Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hilangnya Harmoni di Kaki Burni Telong

Kompas.com - 07/01/2014, 11:12 WIB

Tak dipatuhi

Ketua Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Burni Telong Sugito mengungkapkan, upaya mengajak warga untuk melestarikan hutan di lereng Gunung Burni Telong sangat sulit. Kadang saat aparat atau aktivis lingkungan datang memperingatkan agar warga menghentikan perambahan, mereka diam dan menerima. Namun, begitu kegiatan sosialisasi usai, perambahan berlanjut lagi. Tak sedikit pula sekelompok warga yang melawan saat Perhutani meminta kembali lahan hutan yang sudah dialihfungsikan.

”Kami pernah beberapa kali mengajak warga menanami hutan yang sudah rusak dengan benih tanaman keras, seperti mahoni dan nangka, tetapi tak ada benih yang ditanam. Malah ada benih yang dibuang begitu saja,” ujar Sugito.

Tak hanya perambahan, perburuhan liar juga membuat sejumlah spesies flora dan fauna khas Gunung Burni Telong kian langka dan sulit ditemui. Fauna yang selama ini ada di kawasan ini, di antaranya beruang madu, harimau, siamang, monyet, ayam hutan, burung murai batu, hingga kambing hutan, kini sangat sulit ditemui di gunung ini. Hal sama terjadi pada beragam jenis flora dilindungi, seperti anggrek hutan dan edelweis yang semakin sulit dicari.

Gubuk-gubuk perburuan mudah dijumpai saat mendaki Gunung Burni Telong. Dari waktu ke waktu, kegiatan berburu satwa langka dilindungi terus berlangsung. Hampir tak ada upaya mencegah kegiatan ini.

Degradasi lingkungan di kawasan hutan lereng dan kaki Gunung Burni Telong tersebut harus dibayar mahal oleh warga yang tinggal di sekitar kawasan tersebut. Banjir dan longsor kini hampir menjadi pemandangan setiap kali musim hujan tiba. Ini seperti yang dialami warga Dusun Mutiara, Desa Langkahan Induk, Kecamatan Timang Gajah, yang Senin (30/12) lalu dihantam banjir bandang. Sebanyak 20 keluarga harus mengungsi. Ini terjadi karena bukit gundul di kaki gunung dekat permukiman tersebut longsor dan menutup aliran sungai.

”Banjir bandang ini bukan kejadian pertama di wilayah sekitar Burni Telong. Beberapa tahun terakhir kerap terjadi hal serupa. Ke depan, jika kerusakan terus berlangsung, bencana lebih besar akan mengancam,” ujar Ketua Desk Bencana Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Aceh Yusriadi. (Mohamad Burhanudin)   

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com