Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sihir Salju Hokkaido

Kompas.com - 26/02/2014, 15:11 WIB
BUAT orang tropis, Hokkaido, Jepang, di musim dingin bagai kulkas alam yang benar-benar bikin menggigil. Pemandangan cenderung serba hitam putih seperti lukisan yang digores dengan tinta cina. Ada keindahan, kehangatan, keceriaan warga di balik dinginnya salju.

Hujan salju menyambut kedatangan kami di Hokkaido yang tenang dan jauh dari hiruk-pikuk kota besar, awal Februari lalu. Musim dingin yang berlangsung Januari hingga akhir Maret memang sedang memuncak. Suhu udara bisa melorot hingga minus 10 derajat celsius, bahkan minus 30 derajat celsius. Itu sebabnya, turis diwanti-wanti agar memakai pakaian, sepatu, dan topi yang bisa menjaga kehangatan tubuh.

Maklum, suhu udara serendah itu cukup untuk membuat apa saja membeku, tidak terkecuali permukaan Danau Abashiri di bagian timur Pulau Hokkaido. Siang itu, Selasa (4/2/2014), air Danau Abashiri bersembunyi jauh di bawah lapisan salju tebal. Para pelancong bisa berjalan-jalan atau memacu motor salju di atas permukaan danau yang beku dan lapang di bawah sinar matahari yang malu-malu.

Yusigimo dan lima temannya memilih duduk di depan tenda dan memancing. Mereka mengebor permukaan air danau yang beku dan memasukkan tali pancing ke dalamnya. Dalam waktu singkat, umpan pancing mereka disambar ikan wasagi—ikan seperti teri yang konon enak dimasak tempura.

”Ini kegiatan yang sangat menyenangkan selama musim dingin,” ujar Yusigimo kepada kami, lima wartawan Indonesia yang mengikuti program Familiarization Trip to Japan yang diadakan Japan Tourism Agency, Japan National Tourism Organization, dan difasilitasi maskapai ANA.

Salju selama bulan Februari memang nyaris mengubur apa saja. Rumah, mobil, jalan raya, hutan, sungai, bukit semuanya tertutup salju tebal. Beberapa rumah bahkan terkubur salju hingga ke atapnya. Alam rupanya menyembunyikan warna-warni yang ceria untuk pesta musim semi April dan Mei nanti.

KOMPAS/BUDI SUWARNA Sembilan penguin berjalan di depan para pengunjung Kebun Binatang Asahiyama di Hokkaido, Jepang, Kamis (6/2/2014).
Toshihiro Kamba, pemandu wisata yang menemani kami, mengatakan, salju selalu turun lebih deras di Pulau Hokkaido yang terletak di bagian paling utara Jepang dan berbatasan langsung dengan Siberia. ”Kalau di Tokyo salju turun sederas ini, pasti terjadi kehebohan,” ujar Toshihiro yang tinggal di Tokyo.

Bongkahan es Siberia

Tidak hanya salju, pesisir utara dan timur Hokkaido juga lebih dingin karena menerima angin beku yang mengalir dari Siberia. Di puncak musim dingin, bongkahan es yang berasal dari air sungai dan laut Siberia yang membeku hanyut sampai Hokkaido. Saat musim semi tiba, bongkahan es itu meleleh dan mengalir lagi ke Siberia.

”Dari sini kita bisa melihat bongkahan es dari Siberia yang luasnya bisa tiga kali Pulau Hokkaido. Sayangnya, hari ini tidak kelihatan,” ujar Toshihiro ketika nongkrong di Gardu Pandang Okhotsk Drift Ice Museum di Semenanjung Shirotoko, salah satu wilayah Jepang paling dekat dengan Rusia.

Sore itu, kami menghabiskan waktu di Gardu Pandang Okhotsk dan membiarkan angin dingin Siberia yang meresap hingga ke tulang. Sebelumnya, kami melihat-lihat koleksi bongkahan es di ”kulkas” raksasa Museum Okhotsk yang bersuhu minus 19 derajat celsius.

Esok paginya, Toshihiro mengajak kami berburu bongkahan es dengan menumpang kapal wisata pemecah es. Pagi itu cuaca memburuk dengan suhu minus 9 derajat celsius. Badai salju turun deras bersama angin dingin yang bersiutan. Kapal bergerak ke tengah laut di tengah kabut yang membuat menara di pinggir pantai seperti bayang-bayang.

Setelah satu jam berkeliling, tak ada bongkahan es yang bisa ditemukan. Yang ada hanya bunga es tipis yang mengambang di permukaan laut. ”Hari ini kita tidak beruntung. Memang tidak bisa setiap saat kita menemukan bongkahan es,” ujar Toshihiro, mencoba menghibur.

Dia menceritakan, pada musim tertentu turis bisa turun ke bongkahan es dan berjalan-jalan di atasnya seperti yang dilakukan orang-orang di belahan bumi utara di masa lalu.

Istana es

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com