Adapun warung angkringan di salah satu sisi Jalan Raya Pesanggarahan, Jakarta, relatif berbeda dengan yang dijaga Nardiwiyono karena menggunakan lampu listrik sebagai penerangan. Untuk mendengarkan musik juga bukan lagi radio transistor, dan jumlah penjaga warung yang turut melayani tidak hanya seorang, tetapi tiga orang.
Juga ada tempat lesehan khusus yang relatif terang dan dipenuhi pengunjung. Warung angkringan itu menarik minat orang-orang seperti Swandoyo (51) dan Yogi (25) yang ditemui pada Selasa (21/1/2014) malam hingga Rabu (22/1/2014) dini hari.
Swandoyo adalah praktisi pemasaran yang malam itu merasa perlu duduk sembari menikmati susu jahe di warung angkringan. ”Dulu saya penyuplai teh tubruk untuk warung angkringan,” kata Swandoyo.
Oleh karena itulah tak mengherankan jika ia hafal peta warung-warung angkringan di Jakarta. Swandoyo mencatat, menjamurnya warung angkringan di Jakarta yang cenderung identik dengan nasi kucing berporsi relatif sedikit itu mulai terjadi sekitar lima tahun terakhir.
”Penyebabnya, jumlah pekerja urban cenderung makin banyak. Kan, hampir semua orang datang ke Jakarta. Mereka yang berasal dari atau pernah tinggal/sekolah di Yogyakarta-Solo dan sekitarnya tentu saja sudah terbiasa nongkrong di hik/wedangan (Solo) atau angkringan (Yogya). Kerinduan akan kebiasaan ”ngangkring”. Itulah sebabnya angkringan yang di Jakarta kemudian dikenal dengan nama nasi kucing itu menjamur.
Bagi Swandoyo, menikmati makanan dan minuman serta suasana di warung angkringan seperti proses untuk menetralisasi jiwanya. ”Karena saya tidak terlalu suka kebisingan,” kata bapak empat anak itu.
Swandoyo, yang tinggal di kawasan Meruya, Jakarta Barat, itu bisa mendatangi warung angkringan seperti itu hingga tiga kali dalam sepekan. ”Itu belum lagi jika anak saya mengajak ke angkringan pada akhir pekan,” sebutnya.
Warung angkringan yang dia maksud sudah beroperasi sekitar dua tahun di lokasi tersebut. ”Warung pertama ada di kawasan Bendungan Hilir, sejak sekitar tiga tahun lalu,” kata Fitrianto (28), salah seorang penjaga warung angkringan yang berasal dari Pekalongan.
Jumlah pengunjung yang cenderung bertambah memang seperti membuat ekspansi gerobak-gerobak angkringan itu cenderung tak terelakkan. (Ingki Rinaldi)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.