Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jepitan Kepiting Hokkaido

Kompas.com - 05/03/2014, 08:28 WIB
HOKKAIDO, Jepang, pada musim dingin adalah surga bagi penyantap kepiting. Saat itulah aneka jenis kepiting lezat bermunculan dalam jumlah melimpah.

Cuaca di Pulau Hokkaido—pulau paling utara Jepang—awal Februari lalu melorot ke angka minus 6 derajat hingga 8 derajat celsius. Angin dingin dari Siberia, Rusia, di utara Jepang bertiup kencang dan membawa butiran salju menyelimuti ranting-ranting pohon, rumah, lapangan, danau, dan jalan.

Dalam perjalanan dari Abashiri di timur Hokkaido menuju Sounkyo yang berada di tengah Pulau Hokkaido, kami mampir ke Restoran Okhotsk-Bussan Honten. ”Kita makan kepiting dulu, ya. Kalau ke Hokkaido tidak makan kepiting sepertinya tidak sah,” ujar Toshihiro Kamba, pemandu tur kami—lima wartawan Indonesia yang diundang Japan Tourism Agency, Japan National Tourism Organization, dan maskapai ANA untuk melihat-lihat Hokkaido.

”Kaki kepitingnya panjang sekali, bisa sebesar ini,” katanya sambil membentang kedua tangannya sejauh sekitar 1 meter.

Restoran itu sedikit lengang. Mungkin karena kami datang pukul 11.00 atau sejam sebelum jam makan siang umumnya digelar. Setelah tiga puluh menit menunggu, satu set sashimi yang ditata dengan cantik pun dihidangkan di meja. Sashimi itu terdiri dari sepotong daging ikan tuna dan salmon mentah yang diiris tipis, satu ekor udang seukuran jempol tangan, dan sepotong kaki kepiting raja atau taraba-gani yang telah direbus.

”Inilah kepiting raja Hokkaido yang terkenal,” ujar Toshi sambil menunjuk potongan kaki taraba-gani. Sekali lagi ia menegaskan bahwa kaki taraba-gani sebelum dipotong-potong panjangnya bisa sampai 1 meter.

Kami masing-masing mengambil satu potong kaki kepiting raja dan mencolokkan garpu ke ujungnya. Daging kaki kepiting yang tebal itu pun melorot ke luar dari cangkangnya. Kami cocol dengan kecap asin yang telah dicampur cuka dan sedikit wasabi. Daging kepiting itu terasa manis dan gurih dalam balutan asin kecap, asam cuka, dan sengatan pedas wasabi. Potongan berikutnya kami cocol dengan daging landak laut atau bulu babi yang mirip gel berwarna kuning. Rasa manis daging kepiting berpadu sempurna dengan gurih daging landak laut mentah nan segar.

KOMPAS/BUDI SUWARNA Pengunjung menikmati kepiting raja Hokkaido.
Berganti dengan hidangan utama berupa king crab hot pot matang. Menu itu berupa potongan capit dan kaki kepiting raja yang direbus dengan kaldu bersama remis, tiram, dan sayur-mayur. Potongan kepiting raja ukurannya lebih besar sehingga kami harus memecahkan cangkangnya dengan alat penjepit. Daging manisnya berpadu dengan kuah kaldu yang terasa ringan. Hidangan utama belum habis, datang lagi menu lain seperti sup tahu, puding gurih bertabur telur salmon, dan sejenis mi dingin.

Kunang-kunang salju

Malam harinya, kami pesta hidangan laut lagi di Hotel Taitetsu di kaki Pegunungan Daisetzu, Sounkyo, yang sedang membeku dengan suhu antara minus 8 derajat celsius hingga 20 derajat celsius. Restoran itu ditata dengan gaya Jepang. Tamu duduk di tatami (tikar Jepang) di hadapan meja makan berkaki pendek. Pelayan berbaju kimono dengan ramah menyambut dan melayani tamu dengan keramahan khas Jepang.

Di atas meja, telah ada satu set menu Yuki-Hotaru atau kunang-kunang salju. Nama itu cocok dengan tampilan aneka makanan berwarna cerah di piring-piring porselen indah berwarna serba putih. Satu set Yuki-Hotaru terdiri dari makanan pembuka, hidangan utama, dan makanan penutup yang jumlah totalnya lebih kurang 20 jenis untuk setiap tamu.

Di antara menu itu, menu sashimi terlihat menonjol. Menu itu terdiri dari sekerat daging ikan cod mentah, udang besar, dan sepotong kepiting raja yang ditata di sebuah iglo (kubah) terbuat dari es. Kami menyantap sebagian sashimi lezat itu dengan isi landak laut yang gurih, kecap asin, dan cuka.

Menu utama berupa kerang besar, kepiting, dan aneka sayur yang direbus dalam kuah kaldu. Daging kerang dan kepiting terasa kenyal, gurih, dengan sedikit rasa manis. Sesekali kami menyeruput sup sirip ikan hiu yang teksturnya dibiarkan kasar. Makan malam itu ditutup dengan sup miso dan sejenis puding gurih dan manis.

Musim kepiting

Rasanya hampir tidak ada restoran di Hokkaido yang tidak menyediakan daging kepiting. Maklum, kepiting melimpah ruah di Hokkaido, terutama selama musim gugur hingga musim salju berakhir. Itu sebabnya, beberapa brosur pariwisata menyebut Hokkaido sebagai ”Pulau Kepiting”.

KOMPAS/BUDI SUWARNA Wisatawan berjalan-jalan di atas salju di Kebun Binatang Asahiyama, Kamis (6/2/2014). Banyak wisatawan asing datang ke Jepang untuk menikmati indahnya musim dingin.
Ada empat jenis kepiting yang hidup di perairan Hokkaido, yakni taraba-gani (kepiting raja), ke-gani (kepiting berambut), hanasaki-gani (kepiting hanasaki), dan zuwai-gani (kepiting salju). Kepiting-kepiting itu ukurannya jauh lebih besar dibandingkan dengan kepiting di perairan Indonesia. Kepiting raja, misalnya, cangkangnya bisa sebesar piring makan dengan kaki sepanjang 1 meter. Kepiting jenis lainnya sedikit lebih kecil dibandingkan dengan kepiting raja.

Pada musim dingin, kepiting yang paling banyak ditemukan adalah kepiting raja yang hidup dengan baik di perairan bersuhu 10 derajat celsius ke bawah. Itu sebabnya, kepiting jenis ini sering disebut makanan musim dingin.

Kalau sudah makan kepiting jenis ini, orang Jepang tidak akan bersuara sampai kepiting yang ada di piring tandas. Maklum, kelezatan dagingnya langsung menjepit selera mereka. (Budi Suwarna)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com