Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menyeruput Sup Rusa di Kedai Tiga Naga

Kompas.com - 11/01/2014, 09:02 WIB
MEMASUKI kedai III Drakoon di pusat kota Tallinn, Estonia, seperti kembali ke Eropa di masa abad pertengahan. Dekorasi dari tanah liat dan kayu, dinding dari susunan batu, serta penerangan lilin memperkuat kesan ”tua” pada kedai itu. Tambahan pula terdengar musik bernada riang, perpaduan tamborin, vielle—sejenis biola dari abad pertengahan—dan suling.

Kendati berkesan muram, kedai itu menawarkan kehangatan. Pipi dan hidung yang terasa kebas akibat udara bersuhu 2 derajat celsius di luar ruangan perlahan kembali menghangat ketika berada di kedai itu. Kami menyambangi kedai itu saat musim dingin di penghujung Desember 2013. Biasanya, pada bulan Desember salju sudah menyelimuti kota di tepi Laut Baltik tersebut, tetapi tidak pada tahun ini.

Pelayan perempuan berkostum abad pertengahan lengkap dengan penutup kepala dari kain putih menyambut dari balik meja kasir sembari senyum ramah. Ia menawarkan semangkuk podrasuppi (sup elk, atau rusa besar), satu-satunya menu yang ditawarkan di kedai itu. Sup disajikan dalam mangkuk tanah liat tanpa sendok, sehingga mau tak mau pengunjung harus menyeruput sup hangat itu.

Sup terasa gurih, sedikit asin dengan aroma bawang putih. Daging rusa yang diiris tipis-tipis terasa empuk. Dalam hitungan menit, isi mangkuk itu pun ludes tak bersisa. Pengunjung juga diperbolehkan mengambil asinan mentimun tanpa tambahan bayaran. Namun, jika ingin menambah ”teman” sup, pengunjung bisa memesan pai, serta sosis. Semangkuk sup di kedai III Drakoon ini dihargai 2 euro (sekitar Rp 33.000), sedangkan penganan lainnya rata-rata ditawarkan dengan harga 1-3 euro.

Harga yang ditawarkan bisa dibilang mahal, tetapi kedai ini memang tak sekadar menjual makanan. Mereka menawarkan suasana abad pertengahan. Kedai ini persis berada di sudut bangunan Balai Kota Tallinn, salah satu bangunan peninggalan abad pertengahan, sekitar tahun 1400-an. Nama kedai itu III Drakoon, secara harfiah berarti tiga naga.

”Dua naga berada di atap (balai kota) dan naga ketiga tinggal di dalam sini. Naga dengan banyak wajah,” tutur Marygold (20-an), pelayan kedai itu sembari tersenyum.

Dua naga yang dimaksud Marygold tak lain adalah patung naga berwarna hijau yang dipasang di bagian atas bangunan itu. Ruangan yang kini digunakan sebagai kedai, dahulu merupakan tempat istirahat para penjaga kota. Namun, Marygold merahasiakan kapan mereka mulai menawarkan sup di kedai itu.

”Beberapa tahun lalu. Tak ada yang mengetahuinya secara pasti. Ini menjadi sebuah legenda,” tuturnya perlahan, seolah berusaha menciptakan kesan ”misterius”.

Kedai III Drakoon buka setiap hari dari pukul 08.00 hingga menjelang tengah malam. Bagi Marygold, saat terbaik untuk mengunjungi kedai ini ialah saat musim dingin, karena salju yang tebal serta lampu-lampu hias membuat suasana menjadi lebih indah.

"Kota Budaya Eropa"

Kota Tallinn pada tahun 2011 dinobatkan sebagai ”Kota Budaya Eropa” bersama Kota Turku di Finlandia. Wisatawan di Tallinn dimanjakan dengan bangunan-bangunan peninggalan abad pertengahan, seperti benteng kota yang masih terawat baik. Jejak peninggalan berbagai kebudayaan tersisa di Tallinn. Neil Taylor dalam Baltic Cities menuturkan bahwa Tallinn, sebagai sebuah kota, memiliki bukti tertulis dari abad ke-12. Kota ini kemudian sempat ”diokupansi” bergantian oleh beberapa negara, seperti Denmark, Swedia, Jerman, dan Rusia.

Kota Tallinn juga terkenal dengan ”Bazar Natal” di halaman balai kota. Para pedagang menjual berbagai pernak-pernik natal, berbagai suvenir bagi turis, serta tidak ketinggalan minuman khas Natal, Glogi, yang dibuat dari anggur yang dihangatkan, dicampur beberapa rempah, seperti kayu manis. Minuman sejenis juga bisa ditemui di negara lain dengan nama berbeda, seperti Karstvins di Latvia, serta Glogg di Swedia. Kios-kios di bazar itu didesain menarik seperti ”rumah” kayu kecil.

Menurut salah seorang pemandu tur di Tallinn, kota itu ”bertarung” klaim dengan Riga di Latvia, sebagai kota yang pertama kali menampilkan pohon natal di ruang publik. (Antony Lee dari Estonia)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com