Cuaca di Pulau Hokkaido—pulau paling utara Jepang—awal Februari lalu melorot ke angka minus 6 derajat hingga 8 derajat celsius. Angin dingin dari Siberia, Rusia, di utara Jepang bertiup kencang dan membawa butiran salju menyelimuti ranting-ranting pohon, rumah, lapangan, danau, dan jalan.
Dalam perjalanan dari Abashiri di timur Hokkaido menuju Sounkyo yang berada di tengah Pulau Hokkaido, kami mampir ke Restoran Okhotsk-Bussan Honten. ”Kita makan kepiting dulu, ya. Kalau ke Hokkaido tidak makan kepiting sepertinya tidak sah,” ujar Toshihiro Kamba, pemandu tur kami—lima wartawan Indonesia yang diundang Japan Tourism Agency, Japan National Tourism Organization, dan maskapai ANA untuk melihat-lihat Hokkaido.
”Kaki kepitingnya panjang sekali, bisa sebesar ini,” katanya sambil membentang kedua tangannya sejauh sekitar 1 meter.
Restoran itu sedikit lengang. Mungkin karena kami datang pukul 11.00 atau sejam sebelum jam makan siang umumnya digelar. Setelah tiga puluh menit menunggu, satu set sashimi yang ditata dengan cantik pun dihidangkan di meja. Sashimi itu terdiri dari sepotong daging ikan tuna dan salmon mentah yang diiris tipis, satu ekor udang seukuran jempol tangan, dan sepotong kaki kepiting raja atau taraba-gani yang telah direbus.
”Inilah kepiting raja Hokkaido yang terkenal,” ujar Toshi sambil menunjuk potongan kaki taraba-gani. Sekali lagi ia menegaskan bahwa kaki taraba-gani sebelum dipotong-potong panjangnya bisa sampai 1 meter.
Kami masing-masing mengambil satu potong kaki kepiting raja dan mencolokkan garpu ke ujungnya. Daging kaki kepiting yang tebal itu pun melorot ke luar dari cangkangnya. Kami cocol dengan kecap asin yang telah dicampur cuka dan sedikit wasabi. Daging kepiting itu terasa manis dan gurih dalam balutan asin kecap, asam cuka, dan sengatan pedas wasabi. Potongan berikutnya kami cocol dengan daging landak laut atau bulu babi yang mirip gel berwarna kuning. Rasa manis daging kepiting berpadu sempurna dengan gurih daging landak laut mentah nan segar.
Kunang-kunang salju
Malam harinya, kami pesta hidangan laut lagi di Hotel Taitetsu di kaki Pegunungan Daisetzu, Sounkyo, yang sedang membeku dengan suhu antara minus 8 derajat celsius hingga 20 derajat celsius. Restoran itu ditata dengan gaya Jepang. Tamu duduk di tatami (tikar Jepang) di hadapan meja makan berkaki pendek. Pelayan berbaju kimono dengan ramah menyambut dan melayani tamu dengan keramahan khas Jepang.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.