Tenun ini sangat terkenal, bukan saja karena kecantikannya tetapi juga pembuatannya yang rumit. Proses pembuatannya memakan waktu yang lama. Seakan waktu begitu akrab dengan mereka. Untuk menenun selembar kain diperlukan waktu sekitar tiga minggu sampai tiga bulan.
Terdengar cepat? Jangan lupa, proses pembuatan tenun bukan sekadar menenun saja. Apalagi jika benang yang digunakan bukan benang sintetis. Pewarna benang yang digunakan untuk tenun grinsing di Desa Tenganan menggunakan bahan alami.
Warna merah didapat dari kulit kayu sunti. Sementara warna biru berasal dari daun taum. Sedangkan kuning dari buah kemiri. Kemiri yang digunakan pun harus kemiri lawas berumur 1 tahun. Warna cokelat dari warna biru yang dicampur dengan warna merah.
Warna merah yang benar-benar matang alias warna merah pekat baru bisa didapatkan setelah dua sampai tiga tahun. Namun untuk warna yang lebih sempurna, proses pembuatan warna dibutuhkan hingga empat tahun. Hal sama juga berlaku pada warna biru.
Benang dari kapuk yang sudah dipintal, siap dicelupkan ke bahan pewarna. Pencelupan terjadi berulang-ulang kali. Lalu didiamkan sampai beberapa bulan dan kembali dicelupkan. Begitu seterusnya hingga berbulan-bulan.
Harga selembar kain tenun grinsing berkisa Rp 700.000 hingga jutaan. Umumya, perempuan di Desa Tenganan sudah terampil menenun sejak remaja. Penduduk Desa Tenganan menguasai pembuatan tenun secara turun temurun.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.