Rumah kayu itu berada di kompleks Penjara Abashiri—sebuah penjara paling angker di Pulau Hokkaido, Jepang—yang didirikan awal abad ke-19 pada masa Pemerintahan Meiji dan kini diubah menjadi museum. Di rumah kayu itu, dulu, ratusan napi melawan dingin agar tidak mati beku hanya bermodalkan piyama tipis dan sehelai selimut tebal yang digunakan bersama.
”Anda bayangkan bagaimana beratnya penderitaan mereka,” ujar Toshihiro Kamba, pemandu tur lima wartawan Indonesia yang diundang Japan Tourism Agency, Japan National Tourism Organization, dan maskapai penerbangan ANA untuk melihat-lihat Pulau Hokkaido.
Rumah itu tidak berdaun pintu dan berdaun jendela sehingga angin beku dengan leluasa masuk ke ruangan, menyelinap ke balik selimut, dan menghunjamkan dingin hingga ke tulang para napi. Tidak ada yang bisa mereka lakukan selain pasrah melewati malam nan beku hingga pagi hari. Di luar rumah, penjaga berdiri tegak dengan senjata. Adegan itu dibuat secara detail dalam bentuk diorama dengan ukuran hampir menyerupai aslinya.
Ketika malam berganti siang, para napi digiring untuk mengerjakan proyek pembangunan Jalan Chuo-Doro sepanjang 200-an kilometer yang menghubungkan daerah tengah dan timur Hokkaido. Mereka juga dikerahkan menyelesaikan perluasan penjara dan pembangunan gedung pemerintah. Boleh dikata, para napilah yang pertama-tama membangun Hokkaido. Ketika itu, pulau tersebut masih dipenuhi hutan dengan beragam binatang buasnya.
Meski tenaga diperas habis, pasokan makanan untuk napi sangat minim, yakni hanya semangkuk kecil sup miso, nasi, sepotong kecil ikan, dan sejumput sayuran. Kesehatan mereka juga diacuhkan. Mereka hanya bisa mandi 1-2 kali sebulan di sebuah pemandian umum yang dijaga ketat. Waktu yang disediakan untuk mandi hanya beberapa menit. ”Penjaga akan memberi aba-aba kepada napi untuk berendam di bak mandi. Lalu menyuruh mereka keluar dari bak mandi, menyabuni badan, kemudian berbilas. Terakhir mereka disuruh mengelap badan. Acara mandi selesai, mereka kembali ke sel,” ujar Toshihiro.
Meski hanya beberapa menit, acara mandi itu sangat ditunggu-tunggu napi. Pasalnya, jika tidak mendapat kesempatan mandi, kulit mereka akan habis digerogoti kudis dan penyakit kulit lainnya. Nasib seperti itu banyak menimpa napi-napi yang berbulan-bulan dihukum di ruang isolasi.
Dengan reputasi seperti itu, Penjara Abashiri menjadi penjara paling angker dan ditakuti di seantero Jepang. Ia serupa neraka kecil bagi penjahat kelas kakap dan banyak tahanan politik sejak era Pemerintahan Meiji.
Menghadang Rusia
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.