Teges Kanginan dikenal dengan nama kecak Rina.

Setelah dari Eropa, kecak Rina terpilih untuk tampil membuka Festival Shiraz di Iran tahun 1976 dan pada tahun 1978 menari ke India. Setelah dari India, Rina meneruskan sekolah hingga ia lulus dari Sekolah Tinggi Seni Indonesia Denpasar.

Sejak tahun 1986, Rina bekerja sendiri mengembangkan kecak. Beberapa karya koreografi kecak yang pernah ia buat antara lain Kelahiran (1989), Pembakaran Sinta (1994), dan Ngeraga (2000). Sebagai penari, Rina tidak hanya mengembangkan kecak.

Ia juga menciptakan banyak tarian tunggal dan berkolaborasi dengan penari tradisi dari negara lain seperti penari butoh dari Jepang; ikut ambil bagian dalam The Ensemble Temps Fort Theater, yang mengadakan rangkaian pertunjukan di Asia, Perancis, Amerika Serikat, dan Brasil serta masih banyak lagi pengalamannya menduniakan tari bali.

Beberapa kali Rina juga mondar-mandir ke luar negeri untuk memberikan workshop tari kecak di depan dosen-dosen seni di luar negeri. Maka, tidak heran, jika petugas imigrasi pun mengangkat tangan ke atas jika ia menyebut profesinya sebagai penari dari Bali. (Lusiana Indriasari)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com