Lumpur tebal membuat ban selip dan truk terjebak. Truk itu bahkan harus didorong sebuah mesin giling. Mobil minibus kami pun harus berjibaku menerabas lumpur. Bau ban terbakar terasa menyengat. Setelah sekitar 30 menit mencoba mendorong ditambah manuver mobil, kami lolos dari jebakan lumpur.
Setidaknya 2 truk dan 1 pikap bergeming di tanjakan. Kami merasa iba melihat pikap yang terbenam, dan membantunya agar keluar dari lumpur.
Sebelum melanjutkan perjalanan, kami menoleh ke belakang. Di jalur curam, antrean panjang truk tampak tak berkutik menghadapi ganasnya lumpur. Saat perjalanan, kami juga menyaksikan pemandangan lain yang memprihatinkan.
Banyak lahan masih mengepulkan asap. Lebih dari sepuluh kali kami melihat lahan luas yang dibakar. Lahan-lahan itu akan digunakan untuk berladang. Membakar lahan dilakukan karena biayanya murah. Sangat disayangkan melihat tunggul-tunggul pohon hitam legam dilalap jago merah.
Malam sudah menjelang ketika kami tiba di Palangkaraya. (Dwi Bayu Radius/Aryo Wisanggeni/Cyprianus Anto S)
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.