Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Serba Tongkol di Tarempa

Kompas.com - 12/02/2014, 08:47 WIB
SEBAGAI daerah yang dikelilingi perairan, hasil laut merupakan santapan utama warga Tarempa di Pulau Siantan, Kabupaten Kepulauan Anambas, Provinsi Kepulauan Riau. Sebanyak 80 persen santapan warga berbahan dasar ikan tongkol. Mari kita santap.

Berbagai jenis ikan, seperti manyu, bulat, kerapu, dan sadang, yang diperoleh warga Tarempa dari perairan Laut China Selatan menjadi makanan sehari-hari. Namun, ikan tongkol yang oleh orang setempat disebut ikan simbok adalah yang utama.

Ikan ini biasanya dijadikan lauk yang dicampur dengan bahan lain atau sebagai pengisi makanan. Jadilah makanan-makanan seperti mi tarempa, nasi dagang atau nasi daun, roti rendang atau roti lauk, pulut kuning, bacang, dan otak-otak. Imbuhan ikan tongkol memberi rasa gurih dan aroma khas tongkol dengan nuansa sedikit asin kesukaan orang setempat.

Ikan tongkol biasanya diolah dulu dengan bumbu-bumbu. Misalnya, untuk membuat mi tarempa, ikan tongkol segar diambil dagingnya lantas dicampur dengan ulekan bawang merah, bawang putih, dan cabai. Mi yang digunakan adalah mi kuning atau kwetiau basah yang digoreng lantas dicampur bumbu-bumbu dan irisan daging tongkol. Penampilannya seperti mi goreng, hanya saja penyajiannya ditambah acar irisan cabai hijau. Jadilah rasa gurih mi dan daging tongkol berpadu dengan rasa asam dan segar acar.

KOMPAS/SRI REJEKI 'Kopi o' atau kopi hitam yang telah diseduh dituang ke cangkir.
Untuk pulut kuning, yang digunakan adalah daging ikan tongkol asap atau dalam bahasa setempat salai. Salai simbok ini lantas dibuat seperti abon dan ditaburkan di atas pulut yang terbuat dari beras ketan. Penampilannya seperti lemper, hanya saja abon tongkol asap ini bukan ditempatkan di dalam, melainkan di atas pulut yang dibentuk pipih memanjang.

Demikian pula dengan roti lauk atau roti rendang yang mirip roti goreng atau panada. Cacahan daging ikan tongkol dan bumbu yang telah diolah dimasukkan ke dalam adonan roti. Setelah adonan mengembang lantas digoreng. Aneka makanan ini dibuat oleh usaha rumah tangga di Tarempa. Kemudian aneka makanan ini disetor ke kedai kopi atau pasar tradisional.

”Untuk mi tarempa, kami masak sendiri setelah dipesan sehingga hangat sampai di meja tamu. Makanan-makanan yang dibungkus ini disetori oleh ibu-ibu di sekitar sini,” kata Veranica (30), pemilik kedai kopi Murai.

Kedai kopi

Aneka masakan dan makanan ini terdapat di hampir semua kedai kopi yang menyemarakkan kehidupan warga Tarempa. Kedai kopi yang dibuka pagi hingga sore hari menjadi salah satu pusat kehidupan warga setempat. Selepas shalat Subuh, para pria akan mampir ke kedai kopi untuk memesan kopi kesukaan mereka, yakni kopi susu dan kopi hitam yang oleh orang setempat disebut kopi o. Ada pula teh o atau teh tubruk dan teh susu. ”Orang Tarempa senang pergi ke kedai kopi,” kata Ali (28), salah satu warga.

KOMPAS/SRI REJEKI Aneka masakan Tarempa dengan ciri khas ikan tongkol di dalamnya.
Sebagai pelengkap minum kopi atau teh, disajikan aneka jajanan atau makanan berat, seperti nasi dagang atau mi tarempa tadi. Khazanah kuliner lokal banyak mendapat pengaruh dari kuliner Melayu dan Tionghoa dengan rasa dominan pedas, gurih, dan sedikit asin. ”Rata-rata masakan diberi cabai karena kami suka masakan yang pedas,” kata Ali.

Kopi juga diolah sendiri, yakni biji kopi disangrai lantas digiling, baru diseduh setelah dipesan. Kopi di kedai kopi Murai racikan John Lee (40) komposisinya pas antara rasa manis dan pahit. Mulut rasanya tidak ingin berhenti menyeruput cairan hitam yang ditempatkan di cangkir mungil sebelum habis tersesap. Rasa asam kopi hampir tidak terasa. ”Di tempat kami pakai kopi jenis arabika yang dibeli dari Tanjung Pinang,” ungkap John Lee dari kedai kopi Murai.

Di kedai kopi Loka yang berada tidak jauh dari kedai kopi Murai, kopinya terasa lebih pahit dengan asam kopi yang lebih terasa. Kedai kopi ada yang dibuka mulai pukul 04.30, seperti kedai kopi Murai, dan baru tutup pukul 17.00 atau 18.00, ada pula yang baru buka pukul 05.30 dan baru tutup selepas Maghrib, seperti kedai kopi Loka.

Jika kedai kopi Murai menawarkan keragaman makanan, kedai kopi Loka menawarkan pemandangan ke laut karena kedai ini bertempat di rumah apung di tepi laut. Sambil ngopi, kita bisa memandang ikan-ikan yang berenang di dalam air kehijauan yang jernih.

Dari jendela kedai, kita juga bisa menyaksikan anak-anak yang menunggu speedboat yang akan membawa mereka ke sekolah yang berlokasi di sisi lain pulau itu. Pompong atau perahu bermesin dan speedboat menjadi alat transportasi utama di kepulauan itu karena belum semua tempat terhubung oleh jalan darat. Kepulauan Anambas menjadi pulau terluar yang berbatasan dengan negara Malaysia, Vietnam, Kamboja, dan Thailand di Laut China Selatan.

KOMPAS/SRI REJEKI Suasana kedai kopi Loka yang menghadap laut.
Jika kedai kopi ramai dikunjungi pada pagi hari, pada sore hari warga memenuhi semacam kafe-kafe yang dibuka di tepi laut, seperti di warung kopi La Luna dan di halaman Hotel Terempak Beach. La Luna menyajikan seafood dan otak-otak yang dibungkus dengan daun kelapa. Otak-otaknya dibuat dari daging ikan kuning dan tongkol yang dihancurkan lantas dicampur dengan ulekan bumbu, seperti bawang merah, bawang putih, jahe, lengkuas, lada, kemiri, dan cabai.

Otak-otak dibakar di atas alat pemanggang arang atau pemanggang gas. Otak-otak yang telah matang langsung disantap tanpa sambal karena cabai telah dicampurkan langsung ke dalam adonan. Otak-otak berwarna merah karena pengaruh ulekan cabai. ”Otak-otak ini dapat pengaruh dari Tanjung Pinang,” kata Akui (50), salah satu pemilik La Luna. (Sri Rejeki)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com