Sementara itu, pada bulan Kawalu (masa panen tiga bulan berturut-turut pada bulan Februari hingga April), Baduy Dalam ditutup untuk semua orang luar. Namun, pengunjung pada bulan Kawalu tetap bisa bertemu dengan warga Baduy Dalam saat mereka keluar dari kampungnya.
Adat Baduy sangat membatasi sentuhan dengan dunia modern, terutama pada listrik dan peralatan elektronik. Karena itu, para pengunjung yang akan menginap harus membawa senter untuk memudahkan saat ke kamar kecil pada malam hari.
Angin tidak hanya dirasakan dari embusan di atas, tetapi juga dari bawah rumah panggung yang masuk dari sela dinding yang terbuat dari bilik bambu.
Apabila datang saat musim hujan, pengunjung sebaiknya menggunakan alas kaki yang cocok dipakai di tanah licin dan berlumpur. Sepatu atau sandal gunung direkomendasikan karena solnya telah didesain mampu ”mencengkeram” ketika berpijak sehingga tidak mudah tergelincir, apalagi di jalan menanjak.
Jangan lupa pula membawa jaket atau jas hujan dan tudung tas yang kedap air untuk melindungi barang bawaan agar tidak basah. Minyak anti-nyamuk silakan pula dibawa untuk menghalau serangga tersebut, terutama ketika berjalan-jalan ke hutan atau ke ladang.
Apabila menginap di perkampungan Baduy Luar, kita masih bisa menggunakan sabun atau sampo ketika mandi. Adapun di Baduy Dalam, kedua benda itu pantang dipakai.
Selain itu, obat-obatan pribadi juga harus dibawa, terlebih karena di dalam perkampungan Baduy tidak ada puskesmas dan apotek. Masyarakat Baduy selalu menggunakan dedaunan untuk mengobati setiap penyakit yang mereka derita. (Tjahja Gunawan Diredja)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.