Seniman gandrung, Temu Misti (60), menyebutkan, di Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, gandrung ditarikan oleh anak-anak hingga orang lanjut usia. Menjadi gandrung tidaklah mudah. Berbeda halnya jika hanya menjadi penari Gandrung. Hal itu justru mudah.
Sosok gandrung yang sebenarnya harus melalui berbagai latihan dan ritual panjang. ”Calon gandrung harus menempa fisik dan batin agar bisa tampil semalam suntuk. Gandrung juga harus rajin gurah (minuman ramuan tertentu) untuk menjaga kualitas suara agar tetap bagus,” tambahnya.
Temu sendiri mulai berlatih gandrung sejak 1969. Ia baru boleh tampil di pentas setelah menjalani serangkaian ritual dan diwisuda sebagai gandrung. Sejak itu ia sering menerima tawaran tampil.
Kini, ia melatih calon gandrung. ”Mencari penerus gandrung itu susah. Selain olah vokal harus bagus, juga ada ritualnya. Kalau penari gandrung banyak. Tetapi yang bisa menari sambil menyanyi semalam suntuk jarang,” paparnya.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas menginginkan tarian kolosal itu jadi wahana ekspresi agar generasi muda bisa turut merasakan kebanggaan dan menjaga budaya lokal warisan masa lalu itu.
Meskipun menghadapi gempuran seni dangdut, gandrung harus tetap digandrungi anak-anak muda. Biarkan mereka menggandrungi gandrung. (Adi Sucipto Kisswara)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.