Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perjuangan Mencapai Misteri Situs Megalitikum

Kompas.com - 26/01/2014, 10:07 WIB
Fira Abdurachman

Penulis

CIANJUR, KOMPAS.com- Diawali dengan perjalanan menuju Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Dari kota peuyem ini, masih harus mencari angkot menuju Gunung Padang, di kawasan Warung Kondang. Perjuangan makin berat ketika harus melewati Gunung Padang menuju puncak untuk sampai ke situs Megalitikum yang berada di ketinggian sekitar sekitar 885 meter dari permukaan laut.

Kondisi jalan sangat buruk di hampir semua ruas jalan. Ditambah lagi sarana transportasi yang sangat minim. Pengunjung harus menyewa motor ojek yang mematok harga sesuai suasana hatinya saja yaitu di kisaran Rp 50.000 sampai Rp 100.000. Bisa juga sewa angkot yang harganya juga lebih mahal dari taksi di Jakarta, Rp 250.000 hingga Rp 300.000. Kondisi fisik juga harus dipersiapkan. Selain udaranya yang dingin, jalannya juga banyak yang menanjak, berkelok tajam, apalagi musim hujan jalanan menjadi licin.

Setelah memakan waktu perjalanan sekitar 6 jam, sampailah di situs Megalitikum. Dari pintu gerbang, masih harus mengeluarkan energi besar lagi. Di sini yang sangat melelahkan. Pengunjung harus menapaki banyak anak tangga menuju puncak.

Sampai akhirnya, semua lelah seketika itu juga hilang. Keindahan dan keunikan situs Megalitikum membayar semua jerih payah untuk mencapai puncak ini. Tumpukan bebatuan peninggalan pra sejarah dengan latar belakang keindahan alam pegunungan Padang membuat misteri situs ini makin terasa. Bentuk batunya mengingatkan pada film kartun terkenal era 80an, The Flintstone.

KOMPAS.COM/FIRA ABDURACHMAN Masih banyak misteri yang belum terungkap termasuk asal mula pembentukan gunung batu di situs Megalitikum.
Beruntung saat Kompas.commengunjungi situs yang masih kontroversi ini, suasananya sepi. Hanya ada sedikit pengunjung. Jadi bebas mengambil gambar dan berbincang dengan penjaga situs.

Situs Megalitikum seluas sekitar 900 meter persegi terdiri dari 5 teras undakan. Sejauh ini situs Megalitikum masih misteri sejarah dunia. Satu hal yang berhasil disamaartikan oleh berbagai peneliti lokal maupun internasional adalah bangunan ini diperkirakan lebih tua dari piramida di Mesir.

Ada beberapa ciri khusus yang dapat dilihat secara kasat mata oleh pengunjung:

1. Bentuk bebatuannya memang unik. Beda dengan bebatuan candi atau batu pada umumnya. Warnanya kehitaman dan bentuknya rata–rata memanjang.

2. Di salah satu batu terdapat jejak yang sangat menyerupai jejak kaki harimau.

3. Masih tentang jejak, di salah satu batu juga terdapat jejak yang menyerupai Kujang atau perisai lambang Jawa Barat.

4. Di undakan paling bawah terdapat reruntuhan batu yang tersusun membentuk satu ruangan dengan pintu gerbang. Di dalamnya terdapat lempengan batu yang diduga sebagai gong. Tidak jauh dari situ, terdapat bebatuan yang menyerupai bentuk gamelan.

KOMPAS.COM/FIRA ABDURACHMAN Jejak yang mirip tapak kaki harimau pada salah satu batu di situs Megalitikum Gunung Padang.
5. Di undakan ketiga terdapat bebatuan yang membentuk lingkaran. Ditengarai, lingkaran bebatuan ini adalah salah satu cara untuk menghitung musim, seperti musim panen, musim hujan, dan lain-lain.

6. Di ujung undakan terakhir, terdapat batu besar yang mengarah sedikit ke arah langit. Masyarakat setempat percaya bahwa batu tersebut menghadap ke rasi bintang tertentu.

Hadma, salah satu penjaga situs Megalitikum mengungkapkan, sejauh ini para pengunjung yang datang memiliki berbagai tujuan. Ada yang datang karena ingin berwisata, atau sebagai satu ritual karena banyak yang percaya ini sebagai tempat petilasan (semadi), dan ada juga yang datang untuk meneliti. "Kami sih terbuka saja, senang. Yang penting pengunjung harus selalu bersih (secara fisik dan niat)," kata Hadma.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com