Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Melestarikan Alam dengan Tanaman Bambu

Kompas.com - 07/02/2014, 15:44 WIB
WAJAH Dusun Bambu, Desa Kertawangi, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat, kini telah berubah menjadi taman hutan yang hijau dan asri. Perubahan itu amat signifikan jika dibandingkan dengan lima tahun silam.

Dari lahan sekitar 15 hektar yang dulu bekas peternakan ayam dan sapi serta ladang sayur-sayuran yang kemudian bangkrut, tanah di situ pun telantar dan menjadi gundul. Kini, daerah tersebut telah dihijaukan kembali, salah satunya melalui konservasi tanaman bambu.

Di tangan pengusaha Ronny Lukito, pendiri B&B (Blessed & Blessing) Incorporation, yang memproduksi tropical outdoor terkenal, seperti Eiger, Bodypack, Exsport, dan Neosack, daerah gundul tersebut kini telah menjadi obyek ekowisata menawan yang dinamai Dusun Bambu Family Leisure Park.

Sekitar 10.000 bambu dari berbagai jenis telah ditanam menghiasi Dusun Bambu serta ribuan pohon tanaman keras lainnya. Selain itu, sawah, danau buatan, dan lima vila eksklusif dengan arsitektur khas Sunda juga dibangun di tengah dusun itu.

”Ketika saya membeli tanah di sini secara bertahap mulai tahun 1992, kondisi tanah sudah rusak berat karena dampak pestisida sehingga perlu dipulihkan. Penanaman ribuan pohon dilakukan mulai tahun 2009 dan yang utama adalah bambu. Kami memilih bambu karena manfaatnya amat besar dan sangat bagus untuk konservasi lingkungan,” ujar Ronny.

Selain sebagai penahan erosi guna mencegah bahaya banjir, akar bambu juga mampu menyerap air. Batang bambu bisa untuk bahan bangunan dan mebel serta sebagai bahan baku kerajinan tangan dan alat musik, seperti angklung dan suling. Daun bambu berkhasiat menyembuhkan sejumlah penyakit. Sementara tunas bambu, yang lebih dikenal dengan rebung, merupakan bahan pangan yang tergolong jenis sayur-sayuran.

Bambu mudah ditanam dan tidak memerlukan pemeliharaan khusus. Masa pertumbuhannya relatif cepat. Dari sejumlah hasil penelitian, kecepatan pertumbuhan vegetatif bambu dalam 24 jam untuk jenis tertentu mampu mencapai sekitar 30 sentimeter. Dengan begitu, bambu dalam waktu lima tahun sudah dapat dipanen

Total luas tanah yang dimiliki Ronny di kawasan itu sekitar 40 hektar. Dusun Bambu semula hendak dinamakan Lawang Angin karena lokasinya menjadi semacam pintu angin yang diapit Gunung Burangrang dan Gunung Tangkubanparahu. Namun, dalam sejarahnya, di tempat ini pernah jadi hutan bambu jenis tamiang. Lalu, pada radius 4 kilometer dari dusun terdapat pula hutan tutupan.

”Belajar dari kearifan lokal di wilayah Sunda, kami lalu bertekad menghijaukan tempat ini dan menamakannya dengan Dusun Bambu karena dulu memang di sini berdiri sebuah dusun dan banyak pula tumbuh bambu,” kata Ronny.

60 jenis

Kini, di Dusun Bambu ditanam sekitar 60 jenis bambu, 15 jenis di antaranya dari China, Jepang, dan Myanmar. Lalu, 45 jenis lainnya dari Indonesia, di mana 15 jenis adalah endemik Bali.

Sebagai contoh bambu hitam (Bambusa lako), bambu gombong (Gigantochloa pseudoarundinacea), bambu suling atau awi tamiyang (Schizostachyum iraten), dan bambu sembilang (Dendrocalamus giganteus) dari Myanmar, yang batangnya mencapai panjang 30 meter dan berdiameter 18 cm-25 cm. Ada 1.250 jenis bambu yang tersebar di seluruh dunia dan sekitar 150 jenis di antaranya terdapat di Indonesia.

Ronny bertekad, semua jenis bambu di dunia ditanam di lokasi itu sehingga konvensi bambu nasional tahun 2015 serta konvensi bambu dunia tahun 2017 dapat digelar di tempat ini. ”Saya yakin dalam 5 sampai 10 tahun ke depan bambu menjadi tren, terutama untuk kebutuhan bahan bangunan ataupun mebel seiring dengan semakin terbatasnya hasil kayu dan upaya pemulihan hutan,” ujarnya.

Ketua Forum Penyelamat Lingkungan Hidup Jawa Barat Thio Setiowekti berpendapat, pemilihan bambu di Dusun Bambu sudah tepat karena tanaman ini mempunyai daya serap air yang tinggi sehingga dapat mengurangi limpasan air dari hulu. ”Di mana ada bambu, di situ juga pasti ada mata air. Itu terbukti ketika musim kemarau saat ini bermunculan mata air di sekitar Dusun Bambu,” kata Thio.

Dusun Bambu sejauh ini merupakan satu-satunya tempat usaha yang mampu memenuhi persyaratan yang diatur dalam Peraturan Daerah Jawa Barat Nomor 1 Tahun 2008 tentang Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Bandung Utara (KBU). KBU merupakan daerah perbukitan yang mempunyai pengaruh besar terhadap tata air atau sebagai kawasan resapan air. Secara administratif, KBU berada di Kabupaten Bandung (meliputi 3 kecamatan), Kota Bandung (10 kecamatan), Kota Cimahi (2 kecamatan), dan Kabupaten Bandung Barat (6 kecamatan).

”Kami juga sangat berkomitmen pada fungsi ekologis sehingga dari luas areal sekitar 40 hektar, sebenarnya kami mempunyai hak memanfaatkan areal untuk pengembangan bisnis hingga 15 persen untuk bangunan, tetapi kami hanya memanfaatkan 3,6 persen. Lahan lainnya untuk dihutankan dan didesain untuk taman,” ucap Manajer Operasional Dusun Bambu Uung Rumaji.

Lahan yang ada salah satunya dijadikan danau buatan guna menampung limpasan air langsung dari puncak gunung. Kemudian, dari danau, air disalurkan ke kampung sekitarnya untuk menyirami tanaman sayur petani. Warga sekitar Dusun Bambu umumnya menanam sayuran, di antaranya kubis dan brokoli.

Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan menyambut positif ekowisata di Dusun Bambu yang melakukan konservasi bambu. ”Ini merupakan salah satu konsep ekonomi hijau. Hutan tetap dilestarikan, tetapi tetap mendatangkan nilai ekonomi, bahkan bisa lebih tinggi daripada nilai ekonomi kayu,” ucap Heryawan.

Di sana disediakan bibit pohon bagi pengunjung Dusun Bambu. Setiap pengunjung akan diberi satu bibit pohon untuk dibawa pulang dan ditanam di tempat yang sesuai dengan pilihan pengunjung, yang terpenting bibit tersebut ditanam di luar areal Dusun Bambu. Hal itu dimaksudkan agar pengunjung juga mendukung pelestarian lingkungan melalui penanaman pohon. (Samuel Oktora)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com