Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Break, Kami di Lontong Orari, Ganti!"

Kompas.com - 13/12/2013, 08:37 WIB
JANGAN pernah takut kelaparan di Banjarmasin. Di ibu kota Provinsi Kalimantan Selatan itu, saat tengah malam pun bisa bersantap lezat: melahap gurihnya lontong orari. Makanan yang selalu jadi pilihan komunitas radio amatir, yang memang doyan begadang.

Suasana rumah makan Lontong Orari memang pas jadi penampung orang kemalaman sekaligus kelaparan. Meja-meja rendahnya ditata lega, membuat tubuh yang penat bisa dibaringkan sepanjang warung tak penuh pengunjung. Pilihan menunya pun tak rumit-rumit, sayur lontong dengan berbagai pilihan lauk, mulai dari haruan, ayam, hingga telur bebek yang dimasak habang.

Kenyamanan lain di rumah makan yang terselip di gang kecil Jalan Seberang Mesjid dekat Pasar Lama Banjarmasin itu adalah pelayanan yang cepat. Begitu dipesan, seporsi lontong hangat segera tersaji di atas meja, diracik bersama sayur nangka yang sedikit pedas. Salah satu pilihan lauk paling khas adalah ikan haruan atau gabus asap karena kota ini memang piawai mengasap ikan haruan.

Lontong rumah makan Lontong Orari pun dimasak dari beras ladang yang pera, disajikan bersama sayur nangka berkuah santan kental, sedikit pedas, dan manis. Taburan bawang goreng yang segera larut dalam santan menambah gurihnya sajian itu. Ikan haruan yang dimasak habang (masak merah dengan sejumlah bumbu, di antaranya cabai kering, gula, garam, bawang merah, bawang putih) bertekstur lembut dengan bau khas ikan asap.

Lontongnya yang padat dan kental itu, hmmmm…. Lontong rumah makan itu memang berbeda dari kebanyakan lontong yang umum ditemukan di luar Banjarmasin. Jika biasanya lontong dimasak dengan bungkusan daun pisang memanjang, lontong banjar dimasak dalam bungkusan daun yang berbentuk segitiga. Setelan suapan pertama, rasakan aroma harum kayu manis dan pedasnya serai berbalur kemiri.

KOMPAS/YUNIADHI AGUNG Rumah Makan Lontong Orari
Kuah kental itu, juga potongan ikan haruannya yang lembut, membuat Lili Irianti setia bersantap di Lontong Orari. ”Menu lontong mudah ditemukan di berbagai tempat bersantap lain di Banjarmasin. Namun, di Orari kuah lontongnya lebih kental,” ujar Lili.

Rasa manis Lontong Orari juga cocok bagi lidah perantau asal Jawa seperti Ahmad Suliadi (39). Gara-gara rasa lontong cocok dengan seleranya, Suliadi pun ketagihan bersantap di sana dengan membawa serta istri dan ketiga anaknya

”Namun, yang paling saya sukai dari Lontong Orari adalah jam bukanya yang sampai menjelang pagi hari. Saat malam lapar, kita bisa mendapatkan santapan,” tambahnya.

Sarapan malam

Untuk urusan jam buka, Lontong Orari memang sedikit unik, mulai pukul 10.00 pagi sampai pukul 04.00 dini hari tak henti melayani pembeli. Sofia (50), pengelola Lontong Orari, menuturkan, kedai yang dirintis ibunya, Rusminah, sejak tahun 1980-an itu awalnya warung pinggir jalan yang berjualan di pagi hari.

Di Banjarmasin, lontong memang lazimnya menjadi menu sarapan, dan dahulu semua penjual lontong hanya berjualan pagi hari. Menurut Sofia, para pelangganlah yang justru membuat jam berjualan Lontong Orari terus bertambah, membuat lontong jadi menu ”sarapan” malam.

”Dulu, kalau warung tutup, pelanggan datang dan makan di rumah. Akhirnya, ibu saya mulai berjualan di rumah, dari pagi hingga pukul 16.00. Lalu waktu buka diperpanjang sampai pukul 22.00, dan sekarang sampai pukul 04.00 dini hari. Penamaan ’Lontong Orari’ juga muncul belakangan, gara-gara rumah makan kami kerap dikunjungi komunitas radio amatir. Mereka ini kalau berkumpul ya sampai subuh. Padahal, kami sendiri tak tahu cara memakai radio amatir,” tutur Sofia tersenyum.

KOMPAS/YUNIADHI AGUNG Lontong Orari
Demi para pelanggan setianya, Sofia pun menjaga citarasa Lontong Orari. Lontong, bahan utama sajiannya, tetap menggunakan beras lokal yang selalu digemari orang Banjar. Setiap hari, dapur Lontong Orari menghabiskan waktu 7 jam untuk membuat lontong yang padat, kenyal. Waktu masak yang lama ini menjadi salah satu kunci yang terus dipertahankan sejak awal warung ”Orari”.

Untuk membuat sayur nangka dibutuhkan waktu semalaman untuk memanaskannya di atas kompor. ”Api tidak pernah dimatikan. Sayur panas terus sampai disuguhkan kepada pembeli,” tutur Sofia. Kuahnya yang hangat dan beraroma aneka rempah selalu jadi sarapan malam yang pas.

Break, break, kami di Lontong Orari, mari merapat, begitu ganti.... (Defri Werdiono)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com