Di sana, Anda bisa menemukan penjaja makanan aneh mulai dari kalajengking, ulat sagu, kepompong, bintang laut, kelabang, laba-laba, kumbang, hingga kecoak.
Serangga liar dan binatang laut tersebut digoreng kering dalam bentuk sate tanpa tambahan bumbu atau saus di atasnya. Untuk satu tusuk, serangga goreng tersebut dijual dengan harga 10-20 Yuan atau sekitar Rp 20.000 hingga Rp 40.000.
Seorang wisatawan yang mencoba satu tusuk ulat sagu mengaku terkejut ketika merasakan gurihnya serangga goreng itu. "Enak kok rasanya, gurih, garing, uletnya enak," ujar Denny yang ditemui di Jalan Wanfujing, pertengahan Maret 2014.
Denny memberanikan diri mencoba makanan ekstrem tersebut karena penasaran akan rasanya.
Ada pula makanan berlabel halal bagi Anda yang menganut agama Islam. Kios berlabel halal tersebut menjual sate dari bagian tubuh kambing mulai dari dagingnya, ginjal, hati, hingga alat kelamin kambing.
Teman Denny, Ilham, mencoba sate daging kambing yang dijajakan salah satu kios berlabel halal tersebut. "Enak rasanya, sate kambing dengan nuansa ramuan Arab begitu, ditambah merica sepertinya," tutur Ilham menceritakan rasa sate kambing ala Wangfujing yang dia coba malam itu.
Selain daging-dagingan, wisata kuliner Wangfujing menghadirkan makanan menarik lainnya seperti manisan buah khas Beijing, serta bakpao dengan aneka bentuk yang menarik. Ada bakpao berbentuk kelinci, babi, hingga bunga mawar dengan aneka warna.
Suasana kawasan wisata kuliner Wangfujing juga terasa nyaman bagi para turis. Tenda-tenda penjual makanan berderet rapi di sisi kanan jalan dengan warna dan ukuran yang diseragamkan. Semua pedagangnya pun tampak mengenakan seragam putih yang dipadu dengan celemek dan topi merah.
Ruas jalan Wangfujing terlihat cukup bersih dan nyaman bagi wisatawan untuk menyusurinya dengan berjalan kaki. Anda tak perlu khawatir terserempet kendaraan karena Wangfujing dikhususkan bagi pejalan kaki.
Tak jauh dari pertokoan, berdiri gereja St Joseph yang dibangun sejak 1653. Saat Kompas.com melintasi gereja tersebut, terlihat beberapa pasangan tengah berlatih dansa dengan diiringi musik yang mengalun lembut. Cahaya lampu dari arah gereja tampak menambah romantisnya malam itu.
Sementara itu, di seberang gereja, tampak sekelompok warga lokal membawakan tarian modern dengan musik yang lebih nge-beat. Sesekali, mereka terlihat mengajak wisatawan untuk ikut menari bersama. Gerakan para penari dan iringan musik menambah meriahnya Jalan Wangfujing di kala malam.
Namun bagi Kompas Travel yang menginap di Prime Hotel Beijing, hanya perlu berjalan kaki sekitar 15 menit untuk mencapai Wangfujing. Bagaimana dengan Anda? Sudahkah mencoba kuliner ekstrem ala negeri Tirai Bambu?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.