Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kehidupan dalam Selembar Batik Cirebon

Kompas.com - 15/12/2013, 16:08 WIB
CIREBON, utamanya di Desa Trusmi, Kecamatan Plered, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, adalah salah satu sentra batik ternama. Menyusuri jalan aspal sempit desa itu, yang terlihat adalah bangunan mewah para pedagang batik. Harga selembar kain di situ dari puluhan ribu hingga belasan juta rupiah. Ada proses panjang dan rumit untuk menghasilkan selembar kain batik yang lebih tepat dimasukkan sebagai karya seni.

Hesti (28) menggoyang-goyangkan canting berisi malam (lilin) pada selembar kain bermotif batik di dalam ruangan Sanggar Batik Katura di Desa Trusmi, Kecamatan Plered. Pada Sabtu (7/12/2013) siang yang panas itu, sesekali ia melepas tawa bersama rekannya yang juga melakukan hal sama.

”Di Malaysia bahasanya gampang, lihat saja itu (film) Upin dan Ipin. Yang bahasanya susah itu kalau di Hongkong,” kata Hesti. Ia seperti hendak menerangkan soal sejumlah peluang kerja selain membatik.

Perbincangan lepas, yang kerap bergonta-ganti topik, menjadi hal biasa dalam ruangan itu. Deretan canting tergantung di salah satu sisi dinding.

Selembar kertas bertuliskan agar para pebatik tidak lupa menaruh canting pada tempatnya ditempel pada salah satu sisi tembok. Sinar matahari menyeruak dari sedikit bagian atap.

Sehari-hari Hesti bekerja dari pukul 08.00 hingga 16.00 di dalam Ruang Tembok. Dalam ruangan itu, ia bersama sejumlah rekannya melakukan pekerjaan menembok, bagian dari pekerjaan membatik menutup pola yang bakal dibiarkan berwarna putih dengan menggunakan malam. Bayarannya per minggu sekitar Rp 200.000, yang dibayarkan setiap hari Sabtu. Sementara pekerja laki-laki dibayar sekitar Rp 350.000 per minggu karena beban kerja yang dinilai lebih berat.

”Kesulitannya paling jika lilinnya mbleber (tumpah ke mana-mana). Tapi, itu bisa dibetulkan,” kata Hesti.

Sebelumnya, Hesti hanya melakukan aktivitas sehari-harinya di rumah. Setelah dua bulan belajar cara menembok, ia pun mulai ikut dalam proses produksi.

”Dari kecil, ya, membatik,” kata Hesti tentang kemampuannya membatik.

Tak jauh dari tempatnya bekerja, Rosa (30) tengah mengerjakan hal sama. Sebelumnya Rosa adalah seorang ibu rumah tangga sebelum memutuskan jadi salah satu perajin batik. ”Enak, di sini banyak temannya,” kata Rosa.

Sehari-hari Rosa tinggal bersama mertuanya. Anaknya, Firgi, baru berusia tiga tahun. Sementara suaminya, Anto (35), bekerja sebagai perajin mebel.

Sehari-hari ia datang dari Desa Wadali, sekitar dua kilometer dari Trusmi. ”Seharian ada di sini, kadang makan juga di sini karena disediakan makan,” katanya.

Selain orang-orang seperti Hesti dan Rosa yang melakukan proses menembok, ada pula perajin yang melakukan proses isen-isen atau mengisi gambar pelengkap ornamen utama pada batik. Proses yang demikian panjang, sebelum akhirnya proses nglorod, yakni penghilangan malam (lilin) dengan air mendidih.

Sebelum di-lorod, masih ada tahapan lain pekerjaan, yakni pengecekan ulang atau pengendali mutu produk, semacam quality control. Untuk tugas ini, Mugiono (43), yang sudah berpengalaman sekitar 12 tahun, menjadi pekerja satu-satunya. Ia baru sekitar satu tahun bekerja di sanggar itu.

Kontrol kualitas

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

Travel Update
Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

Travel Update
Usung Konsep Eco Friendly, Hotel Qubika Bakal Beroperasi Jelang HUT Kemerdekaan RI di IKN

Usung Konsep Eco Friendly, Hotel Qubika Bakal Beroperasi Jelang HUT Kemerdekaan RI di IKN

Hotel Story
Ada Women Half Marathon 2024 di TMII Pekan Ini, Pesertanya dari 14 Negara

Ada Women Half Marathon 2024 di TMII Pekan Ini, Pesertanya dari 14 Negara

Travel Update
5 Tempat Wisata di Tangerang yang Bersejarah, Ada Pintu Air dan Makam

5 Tempat Wisata di Tangerang yang Bersejarah, Ada Pintu Air dan Makam

Jalan Jalan
Dampak Rupiah Melemah pada Pariwisata Indonesia, Tiket Pesawat Mahal

Dampak Rupiah Melemah pada Pariwisata Indonesia, Tiket Pesawat Mahal

Travel Update
4 Tempat Wisata di Rumpin Bogor Jawa Barat, Ada Curug dan Taman

4 Tempat Wisata di Rumpin Bogor Jawa Barat, Ada Curug dan Taman

Jalan Jalan
Rusa Jadi Ancaman di Beberapa Negara Bagian AS, Tewaskan Ratusan Orang

Rusa Jadi Ancaman di Beberapa Negara Bagian AS, Tewaskan Ratusan Orang

Travel Update
5 Rekomendasi Playground Indoor di Surabaya untuk Isi Liburan Anak

5 Rekomendasi Playground Indoor di Surabaya untuk Isi Liburan Anak

Jalan Jalan
Pilot dan Pramugari Ternyata Tidur pada Penerbangan Jarak Jauh

Pilot dan Pramugari Ternyata Tidur pada Penerbangan Jarak Jauh

Travel Update
Desa Wisata Tabek Patah: Sejarah dan Daya Tarik

Desa Wisata Tabek Patah: Sejarah dan Daya Tarik

Jalan Jalan
Komodo Travel Mart Digelar Juni 2024, Ajang Promosi NTT ke Kancah Dunia

Komodo Travel Mart Digelar Juni 2024, Ajang Promosi NTT ke Kancah Dunia

Travel Update
Tips Pilih Makanan yang Cocok untuk Penerbangan Panjang

Tips Pilih Makanan yang Cocok untuk Penerbangan Panjang

Travel Tips
Harapan Pariwisata Hijau Indonesia pada Hari Bumi 2024 dan Realisasinya

Harapan Pariwisata Hijau Indonesia pada Hari Bumi 2024 dan Realisasinya

Travel Update
5 Tips Menulis Tanda Pengenal Koper yang Aman dan Tepat

5 Tips Menulis Tanda Pengenal Koper yang Aman dan Tepat

Travel Tips
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com