Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengintip Eksotisme Wisata di Desa Bleberan

Kompas.com - 14/12/2013, 20:12 WIB
Hindra Liauw

Penulis

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Dunia pariwisata di Indonesia tak ada habisnya untuk dibicarakan. Salah satu negara kepulauan terbesar di dunia ini menyimpan begitu banyak potensi wisata alam dan budaya yang belum dikenal banyak orang. Salah satunya adalah desa wisata Bleberan yang terletak di Kecamatan Playen, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Desa ini menawarkan dua objek wisata utama yang lokasinya tak begitu berjauhan yaitu Air Terjun Sri Gethuk dan Gua Rancang Bangun. Berjarak sekitar 45 kilometer dari pusat kota Yogyakarta, lokasi ini menjadi salah satu tempat yang wajib dikunjungi ketika berada di provinsi DI Yogyakarta.

Selama ini, daerah Gunung Kidul yang didominasi tanah kapur dikenal sebagai daerah yang gersang dan tandus. Tak banyak tanaman hijau yang bisa ditanam di daerah ini. Mendekati area Desa Bleberan, sebelah kiri dan kanan jalan akan ditemui hutan yang dipenuhi berbagai pohon jati dan pinus. Tapi, kondisi berbeda terasa saat mulai memasuki Desa Bleberan. Pada Pertigaan jalan menjadi penanda masuk desa, pengunjung harus membayar tiket terusan seharga Rp 5.000.

Setelah melewati pos tersebut, pengunjung akan melewati jalan tanah berbatu setelah menempuh jalan beraspal. Selain tanaman jagung, pengunjung juga akan disuguhi hamparan sawah yang luas dan hijau. Mata air yang berasal dari puncak gunung memang menjadi sumber kehidupan bagi masyarakat, termasuk sebagai sumber irigasi bagi tanaman padi yang jarang ditemui di daerah itu.

Dari lokasi parkir kendaraan, pengunjung akan melihat lembah dan Sungai Oyo dengan air yang jernih. Meski begitu, pada musim hujan, air akan berwarna kecokelatan karena membawa endapan dari hulu sungai.

Ada dua akses untuk sampai ke air terjun. Pertama, pengunjung bisa menelusuri Sungai Oyo dengan perahu yang dioperasikan oleh penduduk desa dengan membayar Rp 10.000 untuk pulang pergi. Kedua, pengunjung bisa berjalan kaki menuju air terjun sekitar 1 kilometer.

Sampai di lokasi, gemuruh air langsung terdengar mendominasi suasana. Ada tiga air terjun utama yang tingginya sekitar 50 meter. Tak hanya itu, pengunjung juga dapat melihat panorama tebing di seberang air terjun yang dibatasi sungai. Menurut penuturan salah seorang operator perahu, nama Air Terjun Sri Gethuk berasal dari kata kethuk yang berarti bunyi gamelan yang erat dengan legenda masyarakat yang bernuansa mistis.

"Konon, dulunya tempat itu untuk menyimpan gamelan dan kadang-kadang juga muncul suara gamelan dari tempat itu," katanya, Selasa (10/12/2013).

Kesan mistis lebih terasa saat berkunjung ke Gua Rancang Kencana. Di tengah-tengah gua terdapat sebuah pohon raksasa yang menjulang tinggi melebihi atap gua. Seperti gua pada umumnya, gua ini terdapat stalaktit fan stalagmit. Gua ini terdiri dari tiga ruangan utama yang semakin dalam ditelusuri, semakin kecil ukurannya.

Sebelum diresmikan menjadi objek wisata, anak-anak dari warga sekitar biasa bermain bersama di ruangan pertama yang paling besar. Sementara itu, pemandu wisata gua, Min Safitri (55) mengatakan ruangan terakhir yang paling kecil biasa digunakan untuk melakukan aktivitas ritual oleh beberapa paranormal kondang seperti Ki Joko Bodo, Ki Kusumo, hingga politisi sekaligus paranormal, Permadi.

"Dulunya gua ini bekas tempat bagi laskar Mataram untuk bersembunyi saat bergerilya melawan pasukan penjajah Belanda. Tapi, berdasarkan pustaka Yogyakarta, gua ini sudah ada sejak 4.000 tahun yang lalu," tuturnya.

Selain dua objek wisata tersebur, pengunjung juga bisa menikmati budaya yang ditawarkan Desa Bleberan, seperti upacara kenduri rasulan, upacara kenduri nyadranan, dan sebagainya. Untuk kuliner, di lokasi parkiran terdapat area pemancingan ikan yang siap untuk digoreng sebelum dimakan. Selain itu, ada pula makanan khas Gunung Kidul, seperti sego pletik sambel walang dan gudeg daun singkong.

Meskipun begitu, pengelolaan aset wisata ini belum tergarap secara maksimal. Hal ini pun diakui oleh Manajer Desa Wisata Bleberan, Tri Harjono. Ia mengatakan potensi wisata air terjun di desa ini baru ditemukan sekitar tahun 2007 dan diresmikan sebagai objek wisata pada tahun 2009.

"2009 launching, booming tahun 2011. Kita tidak siap, industri pariwisata belum siap," ucapnya.

Peluang Ekonomi Desa Wisata

Desa wisata menyimpan potensi ekonomi yang berguna meningkatkan taraf kehidupan masyarakat di desa tersebut. Tri mengatakan pada tahun 2012, pengunjung Desa Bleberan mencapai angka 120.000 orang per tahun dengan pendapatan sekitar Rp 1 miliar. Sejak diresmikan, sektor wisata ini menjadi salah satu unit bisnis di samping pengelolaan air dan usaha kecil menengah di bawah Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)

Potensi inilah yang direspon oleh Bank Central Asia (BCA). Sebagai wujud kepedulian perusahaan, BCA melakukan kerja sama dengan warga Desa Bleberan untuk mengembangkan industri pariwisata di desa tersebut. Menurut Inge Setyawati, Corporate Secretary BCA, sektor pariwisata merupakan salah satu sektor yang menjadi program Corporate Social Responsibility (CSR) BCA di samping sektor pendidikan dan kesehatan.

"Diharapkan melalui kegiatan ini dapat menghasilkan tenaga terampil di bidang pemandu wisata serta meningkatkan kemampuan para pramuwisata sehingga mampu memberikan pelayanan yang berkualitas sesuai dengan keinginan wisatawan," terang Inge.

Dalam kesempatan yang sama, Head of CSR BCA, Sapto Rachmadi menambahkan di samping memberikan pendukung operasional, program ini lebih fokus pada peningkatan sumber daya manusia (SDM) masyarakat Desa Bleberang bidang pariwisata.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com