Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Camino de Santiago, Rute Ziarah yang Mendunia

Kompas.com - 04/02/2014, 13:26 WIB

Selesai menyegarkan badan dengan mandi, kami menuju ke makan malam bersama yang sudah dipesan begitu segera kami tiba karena hanya ada 2 pilihan restoran di desa itu.

Acara makan malam seperti acara resepsi dengan meja-meja bundar. Kita tidak tahu akan ditempatkan dengan siapa kecuali memang sudah mengelompokan diri sebanyak 10 orang. Kami duduk dengan sepasang kakak beradik berumur 60-an dari Amerika Serikat dan sepasang suami-istri dari Perancis yang kurang fasih berbicara bahasa Inggris.

Hal yang menyenangkan dari percakapan di meja makan adalah bertukar cerita yang sama namun berbeda. Sama karena semua orang menjalani rute yang sama, berbeda karena masing-masing orang punya pendapat sendiri mengenai perjalanannya. Ada yang bilang mudah, ada yang bilang setengah mati menanjak. Ada yang bilang lututnya sakit saat rute menurun tajam. Kalau biasanya pertukaran cerita di hostel-hostel dengan backpacker lain kadang kita tidak terbayang pengalamannya, kali ini semua orang mengerti apa yang dibicarakan. Seru!

Ritual seperti itu berulang terus setiap harinya. Rutin tapi tidak membosankan. Orang-orang yang kami lihat di sepanjang jalan kami kenali, namun belum tentu kenal secara pribadi. Senyuman dan sapaan saling ditukar saat kami melihat pejalan lain. “Buen Camino!” (yang artinya have a good walk) diteriakkan bukan hanya antar sesama pejalan namun juga dari penduduk lokal yang rumahnya kami lewati.

Ada juga pengendara mobil yang dengan sengaja membuka kaca mobil untuk memberi semangat dengan berteriak “Buen Camino!”. Tubuh yang sudah lelah pun kembali terpompa untuk maju terus hingga mencapai tujuan.

Dengan menggunakan 1 hari istirahat di hari ke 13, kami akhirnya tiba di Santiago de Compostela di hari ke-34. Total 33 hari berjalan kaki menempuh jarak 780 km. Di depan katedral Santiago de Compostela para pejalan saling berpelukan, menangis terharu dan saling memberikan selamat.

SUSAN POSKITT Tidak usah khawatir tersesat, petunjuk ada di mana-mana.
Semua orang menjadi pemenang. Semua orang mendapatkan sertifikat berbahasa Latin atas pencapaiannya itu. Perubahan apa yang akan terjadi jika kita menjalani Camino ini? Tidak akan ada yang tahu hingga kita menjalaninya sendiri. Tubuh dan karakter ditempa secara otomatis oleh perjalanan ini. Mungkin terdengar berat, tapi kuncinya adalah step by step. Jangan memikirkan kapan sampai ke Santiago, tapi fokus pada setiap langkah yang dijalani.

Saat saya menulis pengalaman ini saya merasa terpanggil untuk mengulangi pengalaman seru ini. Banyak orang yang sudah mengulangi rute ini, bahkan ada yang sudah sampai 6 kali. Just think positive and enjoy the walk. Pasti pengalaman Camino de Santiago ini menjadi pengalaman yang tak terlupakan seumur hidup. Buen Camino! (Susan Poskitt, penulis bisa dikontak melalui twitter @PergiDulu)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com