Beragam tempat unik memang tersedia di pulau ini. Salah satunya berada di Desa Penglipuran. Begitu memasuki areal desa tersebut, mata sudah pasti akan bertemu arsitektur rumah yang hampir semuanya serupa dan tersusun rapi mulai dari ujung utama desa sampai bagian hilir desa.
Desa yang berada di daerah dataran tinggi di sekitar kaki Gunung Batur, tepatnya di Kelurahan Kubu, Kabupaten Bangli, yang berjarak 45 km dari Denpasar, Ibu Kota Provinsi Bali.
Menurut kepercayaan masyarakat setempat, kata “Penglipuran” sendiri berasal dari kata Pengeling Pura yang mempunyai makna tempat suci untuk mengenang para leluhur. Suasana desa yang tenang dan asri serta udaranya yang sejuk dan bebas dari polusi menjadi magnet utama yang menarik wisatawan untuk berkunjung ke kawasan ini.
Desa ini memiliki keunikan yang tidak ada di desa lainnya yaitu keseragaman bagian depan rumah dari ujung utama desa sampai bagian hilir desa. Yang lebih unik adalah adanya lorong dari satu rumah ke rumah lain yang saling berhubungan sebagai tanda keharmonisan kehidupan masyarakat setempat.
Keunikan tidak hanya terlihat dari desain bangunan rumahnya yang berderet rapi. Tapi, aturan adat yang berlaku di sana juga unik. Desa ini melarang warga laki-lakinya untuk memiliki istri lebih dari satu. Jika ada warga yang melanggar, maka dia akan dikucilkan dari pemukiman warga umumnya. Tempat pengucilan ini disebut Karang Memadu atau tempat untuk orang beristri lebih dari satu.
Nyatanya, hingga saat ini, menurut Wayan Supat, belum ada satu pun warga yang berani beristri lebih dari satu. Akibatnya, Karang Memadu itu pun belum pernah digunakan hingga saat ini. Lahan itu hanya berupa tanah kosong dengan alang-alang liar tumbuh di sana. Bukti bahwa tak ada warga adat yang berani melanggar aturan tersebut.
Masyarakat Desa Penglipuran juga memiliki tradisi unik saat ada yang meninggal. Walaupun penduduknya beragama Hindu, desa ini memiliki kuburan desa. Upacara Ngaben (upacara pembakaran jasad) yang dilakukan hanya untuk mengantarkan roh orang yang meninggal kepada Sang Pencipta.
Selain suasananya yang asri dan sangat mengagumkan, penduduk desa juga sangat ramah terhadap setiap tamu yang datang. Sempat memasuki beberapa rumah yang ada, mereka menyapa dengan ramah. Di dalam rumah dapat menemukan beberapa perajin yang sedang membuat beragam kerajinan khas Bali. Di sekitar desa ini tersebar hutan bambu yang terdapat sebongkah batu yang menurut masyarakat Penglipuran merupakan kawasan suci. (JOKO DWI CAHYANA)
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.