Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Belajar Batik di Trusmi

Kompas.com - 24/01/2014, 17:45 WIB
POHON mangga yang rindang dan hamparan kain batik di rumah Katura (61), perajin batik Trusmi, membuat hawa panas di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, luruh. Tidak hanya karena tubuh secara fisik merasa ternaungi pohon besar yang menyegarkan, tetapi pikiran dan perasaan dimanjakan oleh koleksi batik milik Katura.

Jangan heran, harga batik karya Katura cukup tinggi, mulai dari ratusan ribu rupiah sampai puluhan juta rupiah. Batik miliknya pun banyak dipesan kolektor dalam negeri, sampai dengan penggemar batik dari luar negeri, seperti Jepang, Australia, dan Amerika Serikat.

Batik karya Katura menjadi buruan lantaran ketelitian dan keberaniannya mengerjakan motif-motif rumit dengan presisi yang luar biasa. Ia umumnya menggambar sendiri motif-motif batik itu sebelum dikerjakan oleh perajin binaannya.

Sebelum jauh penasaran dengan batik karya Katura, Anda mesti menyempatkan diri untuk mengunjungi kampung tempatnya berkreasi, Trusmi. Desa yang merupakan bagian dari Kecamatan Plered itu berjarak sekitar 10 kilometer dari pusat Kota Cirebon. Di desa ini, Anda bisa berburu batik dan menemukan banyak perajin, seperti Katura yang sebagian besar kini sudah memiliki toko-toko atau ruang pamer representatif. Bisa dibilang, Trusmi telah menjelma menjadi kampung ”etalase” batik di Cirebon.

Menuju Trusmi

Bagi pelancong yang berasal dari Jakarta, sarana transportasi yang layak dicoba untuk menjangkau Cirebon ialah kereta api. Ada lima jadwal pemberangkatan KA dari Jakarta menuju Cirebon untuk kelas eksekutif dan bisnis. Di kelas ekonomi, pilihan kereta pun lebih banyak karena hampir semua kereta api tujuan Jawa Timur dan Jawa Tengah yang melintasi jalur utara, mampir di Stasiun Cirebon. Jes.... jes... tuut....

Sesampai di Stasiun Cirebon, ada banyak pilihan kendaraan untuk meneruskan perjalanan ke Trusmi, bisa dengan bus travel, taksi, atau angkutan umum, bahkan becak dan ojek. Semua tergantung selera dan ongkos pribadi.

KOMPAS/AGUS SUSANTO Perajin batik tulis di sanggar batik Katura, Desa Trusmi, Kecamatan Plered, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, Rabu (25/9/2013). Lama pembuatan batik sekitar 100 hari dengan harga jual batik tulis halus berkisar Rp 3 juta hingga Rp 15 juta.
Namun, untuk menjangkau rumah-rumah perajin yang umumnya masuk ke gang-gang sempit, ada baiknya Anda mempertimbangkan untuk memilih becak sesampai di Kampung Trusmi. Atau jika Anda gemar berjalan, mengayunkan kaki mengelilingi gang-gang di Trusmi juga pasti mengasyikkan.

Belajar membatik

Pada liburan Natal dan akhir tahun lalu, Trusmi menjadi salah satu tujuan wisata bagi pelancong yang berkunjung ke Cirebon. Beberapa toko batik menyediakan juga sarana belajar bagi wisatawan yang ingin belajar membatik.

Sanggar batik Katura yang teduh itu pun ramai oleh wisatawan yang ingin belajar membatik. Salah satunya keluarga Tedi Hardian (46), dari Bekasi yang sedang liburan akhir tahun ke Sumedang dan mampir ke Cirebon. Tedi membawa istri, dua putri, dan seorang keponakan perempuannya untuk belajar membatik di Sanggar Katura.

”Susah sekali, ya, ternyata. Malam terus meluber ke kain,” ungkap Putri Safina Upaira (15), anak tertua Tedi.

Dalam latihan membatik itu ia menggoreskan canting pada selembar kain ukuran sapu tangan. Motif sulur-sulur bunga dan daun sedikit menyulitkannya. Namun, bersama adiknya, Zauza Ratu Parisa (11), Putri tetap bersemangat menyelesaikan batiknya.

”Aduh, kena lagi!” tiba-tiba Zahra Fahira (11), keponakan Tedi yang giliran berteriak. Malam dari cantingnya menetes membentuk bulatan gelap di atas garis yang semestinya melengkung membentuk garis tepi gambar bunga. Dua kakaknya yang lain pun cekikikan, mengetahui tidak hanya mereka yang kesulitan membatik.

Pagi itu, dua hari setelah perayaan Natal, Anastasia Ratu Damayanti (42), dari Serpong, Tangerang, juga dibuat patah hati karena garis dalam motif sapu tangannya sering kali ternoda oleh tetesan malam. Desainer grafis sebuah agensi yang dikelolanya sendiri itu tertarik belajar membatik untuk diterapkan dalam desain-desain company profile, billboard, dan media luar ruangan lain yang dikerjakannya.

”Saya awalnya ingin belajar ke Yogyakarta, tetapi terlalu jauh. Saya lalu mencari-cari di internet dan mendapatkan rujukan agar ke sanggar ini. Karena lokasinya cukup dekat, jadi saya pergi bersama suami ke Cirebon,” tutur ibu satu putri yang dipanggil Maya ini.

Dewi Febriyanti (23), anak keempat Katura yang mendampingi keluarga Tedi dan Maya belajar membatik. Di bawah naungan pohon mangga dan sejuknya suasana Cirebon sehabis hujan pada malam harinya, mereka keasyikan menorehkan garis-garis di atas kain. Tetesan malam yang kadang mengesalkan pun membuat penasaran.

KOMPAS/AGUS SUSANTO Perajin batik tulis di sanggar batik Katura, Desa Trusmi, Kecamatan Plered, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, Rabu (25/9/2013). Lama pembuatan batik sekitar 100 hari dengan harga jual batik tulis halus berkisar Rp 3 juta hingga Rp 15 juta.
Untuk semua kesenangan itu, Katura tak tinggi-tinggi mematok biaya. ”Ya, rata-rata mereka dikenai Rp 50.000 per orang,” ungkapnya.

Pada saat liburan sekolah dan akhir tahun seperti ini, jumlah siswa dan wisatawan yang datang belajar membatik ke Sanggar Katura bisa sampai 350 orang. Dengan jumlah pengunjung yang besar, halaman sanggarnya tak mampu menampung. Akhirnya, Katura meminjam halaman parkir Toko Grosir Trusmi yang berlokasi di mulut gang tersebut.

Katura, yang mendirikan sanggarnya pada 1974, memang senang membagi ilmunya membatik. Tidak hanya dari dalam negeri, tamu dari luar negeri seperti Jepang pun belajar membatik kepadanya. Ia senang karena Trusmi semakin lama menjadi tujuan wisata yang menarik bagi wisatawan.

Pada usianya yang senja, Katura berkali-kali berpesan, hal yang paling jelas bisa melestarikan batik ialah dengan mengenakannya atau memakainya. ”Tidak hanya cukup belajar membatik, tetapi juga mengenakannya,” ujarnya. (Ingki Rinaldi dan Rini Kustiasih)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com