Para warga Lombok itu sudah berjaga-jaga sejak semalaman untuk pergi ke laut di Pantai Seger, Kecamatan Pujut, dengan membawa "sorok", alat penangkap ikan yang terbuat dari bambu.
Keriuhan menyambut nyale sebenarnya terjadi mulai pukul 02.00 Wita, di mana warga mulai bersorak-sorak dengan tujuan agar cacing segera muncul ke permukaan laut.
Sekitar pukul 03.00 Wita, sorak-sorai warga makin meriah, begitu nyale mulai bermunculan di permukaan laut yang masih gelap. Dengan membawa sorok dan lampu penerang, warga segera masuk ke laut, tidak sabar ingin menangkap nyale sebanyak-banyaknya.
Abdul Majid Sidik, warga Sekotong, Lombok Barat, menyatakan setiap tahun dirinya selalu turut menyaksikan kemeriahan perayaan tradisi "Bau Nyale" di Pantai Seger.
"Tradisi menangkap nyale sangat menarik, apalagi ketika melihat warga yang mempercayai bahwa nyale merupakan penjelmaan Putri Mandalika, hingga mereka beramai-ramai menyambutnya," ujar Abdul.
Menurut dia, tradisi menangkap nyale kali ini lebih tertib dan tidak terjadi kemacetan panjang dibanding tahun-tahun sebelumnya.
"Pemerintah kabupaten sudah mempersiapkan kegiatan dengan maksimal, sehingga tidak terjadi penumpukan pengunjung. Panggung hiburan juga letaknya dipindahkan, jadi warga tidak berjubel lagi," ujarnya.
Meski kawasan Desa Kuta semalam diguyur hujan deras dan jalan menjadi berlumpur, namun tidak mengurangi antusiasme warga untuk turut memeriahkan Bau Nyale.
Bahkan, kata Abdul, bukan hanya penduduk lokal yang berminat melihat kemunculan nyale di Pantai Seger, namun terlihat juga wisatawan lokal dan asing juga tidak kalah bersemangat.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.