Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mencicipi "Neraka" Abashiri

Kompas.com - 18/03/2014, 13:22 WIB

Awal Februari lalu, kami berdiri di pos penjagaan bekas Penjara Abashiri. Dari pos itu, lorong-lorong penjara yang dingin tersebut terlihat seluruhnya. Ada 600 sel di penjara seluas 3.000-an meter persegi itu. Setiap sel luasnya 4,95 meter persegi dan didesain untuk dihuni seorang tahanan. Kenyataannya, sel itu bisa dijejali beberapa orang sekaligus.

Berubah wajah

Usainya Perang Dunia II membawa angin segar ke Penjara Abashiri yang gelap dan dingin. Penjara yang awalnya seperti kamp kerja paksa diubah menjadi seperti penjara dengan ladang pertanian nan luas. Napi diajak bercocok tanam dan mengolah hasil pertanian yang bisa dijual ke masyarakat dengan harga murah. Ilmu bertani juga ditularkan kepada masyarakat. Dengan jalan itulah, Hokkaido menjadi daerah pertanian yang penting bagi Jepang.

”Jadi, para napi di Abashiri itu sangat berjasa bagi masyarakat Hokkaido. Pada masa perang mereka membangun jalan, setelah perang mereka membantu memulihkan Hokkaido,” ujar Toshihiro.

Penjara Abashiri digunakan dan menjadi model farming prison hingga tahun 1983. Setahun kemudian, bangunan itu dipindahkan dan dijadikan museum. Di lokasi asli Penjara Abashiri dibangun penjara baru yang lebih modern dengan televisi di setiap selnya.

Kini, keangkeran Penjara Abashiri tinggal cerita yang hidup di museum. Takada Koji, petugas Museum Penjara Abashiri, mengatakan, sekitar 120.000 turis setiap tahun datang ke museum itu untuk mendengar kisah napi Abashiri. Harga tiketnya kalau dirupiahkan kurang dari Rp 150.000.

Pengunjung juga bisa mencicipi secuil pengalaman ”menjadi napi”. Cukup membayar beberapa ratus yen Anda diberi seragam napi, makan dengan menu napi, dan dikurung—meski sebentar—di sel bui. Sambil berwisata dan menyeruput minuman hangat, pengunjung bisa membayangkan betapa menderitanya napi pada masa lalu. (Budi Suwarna)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com