Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pulau Samosir, Unik dan Disukai Turis

Kompas.com - 13/12/2013, 10:44 WIB

Dari kisah inilah kemudian sempat menjadi sebuah stereotipe bahwa masyarakat Batak melakukan praktek kanibalisme. Ritual ini perlahan hilang setelah agama Kristen tersebar di wilayah Samosir oleh seorang pendeta asal Jerman bernama Dr. Ingwer Ludwig Nommensen pada pertengahan abad ke-19.

Raja Siallagan yang sebelumnya masih menganut agama asli Batak (Parmalim) kemudian memeluk Kristen dan tidak melanjutkan ritual kanibalisme itu lagi. Sekarang Huta Siallagan hanya berfungsi sebagai desa wisata saja untuk mengenang sejarah dan budaya salah satu suku di Tanah Batak.

Pemandu wisata ke tempat ini pastinya akan menceritakan hal ini lebih terinci dan dimaksudkan sebagai pelajaran dari bentuk tradisi di zaman dahulu dan tidak ada maksud lainnya.

Desa Suhi Suhi

Desa Suhi Suhi berada dekat dengan pelabuhan Tomok dan kota Kabupaten Samosir, yaitu Pangururan. Untuk mencapai desa ini, dibutuhkan waktu sekitar 40 menit dari Desa Tomok atau 20 menit dari Pangururan melalui jalan darat.

BARRY KUSUMA Desa Suhi Suhi di Pulau Samosir, Sumatera Utara.
Tidak ada tiket masuk yang dikenakan bagi pengunjung yang ingin berwisata ke desa ini. Namun saat ini para perajin kain ulos tradisional semakin langka. Tetapi di Desa Suhi Suhi ini hampir sebagian besar perajin baik tua dan muda sedang menenun Ulos.

Di Desa ini kita bisa melihat proses penenunan kain Ulos yang terbilang rumit, dan membutuhkan banyak waktu, kesabaran dan ketelitian yang tinggi. Tidak heran kalau harga yang ditawarkan bisa mulai dari Rp 250.000 sampai Rp 5.000.000. Buat pencinta kain tradisional sangat disarankan untuk datang ke desa ini. Di sini wisatawan bisa membeli Ulos sekaligus belajar cara menenun. (BARRY KUSUMA)

BARRY KUSUMA Penenun kain Ulos di Desa Suhi Suhi, Pulau Samosir, Sumatera Utara.

BARRY KUSUMA Kampung Siallagan di Pulau Samosir, Sumatera Utara.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com