Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 23/12/2013, 08:04 WIB
PAPEDA, jenang sagu yang lengket dan lembut itu, adalah jejak panjang sagu sebagai komoditas pangan utama zaman bahari Indonesia timur. Di Papua, olahan sagu ini begitu berbeda dan khas karena sebuah perkakas, belanga.

Sore hari yang cerah adalah waktu terbaik untuk bersantap papeda di Pondok Wisata Yougwa di Jalan Raya Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua. Rumah panggung restoran itu dibangun di tepian Danau Sentani, dengan pemandangan pulau-pulau kecil di danau seluas 104 kilometer persegi itu.

Di seberang danau, matahari sedang beranjak tenggelam dan membuat kami tambah bersemangat menyantap menu pesanan. Semangkuk besar sop kuah kuning ikan gabus hitam Danau Sentani, semangkuk besar papeda khas Papua yang masih mengepulkan asap, juga woku mujair yang berbalur lumatan cabai.

Kami pun mengikuti prosedur menyantap papeda. Tuangkan dulu kuah kuningnya hingga membanjiri dasar piring, agar jenang sagu tak lengket di dasar piring. Aroma aneka rempah langsung tercium dari uapnya, semakin memompa otot perut yang lapar.

Setelah itu, gulung jenang sagunya dengan dua tongkat kecil seukuran sumpit, lalu jatuhkan gumpalan jenang sagu ke piring tadi. Bulir-bulir bumbu kuah kuning langsung terlihat kontras dengan jenang sagu yang buram tanpa warna.

Suapan pertama, hmm …, jenang papeda tanpa rasa itu terasa lembut, licin di mulut. Mengulum jenang kenyal bakal menebarkan rasa tawarnya, membuat kuah kuning ikan gabus yang kaya rasa terasa pas di lidah. ”Papeda yang segar selalu memompa selera makan. Karena mengandung banyak air, papeda membuat orang cepat kenyang sekaligus cepat lapar kembali,” kata Eva (45), salah satu pelanggan Yougwa yang Kamis (12/12/2013) bersantap di sana.

Karena rasa papeda tawar, kelezatan kuah kuning jadi penentu nikmatnya bersantap papeda. Jika dibandingkan dengan kuah kuning rumahan, kuah kuning Yougwa terasa lebih berani bumbu. Tak pedas, tapi suapan demi suapan kuah aneka rempah bakal memompa keringat segar terus membasahi wajah.

”Kuah kuning kami memang berani bumbu, campuran citarasa khas bumbu dasar masakan Manado, dan kesegaran papeda Danau Sentani,” kata Rudolf Korua (48) yang melanjutkan bisnis rumah makan yang dirintis ayahnya, Christofel Korua (79), pada 1990. Ketika itu, Yougwa termasuk rumah makan pertama di Papua yang menawarkan suguhan papeda, lengkap dengan pengalaman bersantap papeda di atas Danau Sentani yang terkenal itu.

”Asal-usul keluarga kami memang dari Manado. Saya lahir tahun 1965 di Jayapura. Ayah saya lah yang pertama merantau, tinggal di Papua sejak tahun 1950. Kami terinspirasi berbagai hotel dan rumah makan di Bedugul, Bali, yang kerap kami kunjungi ketika mengikuti berbagai kejuaraan ski air,” kata Rudolf yang besar dalam keluarga atlet ski air itu.

Ikan air tawar bukan satu-satunya teman pendamping bersantap papeda. Cirita Cafe yang berada di tepian Teluk Jayapura menawarkan kelezatan papeda dengan woku ikan kakap merah. Berbeda dari kuah kuning Yougwa yang encer dan segar, woku ikan kakap merah Cirita lebih kental dan kaya bumbu. Cah bunga pepaya menjadi menu pas untuk menawar pekatnya bumbu woku itu.

Belanga dan papeda

Di berbagai wilayah pesisir dan dataran rendah di Papua, sagu (Metroxylon sago yang tak berduri dan Metroxylon rumphii yang penuh duri) hadir dalam beragam tradisi bersantap. Sagu bakar, sagu lempeng, dan sagu bola, menjadi sajian yang paling banyak dikenal di berbagai pelosok Papua, khususnya dalam tradisi kuliner masyarakat adat di Kabupaten Mappi, Asmat, hingga Mimika.

Dalam beragam olahan, papeda menjadi salah satu sajian khas sagu, jarang ditemukan di daerah lainnya. Antropolog sekaligus Ketua Lembaga Riset Papua, Johszua Robert Mansoben, menyebut papeda lebih dikenal luas dalam tradisi masyarakat adat Sentani dan Abrab di Danau Sentani dan Arso, serta Manokwari.

Mengolah sagu menjadi papeda membutuhkan perkakas belanga, karena jenang sagu harus dibuat dari menuangkan air mendidih dalam saripati sagu. Masyarakat Sentani dan Abrab yang tinggal di Danau Sentani dan Arso memang mengenal satu perkakas wajib untuk merebus air, belanga.

Bentuk papeda yang cair membuat masyarakat Sentani dan Abrab mengenal beragam peralatan untuk menyantap papeda, mulai dari gate-gate atau patahan pelepah sagu yang menjadi sumpit bersantap papeda, hingga mangkuk-mangkuk kayu berukir.

Mansoben menuturkan Kampung Nabar di Danau Sentani dikenal sebagai kampung para perajin gerabah, dan menyebarkan belanga hingga ke kawasan pesisir seperti Tobati. ”Di Pulau Mansinam, para perajin gerabah membuat belanga yang dikenal sebagai uren doreri, salah satu perkakas yang sejak dahulu diperdagangkan di berbagai wilayah pesisir di Papua,” kata Mansoben.

Sagu sendiri, pada masa bahari Nusantara jadi komoditas perdagangan penting dan menjadi perbekalan utama dalam berbagai pelayaran yang menjalin berbagai kerajaan dan kesultanan di Indonesia timur. Begitu melimpahnya berkah sagu, hingga memanjakan masyarakat pesisir dan dataran rendah Papua yang cukup mengandalkan hidup sebagai pemburu dan peramu untuk penghidupan.

”Sebagai pemburu dan peramu, orang Papua tidak mengenal tradisi memperjualbelikan makanan jadi. Sebagai contoh, sulit menemukan masyarakat adat Sentani membuka rumah makan papeda. Itu mengapa sajian papeda di rumah makan dan restoran berbeda citarasa dengan sajian papeda rumahan orang Sentani. Citarasa rumah makan papeda memang kerap berpadu dengan beragam kuliner khas daerah lain, khususnya Manado,” kata Mansoben.

Ada banyak kisah kehidupan masyarakat adat di pesisir dan dataran rendah Papua dalam semangkuk papeda. Tapi jangan lupa, papeda juga menyimpan kelezatan citarasa terbaik bersantap sop ikan. Sekulum papeda lembut, berbalur kuah kuning, hmmm…. (Aryo Wisanggeni G)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda

Terkini Lainnya

Harga Tiket dan Jam Buka MuseumKu Gerabah Yogyakarta, Masuk Gratis

Harga Tiket dan Jam Buka MuseumKu Gerabah Yogyakarta, Masuk Gratis

Jalan Jalan
Umrah Mandiri Vs Umrah dengan Travel Agent, Pilih Mana?

Umrah Mandiri Vs Umrah dengan Travel Agent, Pilih Mana?

Travel Tips
Korea Selatan Berencana Bebaskan Biaya Visa Elektronik untuk Turis Indonesia

Korea Selatan Berencana Bebaskan Biaya Visa Elektronik untuk Turis Indonesia

Travel Update
MuseumKu Gerabah Yogyakarta, Mengenal Kasongan di Tempat Estetis

MuseumKu Gerabah Yogyakarta, Mengenal Kasongan di Tempat Estetis

Jalan Jalan
Umrah Mandiri Tanpa Travel Agent, Apakah Bisa?

Umrah Mandiri Tanpa Travel Agent, Apakah Bisa?

Travel Tips
Etihad Airways Terbang ke Bali Pertama Kalinya per April 2024

Etihad Airways Terbang ke Bali Pertama Kalinya per April 2024

Travel Update
3 Tips Maksimalkan Promo Garuda Indonesia Umrah Travel Fair 2023

3 Tips Maksimalkan Promo Garuda Indonesia Umrah Travel Fair 2023

Travel Tips
Jelang Nataru, Tingkat Okupansi Hotel Naik 30 Persen di Aceh

Jelang Nataru, Tingkat Okupansi Hotel Naik 30 Persen di Aceh

Hotel Story
Super Air Jet Buka Rute Baru Batam-Pekanbaru-Padang per 20 Desember

Super Air Jet Buka Rute Baru Batam-Pekanbaru-Padang per 20 Desember

Travel Update
Garuda Indonesia Umrah Travel Fair 2023 Beri Diskon Paket Umrah hingga Rp 2 Juta

Garuda Indonesia Umrah Travel Fair 2023 Beri Diskon Paket Umrah hingga Rp 2 Juta

Travel Update
Bus Jawara di Tangerang Penuh Dipesan hingga Akhir Tahun

Bus Jawara di Tangerang Penuh Dipesan hingga Akhir Tahun

Travel Update
7 Hotel Dekat ICE BSD di Tangerang, Ada yang Punya Kolam Renang

7 Hotel Dekat ICE BSD di Tangerang, Ada yang Punya Kolam Renang

Hotel Story
Tips Dapat Cashback di Garuda Indonesia Umrah Travel Fair 2023

Tips Dapat Cashback di Garuda Indonesia Umrah Travel Fair 2023

Travel Tips
Oktober 2023, Orang Indonesia Paling Banyak Nginap di Hotel Bintang 3 di Jakarta

Oktober 2023, Orang Indonesia Paling Banyak Nginap di Hotel Bintang 3 di Jakarta

Hotel Story
Garuda Indonesia Umrah Travel Fair 2023 Digelar Hari Ini, Ada Cashback hingga Rp 2,5 Juta

Garuda Indonesia Umrah Travel Fair 2023 Digelar Hari Ini, Ada Cashback hingga Rp 2,5 Juta

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com