Hotel Santika Premiere Bintaro telah melakukan soft opening pada Senin (27/1/2014) lalu. Hotel ini merupakan hotel ke–7 dari kelompok Santika Premiere dan merupakan hotel ke–61 dari grup Santika Indonesia Hotels & Resorts.
Hutomo Mugi Santoso, Direktur Utama PT Tozy Bintang Sentosa, pemilik Hotel Santika Premiere Bintaro, Rabu (5/2/2014) menuturkan, dirinya tidak menyangka akan mendirikan sebuah hotel di kawasan Bintaro. "Saya sendiri tidak pernah membayangkan kawasan ini akan berkembang pesat sedemikian rupa," katanya.
Sejak tahun 1984 Hutomo tinggal di Bintaro. Dulu, sungguh nyaman tinggal di sini. "Kemana-mana dekat. ke Pondok Indah lancar. Siapa sangka sekarang mau ke sana (Pondok Indah) macetnya minta ampun," katanya mengenang.
Berbekal tanah yang dimilikinya, Hutomo lantas menawarkan tanah ini untuk dijadikan hotel. Dua grup besar menolaknya. Akhirnya Hutomo menjatuhkan pilihan kepada Santika. Bersama Santika, lantas Hutomo mewujudkan mimpinya membangun sebuah hotel yang pertama di kawasan Bintaro.
Desain bangunan yang kental budaya Jawa membuat Hotel Santika Premiere Bintaro tampil menarik dan terlihat berbeda. Apalagi ini merupakan satu-satunya hotel di kawasan CBD Bintaro Jaya.
Apa yang menarik? Sebuah karya seni yang dipajang di kiri-kanan pintu masuk berupa bunga yang bahannya justru terbuat dari wajan alias penggorengan.
Penggorengan? Ya, jangan berpikir wajan atau penggorengan yang hitam legam alias gosong dipajang di hotel bintang 4 ini. Tidak. Justru di tangan seniman Teguh Ostenrik, wajan yang disimpan di dapur diolah sedemikian rupa sehingga bernilai seni tinggi dan membuat kagum siapa saja yang melihatnya saat memasuki Hotel Santika Premiere Bintaro. Teguh menamakan karyanya ini Wok Flower.
Bisa dibilang di tangga ini (pintu masuk hotel) disebut tempat "surprise". Pasalnya pandangan para tamu mau tidak mau akan beradu dengan Wok Flower yang ada di kiri kanan pintu masuk.
"Begitu penggorengan disentuh Pak Teguh, namanya bukan penggorengan lagi. Buat saya ini sudah menjadi benda seni. Ini merupakan salah satu nilai tambah untuk Hotel Santika Premiere Bintaro. Selain itu ada parang rusak yang jadi hiasan jendela di sini," kata Hutomo sambil menunjuk motif batik berupa parang rusak yang menghiasi jendela di Restoran Kembang Sepatoe.
Kenapa wajan? Teguh menuturkan pengalamannya di Berlin, Jerman tahun 1978 saat belajar seni. Teguh tak lupa membawa wajan ke sana. "Saya sering mengundang teman-teman ke rumah dan saya masakin mereka nasi goreng. Orang Jerman terheran-heran menyaksikan kehebatan wajan dari Asia ini dan mereka tanya apa ini? Saya jawab wajan," tutur Teguh.
Melihat filosofi wajan, dengan bentuknya bulan di bagian bawah dari perunggu, wajan dapat melakukan manajemen investasi untuk sebuah makanan. Wajan menyebarkan api secara merata dan memancarkan panas kembali ke pusat sehingga memberikan hasil yang sempurna untuk sebuah masakan.
Mulailah Teguh mewujudkan idenya. Wajan dikumpulkan, dipotong-potong, dirangkai dengan batang aluminium sehingga menjadi bentuk bunga dan dipasang di pintu masuk Hotel Santika Premiere Bintaro.