Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Kota Tua" di Balik Bukit

Kompas.com - 10/02/2014, 15:13 WIB
SEJAK dulu, bukit-bukit kecil yang menjulang kerap mengundang tanya. Salma (80), warga Desa Muaro Jambi, Kecamatan Maro Sebo, Muaro Jambi, Provinsi Jambi, pernah meyakini ada sesuatu yang tersembunyi. Keyakinannya itu benar. Akhirnya, gundukan yang dikelilingi kebun duku dan durian miliknya menyingkap sebuah ”kota tua”.

”Bukit-bukit itu kami sebut menapo (tumpukan bata yang membentuk struktur candi),” ujar Salma, saat mengenang bukit-bukit kecil tersebut pada akhir Januari lalu. Rahasia bukit kecil terungkap setelah Salma menikah dan punya anak. Pada 1970-an, sejumlah petugas arkeologi dari Jakarta mengupas dan memugar gundukan besar dan luas yang tak jauh dari kebunnya di Desa Muaro Jambi.

Hasilnya, bangunan bata megah berukuran 17 meter x 17 meter, yang dinamai Candi Gumpung, berdiri. Rangkaian pemugaran terus berlanjut hingga menjadi kompleks Candi Muaro Jambi yang terdiri dari Candi Gumpung, Candi Tinggi, Astano, Kembar Batu, Kedaton, Koto Mahligai, dan Teluk. Namun, tak semua candi utuh. Kompleks candi ini terletak sekitar 35 kilometer sebelah utara Kota Jambi. ”Ternyata benar, ada banyak candi di desa kami. Tidak sia-sia kami menjaganya selama ini,” ujarnya.

Selama ini, masyarakat Desa Muaro Jambi sangat menjaganya hingga kemegahan di balik bukit kecil itu tersingkap. Suatu kali, Salma mencangkul hingga kedalaman 1 meter. Tiba-tiba ia mendapat patung perunggu berbentuk anjing di dekat salah satu menapo. Tak hanya itu. Beberapa kali Salma menemukan uang kuno berbentuk koin dengan lubang di tengahnya. Gerabah dan pecahannya juga diperolehnya saat berkebun.

KOMPAS/IRMA TAMBUNAN Candi Gumpung merupakan bagian dari Kawasan Cagar Budaya Muaro Jambi yang dicalonkan sebagai warisan dunia atau world heritage. Situs ini memerlukan pelestarian yang terpadu dengan masyarakat, lingkungan, dan budaya setempat.
Bata-bata tua yang tercecer di antara menapo ditatanya kembali. Tak jarang, jika kelelahan berkebun, Salma tertidur. Ia juga selalu mengingat pesan orangtua untuk tidak bertindak gegabah, seperti buang air kecil, meludah, dan bertindak atau berucap tak senonoh di sekitar menapo. ”Bukan karena percaya mistis. Orangtua kami yakin menapo-menapo itu adalah peninggalan suci pada masa lalu. Harus dihormati,” ujarnya.

Penghormatan masyarakat selama turun-temurun terhadap menapo dinilai kalangan arkeolog sebagai bentuk pelestarian terhadap situs. Itu sebabnya di hamparan seluas 3.100 hektar di sepanjang tepian Sungai Batanghari, ratusan candi dan menapo yang tertimbun tanah nyaris tak terganggu.

Sejak awal, upaya rekonstruksi sejarah mendapat dukungan penuh dari masyarakat. Puluhan warga bahkan terlibat saat proses ekskavasi dan pemugaran. Setelah proyek selesai, mereka bergantian menjaga dan memelihara situs.

Kekaguman dunia

Kemegahan Muaro Jambi dalam kuatnya ikatan dengan masyarakat lokal mengundang kekaguman dunia. Kawasan tersebut berpeluang menjadi warisan budaya dunia. Muaro Jambi ternyata 20 kali lebih luas daripada Candi Borobudur di Jawa Tengah dan dua kali lebih luas daripada kompleks Candi Angkor Wat di Kamboja. Kompleks Candi Muaro Jambi pun sempat disebut sebagai kawasan candi terluas di Asia Tenggara.

KOMPAS/IRMA TAMBUNAN Candi Gumpung merupakan bagian dari Kawasan Cagar Budaya Muaro Jambi yang dicalonkan sebagai warisan dunia atau world heritage. Situs ini memerlukan pelestarian yang terpadu dengan masyarakat, lingkungan, dan budaya setempat.
Tak heran jika Prof Masanori Nagaoka, Programme Specialist for Culture UNESCO, saat mengunjungi Muaro Jambi empat tahun silam, mengagumi kompleks ini. ”Situs itu masih sangat asli,” katanya.

Keberadaan candi-candi di kawasan tersebut tetap asri meski dipugar para arkeolog. Kondisi bangunan dan lingkungannya relatif terawat dan memberikan kesan hubungan harmonis antara masyarakat dan situs. ”Saya belum melihat potensi yang dapat menjadikan situs ini gagal sebagai warisan dunia,” kata Masanori dalam catatan komentarnya.

Singkat kata, di kawasan tersebut, manusia, lingkungan, dan budaya tetap terjaga orisinalitasnya sehingga Muaro Jambi masih tampak seperti masa kejayaannya pada abad VII hingga XIV atau pada masa Melayu Kuno. Bahkan, saat pembangunan pabrik karet dan sawit serta penimbunan batubara marak tiga-empat tahun terakhir, hanya sebagian kecil menapo yang tergerus atau tertimbun genangan logam batubara.

”Hingga kini, masyarakat masih memegang nilai-nilai lama dan filosofi yang menjaga keaslian situs,” ujar Abdul Hafiz, Ketua Dwarapalamuja, lembaga pelestari situs Muaro Jambi, yang juga pemandu wisata di situs Muaro Jambi.

Muaro Jambi juga merupakan universitas bagi ribuan biksu. Mereka tidak hanya datang untuk mendalami agama, tetapi juga ilmu kedokteran, logika, filosofi, dan tata bahasa.

KOMPAS/IRMA TAMBUNAN Sebagian relief tertumpuk di kompleks Candi Kedaton, kawasan Cagar Budaya Muaro Jambi, Jambi, Sabtu (25/1/2014). Banyak relief kuno dicuri pengunjung selama masa ekskavasi sejak 2012. Pengamanan situs dibutuhkan lebih ketatagar tidak semakin banyak tinggalan kuno hilang dari tempat aslinya.
Lana Atisya adalah salah seorang biksu muda asal India yang bersekolah di Muaro Jambi selama 12 tahun sebelum kembali ke India. Ada juga Pendeta I-Tsing asal China yang membuat catatan saat singgah. ”Ribuan orang belajar dalam bangunan bertembok. Masyarakatnya ikut menyiapkan makanan dan ikut belajar. Keharmonisan tumbuh di Muaro Jambi,” tulis Masanori.

Ibu kota Melayu

Di bukunya mengenai naskah Melayu tertua, ahli filologi Uli Kozok menyatakan, Muaro Jambi selama berabad-abad pernah menjadi ibu kota Melayu. Peneliti Belanda, Schnitger, menyebut bangunan Muaro Jambi sebagai bagian dari sebuah kota yang besar. Situs ini juga tak kalah dengan Muara Takus di Riau, Padanglawas di Sumatera Utara, atau Bumiayu di Sumatera Selatan. Demikian pula McKinnon yang menilai Muaro Jambi merupakan situs terbesar di Sumatera.

Winston Mambo, Kepala Balai Pelestarian Cagar Budaya Jambi, membenarkan hal itu. ”Kompleks candi ini memang sangat megah,” ujarnya. (Irma Tambunan)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

3 Rekomendasi Kafe Kucing di Bandung

3 Rekomendasi Kafe Kucing di Bandung

Jalan Jalan
Wahana dan Kolam Renang di Kampoeng Kaliboto Waterboom Karanganyar

Wahana dan Kolam Renang di Kampoeng Kaliboto Waterboom Karanganyar

Jalan Jalan
Gunung Ruang Meletus, AirAsia Batalkan Penerbangan ke Kota Kinabalu

Gunung Ruang Meletus, AirAsia Batalkan Penerbangan ke Kota Kinabalu

Travel Update
Kampoeng Kaliboto Waterboom: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

Kampoeng Kaliboto Waterboom: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

Jalan Jalan
Aktivitas Wisata di The Nice Garden Serpong

Aktivitas Wisata di The Nice Garden Serpong

Jalan Jalan
Delegasi Dialog Tingkat Tinggi dari China Akan Berwisata ke Pulau Padar Labuan Bajo

Delegasi Dialog Tingkat Tinggi dari China Akan Berwisata ke Pulau Padar Labuan Bajo

Travel Update
The Nice Garden Serpong: Tiket Masuk, Jam Buka, dan Lokasi

The Nice Garden Serpong: Tiket Masuk, Jam Buka, dan Lokasi

Jalan Jalan
Cara ke Sukabumi dari Bandung Naik Kendaraan Umum dan Travel

Cara ke Sukabumi dari Bandung Naik Kendaraan Umum dan Travel

Travel Tips
Pengembangan Bakauheni Harbour City di Lampung, Tempat Wisata Dekat Pelabuhan

Pengembangan Bakauheni Harbour City di Lampung, Tempat Wisata Dekat Pelabuhan

Travel Update
Asita Run 2024 Digelar di Bali Pekan Ini, Terbuka untuk Turis Asing

Asita Run 2024 Digelar di Bali Pekan Ini, Terbuka untuk Turis Asing

Travel Update
13 Telur Komodo Menetas di Pulau Rinca TN Komodo pada Awal 2024

13 Telur Komodo Menetas di Pulau Rinca TN Komodo pada Awal 2024

Travel Update
Tanggapan Kemenparekraf soal Jam Kerja 'Overtime' Sopir Bus Pariwisata

Tanggapan Kemenparekraf soal Jam Kerja "Overtime" Sopir Bus Pariwisata

Travel Update
Tip Jalan-jalan Jenius ke Luar Negeri, Tukar Mata Uang Asing 24/7 Langsung dari Aplikasi

Tip Jalan-jalan Jenius ke Luar Negeri, Tukar Mata Uang Asing 24/7 Langsung dari Aplikasi

BrandzView
Vietnam dan China Siap Bangun Jalur Kereta Cepat Sebelum 2030

Vietnam dan China Siap Bangun Jalur Kereta Cepat Sebelum 2030

Travel Update
Libur Lebaran, Tren Kunjungan Wisatawan di Labuan Bajo Meningkat

Libur Lebaran, Tren Kunjungan Wisatawan di Labuan Bajo Meningkat

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com