Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cita Rasa Udik di Ibu Kota

Kompas.com - 06/01/2014, 13:20 WIB
SUDAH belasan tahun gaya dan cita rasa Barat menjajah lidah orang Jakarta. Bahkan, belakangan kedai-kedai modern macam Seven Eleven atau Family Mart tumbuh subur menyaingi angkringan dan kedai kopi. Mungkin isi kepala menjadi agak sensitif dengan isu kelas dan kapitalisasi itu, tetapi ceritanya tentu jadi lain jika dikaitkan dengan urusan selera.

Di beberapa sudut kota, surabi bandung masih kebanjiran pengunjung. Aneka cita rasa udik tetap menjadi pilihan apik, salah satunya menu berbahan dasar ketan. Varietas padi yang pulen dan merekat itu kini menjadi salah satu alternatif kudapan malam hari bagi warga Ibu Kota.

Di Kemayoran, tepatnya di Gang Garuda, Jakarta Pusat, penganan tradisional itu dijajakan selama 24 jam penuh. Penikmatnya datang dari berbagai kalangan, mulai dari anak jalanan hingga pegawai kantoran. Di warung ujung gang itu ketan disajikan dalam olahan sederhana, dikukus di dalam tungku yang dipanaskan dengan bara kayu. Disajikan hangat bertabur parutan kelapa muda.

Menu pendamping yang disajikan antara lain tempe dan pisang goreng. Ditambah segelas teh poci panas-manis, alamak...! Sungguh nikmat.... Pikiran langsung menerawang jauh ke kampung halaman.

Kerinduan

Konsep itu pula yang hendak diserap oleh Terminal Ketan Cak Gandut, sebuah warung pinggir jalan di bilangan Cibubur. Menurut Mustafa, penyelia warung itu, kisah lahirnya warung itu bermula dari kerinduan Cak Gandut, warga asal Malang, Jawa Timur, pada ketan.

”Sulit untuk mencari masakan ketan di sekitar Jakarta yang sesuai selera. Kami berpikir, mungkin banyak orang yang sama seperti kami sehingga muncullah ide untuk membuka warung ketan,” kata Dina Martini (36), pemilik Terminal Ketan, yang tak lain adalah anak kedua Cak Gandut.

Akhirnya, muncul ide untuk membuka warung ketan karena makanan itu masih jarang tersedia. Selain itu, ia juga melihat di Cibubur warga membutuhkan ruang untuk nongkrong bersama keluarga. Akhirnya, lahirlah Terminal Ketan Cak Gandut di Kilometer 1,5 Jalan Alternatif Cibubur, Jatisampurna, Bekasi. Nama terminal sengaja diambil untuk menegaskan bahwa tempat itu adalah tempat rehat, tempat sementara untuk nongkrong.

”Selama ini nongkrong identik minum kopi. Kami ingin nongkrong itu juga bisa makan ketan dan minum STMJ (susu telor madu jahe),” katanya.

Tradisional-modern

Di tempat ini ketan dipadupadankan dengan banyak makanan. Pengunjung tinggal memilih mana yang diminati. Ada ketan durian, ketan susu, ketan keju, ketan bubuk, ketan dendeng, dan ketan serundeng. Harga untuk semua menu itu bervariasi, Rp 8.000-Rp 15.000 per porsi.

Mereka yang berasal dari Jawa tentu sudah terbiasa dengan ketan bubuk, yaitu ketan kukus yang disajikan dengan taburan bubuk kedelai yang telah diramu dengan rempah pedas, atau ketan serundeng. Mereka yang berasal dari Sumatera tentu tak asing lagi dengan ketan durian. Rasanya perpaduan antara gurih ketan dengan manis legit durian.

Sajian ketan itu lebih cocok dinikmati tanpa buru-buru sambil mengobrol segala hal. Pengelola sengaja menciptakan suasana warung yang santai. Cocok untuk siapa saja yang datang, entah pasangan muda, orang tua, atau anak-anak.

Di warung yang berdiri sejak empat bulan lalu itu disajikan pula aneka sambal penyet khas Jawa Timur. Fransiska N Rosanti, staf pada sebuah perusahaan asing di bilangan Jakarta Selatan, mengaku menggemari ikan pari asap atau telur goreng mata sapi yang dilapiskan pada sambal terasi. Menu ini ditawarkan Terminal Ketan.

Menu itu kerap mengingatkannya pada kampung halamannya di Bojonegoro, Jawa Timur. Jika Cibubur dirasa terlalu jauh, cukup pergi ke Kedai Ketan Susu di Cilandak, Jakarta Selatan, tepatnya di belakang Cilandak Town Square. Kedai yang mengadopsi suasana rumahan itu menyajikan aneka variasi ketan yang dipadu dengan siraman susu, taburan kacang mede, atau srikaya.

Menurut pelayan Kedai Ketan Susu, Taufik, pengunjung lebih banyak menyukai ketan susu srikaya. Hanya dengan merogoh kocek sebesar Rp 12.000-Rp 20.000, kudapan tradisional itu mampu mengganjal perut. Ya, sudah pasti sekaligus memupus kerinduan pada kampung halaman.

Kangen kampung halaman? Datanglah ke sana...! (NDY/JOS/RAY/MDN)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com