Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wisata Borobudur "Rasa" Kelud

Kompas.com - 01/03/2014, 11:32 WIB

Secara teknis, pembersihan tinggal 2-3 hari lagi, sehingga pembersihan kering dengan sapu dan pembersihan basah dengan semprotan air sudah bisa dianggap selesai.

"Jadi, tinggal tahap akhir yang akan kami lakukan sendiri, karena prosesnya lebih internal," katanya.

Tahap akhir yang internal adalah pembersihan sistem drainase di bawah pelataran Borobudur yang mungkin perlu dikeruk dan dibersihkan dari kubangan abu dan pasir halus yang merupakan sisa-sisa dari proses pembersihan kering dan basah sebelumnya.

Meski pembersihan oleh relawan dihentikan pada Selasa (25/2/2014), namun relawan yang datang ke Borobudur akan tetap diterima dan bila jumlahnya besar akan dialihkan ke candi lain di Yogyakarta yang proses pembersihannya belum maksimal.

Selain relawan yang terus berdatangan, wisatawan yang datang pada libur akhir pekan (Sabtu dan Minggu) juga tetap ribuan.

"Kalau hari normal, setiap akhir pekan selalu ada 5.000-10.000 pengunjung yang datang ke Borobubur dan pada hari-hari biasa berjumlah 2.000-an pengunjung," kata Pangga.

Memang, selang 10 hari pasca erupsi Kelud, wisatawan asing pun masih banyak yang datang, di antaranya dari Italia, Rusia, China, dan sebagainya.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO Pembersihan debu vulkanik dari letusan Gunung Kelud di Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, mulai dilakukan, Senin (17/2/2014). Candi tersebut masih ditutup bagi pengunjung selama proses pembersihan berlangsung.
"Karena itu, rekan-rekan kami secara bertahap berpartisipasi untuk membersihkan Candi Borobudur, karena kami ingin mempercepat proses pembersihan salah satu keajaiban dunia itu," timpal relawan dari Hotel Grand Artos Magelang, Arky.

Perempuan Kristiani itu mengaku dirinya datang bersama 41 karyawan hotel itu pada Sabtu itu. "Kami tidak melihat agama, tapi kami peduli pada candi kebanggaan Indonesia," tegasnya.

Baginya, Indonesia adalah Negara Pancasila yang menghormati agama-agama yang ada secara adil, sehingga kepedulian dirinya pada salah satu keajaiban dunia itu tidak bisa dilihat sebatas agama. "Borobudur itu kan salah satu keajaiban dunia, karena itu kami peduli agar dunia tidak kecewa," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Sumber Antara
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com