Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ada Keris Obama di Ujung Madura

Kompas.com - 22/01/2014, 09:08 WIB

Jiwa sebilah keris

Harga sebilah keris, kata Fathurrahman, bergantung pada tingkat kesulitan pembuatan, detail-detail ricikan, pamor, dan besinya. Keris karya perajin di Palongan harganya bisa jutaan hingga puluhan juta. Hermanto, misalnya, biasa mendapat pesanan dari kolektor di Jakarta yang bersedia membayar jutaan rupiah untuk sebilah keris.

Ada juga produksi keris kelas kodian yang dijual dalam rentang harga ratusan ribu rupiah. ”Jualnya partai besar. Perajinnya dalam sehari bisa membuat sampai lima keris,” ujar Hermanto.

Akan tetapi, sebilah keris tak hanya dinilai fisiknya. Bahkan, terkadang kisah dan anggapan kekuatan magisnya bernilai lebih besar. Fathurrahman mengatakan, terkadang pemesan meminta keris yang bertuah dari para empu. Untuk itu, bakal diadakan ritual.

”Ritual itu warisan dari leluhur. Sebelum penempaan awal, biasanya ditabur bunga. Ada juga tumpeng agung yang diumpamakan kekuasaan Tuhan yang Maha Agung. Di balik ritual itu, disampaikan permohonan kepada Yang Maha Kuasa,” ujar Fathurrahman yang mempelajari pula Serat Centhini untuk pembuatan ritual pusaka. Baru saja Fathurrahman mendapatkan pesanan pusaka. Para pemesan itu mengirim nama dan tanggal lahirnya untuk keperluan ritual. ”Ya, itu ada hitungan dan rumusnya,” ujarnya.

Ritual dilengkapi dengan sesajen, seperti jajan pasar, kembang, buah-buahan, dan tajin nasi jagung, ketan hitam, ataupun kacang hijau. Inti seluruh sesajen adalah doa empu kepada Yang Maha Esa yang diwakilkan dengan kehadiran tumpeng dengan harapan mendapatkan hasil yang baik bagi empu dan pemesan pusaka (lihat Spirit of Iron; The Life Story of Kris Crafters from Sumenep, Madura, Unggul Sudrajat dkk).

Di masa modern, kehadiran keris memang lebih sebagai benda yang luhur ketimbang senjata. Seni, identitas, kisah, dan simbol menjadi jiwa di dalamnya. (Indira Permanasari)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com