Di kota Bengkulu cobalah Anda berjalan di sepanjang Jalan Sungai Rupat, Kelurahan Lingkar Barat, Kecamatan Selebar tepatnya menuju Kelurahan Pagar Dewa. Di sini Anda akan menemukan belasan warung-warung kecil yang menjual jajanan lemang.
Biasanya pedagang mematok harga Rp 5.000 per batang dengan panjang sekitar 40 sentimeter. Bila hendak membeli kuah tapai ketan hitam atau gula merah, Anda juga cukup membayar Rp 5.000 per gelasnya.
Lemang terbuat dari ketan diolah bersama santan kelapa lalu dimasukkan ke bambu. Bambu tersebut kemudian dibakar. Metode memasak seperti itu mengakibatkan cita rasa dan aromanya sangat khas, laksana Indonesia tempo dulu.
Memilih bambu yang digunakan juga tak sembarangan. Bambu yang dibutuhkan adalah bambu berkulit tebal karena harus tahan dibakar. Jika berkulit tipis dapat merusak rasa lemang itu sendiri.
Kusmawati (55), pembuat dan juga penjual Lemang di Jalan Sungai Rupat Lingkar Barat, menuturkan proses pembuatan lemang sudah banyak disiasati oleh pedagang yang mau cepat ambil untung. Caranya dengan dimasak di kukusan terlebih dahulu, lalu dimasukkan ke dalam tabung bambu.
"Agar tampak asli maka bambu tersebut dipanggang. Saya tidak seperti itu, saya masih menjaga keaslian memasak lemang agar rasa dan aromanya tetap terjaga," kata Kusmawati.
Hal itulah yang membuat lemang buatan Kusmawati terasa gurih, pulen, dan beraroma khas. Ia juga mengajarkan untuk membedakan antara lemang yang dimasak langsung dari bambu atau tidak.
Salah satunya dapat diketahui dari kepadatan lemang. Lemang yang dimasak di dalam bambu lebih padat. Aromanya juga sangat enak yang berasal dari bambu.
Lemang di beberapa suku masyarakat Bengkulu, misalnya Suku Serawai yang banyak berdomisili di Kabupaten Seluma, dianggap sebagai menu penting menjelang hari-hari besar dan perayaan termasuk resepsi pernikahan.
"Dahulu Suku Serawai kalau ada pesta pinangan untuk menikah, pihak pria biasanya diwajibkan membawa beberapa batang lemang sebagai salah satu seserahan ke mempelai wanita," kata Tunsir Warga Desa Talang Panjang, Seluma.
Namun, bergesernya makanan cepat saji dan serba praktis, makanan lemang relatif mulai ditinggalkan oleh karena itu perlu inovasi dan kreatifitas baru dalam mempertahankan makanan warisan budaya ini.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.